Menuju konten utama

Trump Minta Iran Hentikan Dukungan Militer ke Teroris

Presiden AS Donald Trump mengatakan Iran harus segera menghentikan dukungan keuangan dan militernya untuk para "teroris dan militan".

Trump Minta Iran Hentikan Dukungan Militer ke Teroris
Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud menyambut Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam upacara resmi di Riyadh, Arab Saudi, Sabtu (20/5). ANTARA FOTO/Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS.

tirto.id - Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Iran harus segera menghentikan dukungan keuangan dan militernya untuk para "teroris dan militan" dan ia mengulangi bahwa tidak pernah mengizinkan negara tersebut memiliki senjata atom, Senin (22/5/2017).

"Hal yang terpenting, Amerika Serikat dan Israel dapat menyatakannya dengan satu suara bahwa Iran tidak boleh diizinkan untuk memiliki sebuah senjata nuklir -tidak pernah, selamanya dan mereka harus menghentikan dukungan pendanaan, pelatihan dan perlengkapan teroris dan para milisi, itu harus segera dihentikan," kata Trump dalam sambutan publik di Yerusalem bersama Presiden Israel Reuven Rivlin.

Amerika Serikat menganggap Iran sebagai "negara pendukung terorisme".

Teheran memberi dukungan kepada Presiden Suriah Bashar Al-Assad dalam perang saudara Suriah, pemberontak Houthi di perang sipil Yaman serta partai politik Syiah Hizbullah dan milisi di Lebanon yang telah mengguncang Timur Tengah.

Trump terbang ke Israel dari Riyadh pada hari sebelumnya, sebagai tempat pemberhentian keduanya dalam rangkaian kunjungan luar negeri pertamanya sejak ia menjabat Januari lalu.

Dalam pidatonya di kediaman resmi Rivlin, Trump mengatakan bahwa ia sangat antusias oleh percakapannya dengan pemimpin dunia Muslim di Arab Saudi.

"Banyak yang menyatakan tekad mereka untuk membantu mengakhiri terorisme dan penyebaran radikalisasi. Banyak negara Muslim telah mengambil langkah untuk mulai menindaklanjuti komitmen ini," katanya.

Trump menyebut isu Iran berulang kali pada hari Senin lalu, saat menyampaikan pidato sehari sebelumnya di Arab Saudi dimana dia menyalahkan "ambisi Iran yang meningkat" karena telah membuat destabilisasi Timur Tengah dengan buruk.

Kunjungan Trump ke Israel pada awalnya dipresentasikan sebagai upaya untuk membuat terobosan dalam proses perdamaian yang hampir terjadi antara Israel dan Palestina, namun setiap pembicaraan mengenai kesepakatan telah dibayang-bayangi oleh fokusnya pada Iran.

Dalam komentarnya saat tiba, Trump mengatakan bahwa dia yakin ada "kesempatan langka untuk membawa keamanan dan stabilitas dan perdamaian" ke proses perdamaian Timur Tengah, namun isu Iran tampaknya lebih mengemuka dalam setiap pembicaraan Trump.

Sesampainya di bandara Ben Gurion, Tel Aviv, Trump terbang dengan helikopter ke Yerusalem, di mana dia menjadi presiden AS yang pertama mengunjungi Tembok Ratapan, situs suci Yudaisme.

Trump, yang mengenakan kippa hitam, berdiri beberapa saat dalam doa diam di bagian pria tentang apa yang dikenal dalam bahasa Ibrani sebagai kotel, dengan tangannya diletakkan di dinding, sementara istrinya Melania dan putrinya Ivanka berdoa di bagian wanita.

Trump dan keluarganya tidak ditemani oleh pejabat senior Israel untuk kunjungan pribadi mereka ke alun-alun Tembok Ratapan. Trump juga melakukan kunjungan ke gereja Makam Suci di Kota Tua Yerusalem.

Trump menambahkan bahwa republik Islam tersebut tampak berani oleh kesepakatan nuklir bersejarah dengan Barack Obama.

"Adalah hal yang buruk bagi Amerika Serikat untuk memasuki kesepakatan itu. Iran tidak akan memiliki senjata nuklir, itu yang dapat saya katakan kepada Anda," ujar Trump.

Menanggapi pernyataan Trump tersebut, Presiden Iran terpilih Hassan Rouhani yang menegaskan bahwa stabilitas tidak dapat dicapai di Timur Tengah tanpa bantuan Teheran, Senin (22/5/2017).

"Siapa yang bisa mengatakan stabilitas regional bisa dipulihkan tanpa Iran? Siapa yang bisa mengatakan bahwa wilayah tersebut akan mengalami stabilitas total tanpa Iran?," Rouhani menambahkan.

Berbicara pada konferensi pers pertamanya sejak kemenangan telak dalam pemilihan presiden hari Jumat, ulama Iran moderat tersebut menolak pertemuan puncak yang dihadiri Trump pada akhir pekan di Arab Saudi sebagai "acara seremonial" yang tidak memiliki nilai politik dan tidak akan menghasilkan apapun."

Baca juga artikel terkait PEMERINTAHAN DONALD TRUMP atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Politik
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri