Menuju konten utama

Umar-Fauzi Klaim Kemenangan Melawan Kotak Kosong di Tubaba

Kemenangan pasangan Umar-Fauzi nyaris di pelupuk mata untuk memimpin Tulang Bawang Barat (Tubaba) sekali lagi. Mereka hanya perlu mengalahkan kotak kosong saja dalam pilkada ini.

Umar-Fauzi Klaim Kemenangan Melawan Kotak Kosong di Tubaba
Umar Ahmad Bupati Petahana Tulang Bawang Barat, Lampung memberikan keterangan kepada media usai mencoblos di TPS 2, Rabu, (15/2). Tirto.id/Petrik

tirto.id - Tulang Bawang Barat (Tubaba) begitu lengang menjelang pilkada serentak 15 Februari 2017 kemarin. Segala atribut pilkada sudah bersih dari jalanan. Hanya ada spanduk bertuliskan: "Ayo Nyoblos ke TPS di Jalanan." Pihak Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Tubaba, hingga H-1 Pemilu, masih bekerja keras untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

Berbagai tipe pemilih, baik pemilih perempuan maupun keagamaan, sudah diberi penerangan agar tidak golput pada hari-hari sebelumnya. Mobil pick up dengan pengeras suara dikerahkan untuk melakukan road show dari kampung ke kampung, bahkan ada yang dilewati berkali-kali. Sosialisasi berlangsung hingga malam hari melalui pengeras suara.

“Logistik pemilu sudah sampai ke bawah semua,” ujar Cecep Hamdani, Anggota KPUD Tubaba yang mengurusi program dan data. Menurutnya, Tubaba terbilang kondusif dan pihaknya sudah melakukan penertiban. Semua pihak berwenang di Tubaba sudah sangat mendukung kerja KPUD.

Di kabupaten yang menurut BPS berpenduduk 259.675 jiwa pada 2013 ini, terdapat 197.263 pemilih yang tersebar di 553 TPS. Di Tubaba yang merupakan daerah hasil pemekaran dari Kabupaten Tulang Bawang pada 2008 ini, pertarungan pemilihan bupati hanya diperebutkan oleh pasangan Umar Ahmad dan Fauzi Hasan melawan kotak kosong.

Pasangan ini hanya memerlukan suara sebanyak 50 persen plus 1 dari total suara sah saja untuk dinyatakan menang.

Umar Ahmad dan Fauzi Hasan, pasangan petahana di Tubaba ini, bukan satu-satunya pasangan yang melawan kotak kosong dalam pilkada. Hal ini terjadi juga di Buton, Pati, Maluku Tengah, Landak, Tambrauw, Kota Jayapura, Kota Sorong, dan Tebingtinggi. Menurut data KPU, dari 9 pasangan calon yang melawan kota kosong itu, 8 di antaranya petahana. Termasuk Umar Ahmad.

Hanya Karolin Margret Natasha saja yang bukan calon bupati petahana di Kabupaten Landak. Namun, Putri Gubernur Kalimantan Barat Cornelis ini maju bersama Herculanus Heriadi, yang merupakan calon wakil bupati petahana. Di daerah-daerah dengan calon tunggal itu, setidaknya Maluku Tengah, Buton dan Pati sudah terdapat gerakan dan relawan kosong yang melawan calon bupati petahana. Di Buton, calon bupati bahkan sudah diringkus terkait kasus suap Ketua MK Akil Mochtar. Situasi di Tubaba relatif dingin.

Di Tubaba, saya menemui beberapa orang yang mengaku cukup puas dengan pembangunan di Tubaba. Mereka mengaku akan datang ke TPS esok. Ketika ditanya siapa yang akan mereka pilih esok harinya, mereka menjawab pasangan calon Umar-Fauzi.

“Orang satu-satunya calon, kok,” ujar Dwi salah seorang pedagang di ruas Jalan Pulung Kencana, yang mengaku puas dengan kinerja bupati sebelumnya. Bagi mereka, masa pemerintahan sebelumnya dari satu-satunya pasangan calon ini “ada bekasnya” bagi masyarakat.

"Sebelumnya ada yang mau maju juga, tapi belakangan tidak jadi,” ujar Sumari yang biasa mangkal jadi tukang ojek di sekitar Lapangan Pulung Kencana. Menurutnya, bupati dan jajarannya sekarang dianggap cukup memuaskan.

Pasangan petahana ini didukung oleh 10 partai politik, mulai dari Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), PDI Perjuangan (PDIP), Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Demokrat juga Gerindra mendukung pasangan calon ini. Dalam pemilu legislatif tahun 2014, di daerah ini Demokrat mendapat 6 kursi, PDIP dan Gerindra mendapat 4 kursi. Partai-partai lain tak lebih dari 3 kursi di DPRD Kabupaten Tubaba. Umar Ahmad sendiri merupakan kader PDI Perjuangan.

Meski kemenangan nyaris di depan mata, pihak Umar-Fauzi tetap kampanye. Setidaknya, tim sukses mencatat jadwal kampanye sejak awal Februari hingga 10 Februari 2017. Bentuk kampanye itu antara lain yasinan, gotong-royong, mancing bersama di beberapa kecamatan. Bahkan, acara kampanye 10 Februari bertepatan dengan salat Jumat di Kecamatan Pagar Dewa.

Umar Ahmad, sebelum menjadi Bupati sejak 23 Juni 2014, pernah menjabat Wakil Bupati sejak 14 November 2011 dan pejabat Bupati dari 19 Mei hingga 23 Juni 2014. Dia menjabat karena bupati sebelumnya, Bachtiar Basri, menjadi Wakil Gubernur Provinsi Lampung.

Pagi sekitar pukul 08.30, calon petahana Umar Ahmad sudah tiba di TPS 3 Kampung Karta. Dengan didampingi istrinya, Cornelia Umar, dia bermobil dari rumahnya di daerah Murni. Keluarga mereka juga datang bersama mereka. Tak banyak mobil yang mengiringi kedatangannya di TPS. Suami istri ini datang kompak dengan memakai atasan berwarna putih. Kedatangannya disambut warga sekitar dan awak media. Sebelum masuk ke TPS, Umar menyalami warga yang menyambutnya.

Setelah petugas memberi kertas suara padanya dan juga istrinya, mereka menuju bilik suara berbeda. Selesai mencoblos, kertas suara itu diperlihatkan ke awak media. Setelah menandai jarinya dengan tinta, awak media sudah menanti pernyataan dari petahana ini.

“Tanggal 15 Februari ini adalah momentum yang sangat baik, karena memang ini adalah waktunya bagi Kabupaten dan Masyarakat Tulang Bawang Barat untuk menunjukkan bahwa kekompakan dan kemenangan ini adalah milik Tulang Bawang Barat. Pilkada ini bukan hanya sekedar untuk mengantarkan orang untuk jadi bupati dan wakil bupati, tapi lebih jauh daripada itu, bahwa pilkada yang digelar tahun 2017 ini adalah untuk kemenangan Kabupaten Tulang Bawang Barat. Penilaiannya, atau indikator dari kemenangan itu adalah bagaimana partisipasi masyarakat untuk hadir memberikan hak politiknya ke TPS masing-masing,” ujar Umar di hadapan awak media.

Ketika ditanya bagaimana partisipasi masyarakat Tulang Bawang Barat terkait adanya satu calon saja dalam pilkada kali ini, Umar mengatakan momen seperti ini ditunggu oleh masyarakat Tulang Bawang Barat. "Pasangan calon tunggal itu adalah ruang yang diberikan oleh negara untuk melakukan musyawarah mufakat dalam rangka menentukan kepemimpinan di sebuah kabupaten,” ujar bupati muda ini.

Memilih kotak kosong pun, kata Umar, adalah hak masyarakat. "Mereka sudah mengerti apa yang menjadi konsekuensi pilihan-pilihannya itu. Misalnya, pilih gambar ada bupatinya, pilih kotak kosong kan enggak ada calonnya.”

Jika Umar tidak banyak iring-iringan menuju TPS, Fauzi Hasan, calon wakilnya, berbeda. Sebelum ia datang, satu motor besar dari Pemuda Pancasila sudah membuka jalan. Warga setempat yang berada di TPS pun menyambutnya. Fauzi, yang secara usia jauh lebih senior ketimbang Umar dan pernah menjabat Kepala Bappeda Tubaba ini diiringi oleh banyak pendukungnya.

Lebih dari lima mobil mengiringi dari rumahnya ke TPS V Panaragan, yang nampak seperti bekas sekolah yang tak terpakai lagi. Fauzi tidak tinggal di Panaragan. Rombongannya tiba sekitar pukul 11.50 siang. Setelah menunggu belasan menit, akhirnya Fauzi dan istrinya pun mencoblos.

“Saya bersyukur kepada Allah SWT sudah melaksanakan hak pilih saya beserta istri. Dan saya juga sudah mendapat informasi bahwa TPS-TPS berjalan seperti yang diharapkan. Karenanya atas nama pribadi mengucapkan kepada panitia pengawas, panitia pelaksana, teman-teman pers dan seluruh masyarakat. Mudah-mudahan kita bisa mencapai capaian tertinggi dalam partisipasi dan ini menjadi kemenangan bagi masyarakat Tulang Bawang Barat.”

Ketika ditanya peluang kemenangannya terkait adanya kotak kosong, ia berharap kemenangan yang sebesar-besarnya. "Kemenangan ini bukan an sich kemenangan berdua Pak Umar. Tapi kita ingin ini menjadi kemenangan masyarakat kabupaten Tulang Bawang Barat," kata politisi yang wajahnya mirip Rinto Harahap ini.

Fauzi dan keloganya yakin akan mampu mengantongi lebih dari 90 persen suara dalam pilkada kali ini. “Insyaallah. Kawan-kawan memberi motivasi untuk yakin.” Selesai memberi pernyataan, Fauzi dan rombongannya kembali ke mobil masing-masing. Salah seorang pendukungnya memberi komando untuk bergeser ke tempat yang lain dengan lantang, “Lanjutkan!”

Infografik Umar fauzi

Lepas jam makan siang, rumah pribadi Umar Ahmad nan megah dipenuhi kolega dan awak media. Mereka tampak berbincang-bincang di ruang pertemuan di dekat kolam. Wakil Gubernur Lampung, yang dulu Bupati Tulang Bawang Barat hadir di situ sebelum calon wabup petahana datang. Mereka mengobrol sambil menanti data itung cepat dari koalisi pemenangan mereka.

Semula, diperkirakan pada pukul 15.00 laporan dari semua TPS sudah masuk dan bisa dilihat hasil pilkada hari itu. Namun, pada pukul 15.30 baru 80 persen data TPS yang terlapor ke Koalisi Tubaba Bersatu. Data 80 persen TPS itu menunjukkan 95 persen suara mendukung Umar-Fauzi.

Kubu Umar-Fauzi sudah yakin lebih dari separuh suara sah yang mengangkat mereka kembali kursi Tubaba 1 dan Tubaba 2. Belakangan, berdasar hitung cepat yang diadakan Rakata Institute, setelah 85,71 persen sampel masuk pada 15 Februari kemarin, pasangan Umar-Fauzi memperoleh 97,62 persen. Sebanyak 2,38 persen masuk ke kotak kosong. Berdasarkan dua data sementara hasil hitung cepat itu, kubu Umar-Fauzi dianggap memecahkan rekor Jokowi-Rudy di Solo pada 2010—yang memperoleh 90 persen suara dalam pemilihan walikota Solo.

“Alhamdulillah, syukur,” ucap Umar Ahmad dengan didampingi wakil bupati petahana di sebelah di sebelah kiri dan Wakil Gubernur Lampung di sebelah kanan di hadapan awak media ketika 80 persen laporan dari TPS-TPS. Lalu ia mengulang perkataannya sebelumnya, bahwa kemenangannya adalah kemenangan masyarakat Tulang Bawang Barat. Tak lupa, dirinya mengatakan akan melanjutkan program-program yang sudah ada bersama jajarannya.

Fokus pemerintahannya masih berfokus pada pembangunan infrastruktur. Nah, kita akan fokus ke sana. Terus pendidikan dan kesehatan,” ujarnya. “Anggaran yang diberikan ke sana lebih kurang 30 persen, untuk perbaikan infrastruktur. Dan itu anggaran yang cukup besar.”

“Daerah kami spesial, semua partai politik ikut,” ujar Cecep.

Ada juga warga menyayangkan laga Umar-Fauzi vs. kotak kosong yang menghabiskan anggaran sebesar Rp15 miliar ini. "Buang-buang duit negara saja,” ujar seorang guru.

Baca juga artikel terkait PILKADA SERENTAK 2017 atau tulisan lainnya dari Petrik Matanasi

tirto.id - Politik
Reporter: Petrik Matanasi
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Maulida Sri Handayani