tirto.id - Memasuki hari kelima unjuk rasa, jalan-jalan di seluruh penjuru Amerika Serikat masih dipenuhi para demonstran yang memprotes presiden terpilih Donald Trump. Bersamaan dengan itu, manajer kampanye Trump pun meminta Presiden Barack Obama dan Hillary Clinton mendukung transisi kekuasaan agar berjalan damai, demikian dilaporkan Antara, Senin (14/11/2016).
Adapun unjuk rasa tersebut masih berlangsung di Kota New York dan Oakland, California. Sejak hasil Pemilu diketahui, ribuan orang turun ke jalan di berbagai kota di AS demi menolak Trump yang menang dalam suara elektoral, tetapi kalah pada suara total pemilih.
Para demonstran yang sebagian besar damai itu mengecam janji kampanye Trump untuk membatasi imigrasi dan mendata warga muslim, selain tuduhan pelecehan seksual oleh bekas bintang reality-show itu. Dalam aksi protes tersebut, beberapa orang ditangkap, sedangkan beberapa polisi cedera.
Dengan meneriakkan "bukan presiden saya" dan "ganti kebencian dengan cinta", orang-orang berunjuk rasa di New York, Los Angeles, Chicago dan di mana-mana, sembari menyebut Trump mengancam hak sipil dan HAM mereka.
Sejak Trump menang, kelompok-kelompok hak sipil telah memonitor kekerasan terhadap kaum minoritas AS dengan mengutipkan laporan serangan terhadap wanita-wanita berjilbab, grafiti rasis dan mem-bully anak-anak imigran. Mereka menyeru Trump untuk mengecam serangan rasis itu.
Sementara itu, Kellyanne Conway, manajer kampanye Trump, berkata kepada Fox News bahwa dia yakin para demonstran adalah orang-orang profesional bayaran, kendati dia tidak memiliki bukti untuk tuduhannya ini. Sebaliknya Ketua DPR Paul Ryan yang juga orang Republik berkata kepada CNN bahwa unjuk rasa dilindungi oleh Amandemen Pertama sepanjang berjalan damai.
Terkait dengan aksi ini, baik Obama maupun Hillary tidak menyerukan demonstrasi diakhiri. Namun Hillary berkata di New York bahwa "Donald Trump akan menjadi presiden kita. Kita mesti berbesar hati untuk dia dan peluang untuk memimpin."
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari