tirto.id - Donald Trump tetap berdiri tegak di antara anggota Partai Republik yang kini berbalik menyerangnya. Rival Hillary Clinton tersebut bahkan menyebut ketua DPR dan tokoh paling senior Partai Republik, Paul Ryan, pemimpin yang lemah dan tidak efektif.
Sejak rilis video omongan cabul Donald Trump mengenai wanita sebelas tahun silam, para politisi Republik mulai meninggalkan calon presiden AS itu. Beberapa dari anggota Republik bahkan memintanya untuk mundur dari pencalonan sebagai presiden AS, seperti dikutip Antara, Rabu (12/10/2016). Para politisi Republik itu yang ikut membalikkan badan terhadap Trump di antaranya adalah Paul Ryan dan Senator John McCain.
Melalui kicauan di akun Twitternya, Donald Trump mengungkapkan kemarahan terhadap Paul Ryan yang menyatakan tidak lagi membela dan berkampanye untuk Trump, setelah muncul skandal video di tahun 2005 itu.
“Pemimpin kita yang sangat lemah dan tidak efektif, Paul Ryan, menggelar dengar pendapat yang buruk di mana para anggota [Republik] malah menyambut ketidaksetiaan dia,” tulis Trump dalam media sosial. Ia juga menambahkan bahwa dirinya telah terlepas dari belenggu dan kini bisa memperjuangkan Amerika dengan cara yang dia inginkan.
Menanggapi kecaman dari Trump tersebut, Paul Ryan membalasnya dengan menyatakan bahwa bulan depan dirinya akan fokus mengalahkan Demokrat, dan semua anggota Republik yang sedang mencalonkan diri sebagai anggota legislatif)kemungkinan besar akan melakukan hal yang sama.
Tidak hanya Paul Ryan, Senator John McCain pun turut berhenti mendukung Trump. Terusik dengan kenyataan itu, Trump menyerang McCain dengan menyebutnya “kurang ajar”.
Donald Trump mengaku partai yang dinaunginya telah menyerangnya dari segala penjuru. Trump juga menilai ketidakloyalan anggota Republik lebih sulit dilawan ketimbang menghadapi Partai Demokrat. Ia bahkan mengungkapkan, anggota Partai Demokrat lebih loyal dibanding anggota Republik.
“Dengan pengecualian mencurangi Bernie [Sanders] saat didepak dari pencalonan, orang-orang Demokrat selalu membuktikan diri jauh lebih loyal satu sama lain ketimbang orang-orang Republik!” tegasnya. Makian Trump terhadap partainya ini menandai perpecahan yang terjadi dalam tubuh Republik.
Meski begitu, kandidat yang kalah suara 38-49 dengan Hillary Clinton ini mendapat dukungan dari Mike Pence. Pasangannya ini menyebut Trump seorang petempur dan pemenang setelah permintaan maaf yang diucapkannya menyangkut omongan cabul tersebut. “Kalian telah mencalonkan seseorang untuk menjadi presiden yang orangnya tidak pernah berhenti dan tidak pernah jatuh,” ujar Pence dalam sebuah acara di Iowa, Ohio, AS pada Minggu (9/10/2016) lalu.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari