Menuju konten utama

Tugas Penyediaan Premium di Jawa Bisa Kerek Kerugian Pertamina

Pertamina belum menghitung potensi peningkatan kerugian akibat penugasan penyaluran premium ke kawasan Jawa, Madura dan Bali.

Tugas Penyediaan Premium di Jawa Bisa Kerek Kerugian Pertamina
Pekerja memeriksa isi tangki truk pengangkut BBM, di Depo Pertamina Pengapon, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (22/12/2017). ANTARA FOTO/R. Rekotomo.

tirto.id - PT Pertamina (Persero) mengakui kewajiban penyaluran Premium di wilayah pulau Jawa, Mandura, dan Bali (Jamali) berpotensi memperbesar kerugian BUMN tersebut.

"Ya pasti cukup mempengaruhi kerugian (Jika kewajiban penyaluran Premium di Jamali diterapkan)," kata Direktur Pemasaran Pertamina M Iskandar di kompleks DPR RI Jakarta, pada Selasa (10/4/2018).

Semula, berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran BBM, Pertamina hanya wajib memastikan ketersediaan pasokan Premium di luar wilayah Jamali.

Akan tetapi, belum lama ini Presiden Joko Widodo menginstruksikan agar kewajiban menjaga pasokan Premium tersebut berlaku di seluruh wilayah Indonesia.

Pelaksanaan instruksi Jokowi itu akan diikuti revisi Perpres Nomor 191 Tahun 2014 Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 39 tahun 2014 tentang Perhitungan Harga Jual Eceran BBM.

Pada revisi itu premium akan masuk sebagai BBM penugasan di wilayah Jamali sehingga harganya ditetapkan oleh pemerintah. Kementerian ESDM masih menghitung tambahan kuota penugasan yang bakal diberikan kepada Pertamina. Tahun ini, pemerintah semula memberikan penugasan kepada Pertamina untuk menjual BBM di luar Jamali sebanyak 7,5 juta kiloliter (kl).

Pertamina sampai saat ini belum menghitung potensi kerugian jika BUMN ini menerima tugas penyaluran premium di seluruh kawasan Indonesia.

"Ya kami belum hitung, belum dapat angkanya," kata Iskandar.

Iskandar menambahkan, nilai total kerugian yang ditanggung oleh Pertamina selama Januari-Februari 2018 saja sudah sebesar Rp5,5 triliun.

"Total loss [rugi] kami sampai Februari ini, Maret kan belum. Total kerugian Solar, yang paling gede di Premium. Dua bulan Januari, Februari, sudah mencapai sebesar Rp5,5 triliun," kata Iskandar.

Jika diakumulasikan dengan keuntungan yang diperoleh dari penjualan produk BBM non-subsidi dan non-penugasan, Iskandar mencatat kerugian cuma berkurang menjadi Rp3,9 triliun.

"Kerugian Pertamina dibanding periode yang sama tahun lalu, hampir dua kali lipat," ujar Iskandar.

Untuk kerugian Pertamina periode Maret 2018, Iskandar menyatakan nilainya masih sedang dihitung dan kemungkinan baru diumumkan usai 15 April mendatang.

Baca juga artikel terkait PERTAMINA atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom