Menuju konten utama

Trump Ancam Kim Jong-un soal Nuklir Saat Kunjungan ke Korea Selatan

Dalam sebuah pidato di Majelis Nasional Korea Selatan, Donald Trump memperingatkan Kim Jong-un soal bencana yang akan dihadapi Korea Utara jika tak melepaskan ambisi nuklirnya.

Trump Ancam Kim Jong-un soal Nuklir Saat Kunjungan ke Korea Selatan
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengunjungi pabrik dalam foto tanpa tanggal yang disediakan KCNA di Pyongyang, Sabtu (4/11). ANTARA FOTO/KCNA via Reuters

tirto.id - Presiden AS Donald Trump telah menyampaikan pesan pribadi yang tegas kepada Kim Jong-un, dengan mengatakan bahwa Korea Utara akan menghadapi bencana jika dia tak melepaskan ambisi nuklirnya.

Hal ini dikemukakan Trump di depan anggota parlemen di Majelis Nasional Korea Selatan dalam kunjungan kenegaraannya ke negei ginseng itu.

Trump menawarkan sebuah "jalan yang lebih terang" jika negara tersebut meninggalkan program senjata nuklir dengan membuka pintu diplomasi, namun juga memperingatkan bahwa AS siap menggunakan kekuatan militer jika diperlukan.

"Senjata yang Anda dapatkan tidak membuat Anda lebih aman. Senjata itu menempatkan rezim Anda dalam bahaya besar," kata Trump yang ditujukan untuk Kim Jong-un, sebagaimana dikutip The Guardian, Rabu (8/11/2017).

"Setiap langkah yang Anda ambil di jalan yang gelap ini akan meningkatkan bahaya yang Anda hadapi," kata Trump menambahkan.

Trump telah menghabiskan dua hari di Korea Selatan sebagai bagian dari tur 12 harinya di Asia. Berbicara pada Kim, dia mengatakan bahwa "terlepas dari setiap kejahatan yang telah Anda lakukan terhadap Tuhan dan manusia", AS siap untuk menyelesaikan krisis secara diplomatis.

"Kami akan menawarkan jalan menuju masa depan yang jauh lebih baik," ujar Trump. "Ini dimulai dengan mengakhiri agresi rezim Anda, menghentikan pengembangan misil balistik, dan denuklirisasi total yang dapat diverifikasi."

Namun, Trump juga memberikan kata-kata kasar ke Korea Utara, memperingatkan rezim tersebut: "Jangan meremehkan kami. Jangan macam-macam pada kami.”

Dia mengatakan AS tidak akan mentoleransi ancaman ke kota-kota Amerika dan bahwa AS "tidak akan diintimidasi."

Ditujukan pada Kim secara langsung, Trump berkata: "Korea Utara bukanlah surga yang diharapkan oleh kakek Anda, ini adalah neraka yang tidak layak dimiliki seseorang."

Trump memberi kritik tajam atas kehidupan dalam kediktatoran tertutup Kim, yang menyoroti sejumlah pelanggaran hak asasi manusia termasuk kerja paksa, penahanan sewenang-wenang hingga kelaparan.

"Untung dia tidak membuat komentar yang akan membuat marah Korea Utara," kata Park Ju-min, seorang anggota parlemen yang menghadiri pidato tersebut. "Tentu saja Korea Utara akan merasa tersinggung karena fokus Trump terhadap pelanggaran hak asasi manusia, tapi dia tidak melakukan ancaman khusus terhadap Kim."

"Saya berharap mendengar lebih banyak soal memperbaiki komunikasi antara Korea Selatan dan AS," Park menambahkan, dengan mengatakan bahwa dia khawatir AS bertindak secara sepihak dalam menangani Korea Utara.

Trump mengatakan bahwa dunia tidak akan mentolerir "ancaman rezim penipu” dan provokasi nuklir lebih lanjut. Dia juga meminta Cina dan Rusia untuk membantu menyelesaikan krisis nuklir dengan memutuskan hubungan diplomatik dengan Pyongyang dan semua hubungan dagang.

Cina adalah sekutu diplomatik Korea Utara yang paling penting dan mitra dagang terbesar. Trump telah lama mengatakan bahwa Beijing memegang kunci untuk mengendalikan rezim Kim. Setelah berbicara di Seoul, Trump terbang ke Beijing, di mana dia akan bertemu dengan Presiden Xi Jinping di tur berikutnya.

"Adalah tanggung jawab dan tugas kita untuk menghadapi bahaya ini bersama," kata Trump. "Semakin lama kita menunggu, bahaya besar tumbuh dan semakin sedikit pilihannya."

Sebelum pidato depan anggota parlemen, Trump terpaksa meninggalkan kunjungan mendadak ke zona demiliterisasi yang memisahkan Korea Selatan dan Korea Utara. Sebuah kabut tebal mencegah helikopter Presiden AS itu mendarat dalam sebuah perjalanan.

Kunjungan Trump ke zona demiliterisasi dimaksudkan untuk menunjukkan dukungan bagi sekutu Amerika di wilayah tersebut dan telah menjadi tradisi presiden AS masa lalu.

Anggota parlemen yang berada di ruangan tersebut untuk pidato Trump pada umumnya bersikap positif terhadap nada tersebut, mengatakan bahwa mereka merasa lega bahwa dia tidak menggunakan kesempatan tersebut untuk melancarkan serangan pribadi terhadap Kim.

"Dia mengucapkan beberapa kata kasar namun pesan sebenarnya adalah bahwa ada jalan menuju perdamaian melalui dialog," kata Min Pyung-doo, seorang anggota parlemen di partai Demokrat yang berkuasa.

Namun pada hari yang sama, Korea Utara hanya menunjukkan sedikit tanda menyerahkan program nuklirnya. Sebuah komentar di corong partai Buruh yang berkuasa mengatakan, "Kami akan terus mendukung senjata nuklir yang adil dan berharga milik kami" jika AS terus melakukan "tindakan bermusuhan".

Baca juga artikel terkait NUKLIR KOREA UTARA atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari