tirto.id - Jumlah warga dunia yang terinfeksi virus Corona masih terus bertambah dan mengalami peningkatan dari hari ke harinya.
Berdasarkan data Worldometers, Kamis (17/12/2020) pagi, jumlah kasus kumulatif secara global telah mencapai 74.534.155 jiwa, dan 1.655.226 orang meninggal dunia akibat terinfeksi penyakit ini.
Sementara jumlah pasien yang berhasil sembuh dari virus Corona pada hari ini tercatat sebanyak 52.372.534 orang.
Kasus Corona di AS Tertinggi
Amerika Serikat per hari ini mengonfirmasi jumlah positif Corona sebanyak 17.392.618 kasus, meninggal dunia 314.577 orang, dan 10.170.735 pasien sembuh.
Posisi kedua disusul India dengan 9.951.072 kasus, 144.487 orang meninggal dunia, dan 9.489.143 pasien sembuh. Kemudian Brasil di posisi ketiga dengan 7.042.695 kasus, 183.822 orang meninggal dunia, dan 6.132.683 pasien sembuh.
Sementara urutan keempat ada Rusia dengan 2.734.454, 48.564 orang meninggal dunia, dan 2.176.100 pasien sembuh, serta Prancis di urutan kelima dengan 2.409.062 kasus, 59.361 orang meninggal dunia, dan 180.311 pasien sembuh.
Selanjutnya posisi keenam hingga kesepuluh, berikut urutannya:
6 Turki: 1.928.165 kasus, 17.121 orang meninggal dunia, dan 1.691.113 pasien sembuh.
7. Inggris: 1.913.277 kasus dan 65.520 orang meninggal dunia.
8. Italia: 1.888.144 kasus, 66.537 orang meninggal dunia, dan 1.175.901 pasien sembuh.
9. Spanyol: 1.782.566 kasus dan 48.596 orang meninggal dunia.
10. Argentina: 1.517.046 kasus, 41.365 orang meninggal dunia, dan 1.347.914 pasien sembuh.
Per hari ini, Indonesia turun 1 posisi menggantikan Belanda menjadi urutan ke-20, sehari sebelumnya masih berada di posisi ke-19 dunia. Indonesia tercatat dengan 636.154 kasus secara kumulatif, 19.248 orang meninggal dunia, dan 521.984 pasien sembuh.
Pidato Dirjen WHO Soal Corona
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pidato terbarunya menyatakan, teknologi digital memiliki potensi yang sangat besar dan berkembang pesat untuk mengubah kesehatan seluruh populasi.
Dalam perang global melawan COVID-19, misalnya, kecerdasan buatan digunakan untuk menyaring populasi, melacak infeksi, dan memantau pasokan dan aliran sumber daya kesehatan penting.
"Teknologi digital dapat meningkatkan pemberian layanan dan keselamatan pasien, memfasilitasi pelatihan tenaga kesehatan, memberdayakan pasien dan keluarga, serta membantu mencegah penyebaran penyakit menular," ujar Tedros.
WHO telah membentuk Departemen Kesehatan dan Inovasi Digital untuk mendukung negara dalam memprioritaskan, mengintegrasikan, dan mengatur teknologi digital.
Pada bulan September, Departemen Kesehatan dan Inovasi Digital mengadakan meja bundar dengan CSO dan LSM, untuk membahas berbagai masalah termasuk transformasi digital, sistem pengawasan penyakit peringatan dini, dan "Jaringan Jaringan Kesehatan Digital" untuk menyatukan komunitas kesehatan digital global .
Bulan lalu, Negara Anggota WHO menyetujui Strategi Global tentang Kesehatan Digital di Majelis Kesehatan Dunia.
"Sekarang saatnya menerapkan strategi global tersebut, untuk membantu negara-negara mengadopsi alat abad ke-21 ini sebagai bagian dari perjalanan mereka menuju cakupan kesehatan universal, sambil memperkuat tata kelola dan perlindungan data," jelas Tedros.
"Kami membutuhkan setiap orang, individu, komunitas, masyarakat sipil, LSM, perusahaan swasta, akademisi, dan pemerintah untuk menjadi bagian dari misi penting ini," tambahnya.
Editor: Agung DH