Menuju konten utama

Tren Kendaraan Niaga 2019: Politik, Infrastruktur adalah Kunci

Penjualan commercial vehicle sempat terganggu akibat hiruk pikuk Pileg dan Pilpres 2019. Bagaimana peluang  kendaraan angkutan barang ke depan?

Tren Kendaraan Niaga 2019: Politik, Infrastruktur adalah Kunci
Isuzu Traga. FOTO/commons.wikimedia

tirto.id - Segmen kendaraan niaga atau mobil angkutan barang merupakan salah satu segmen yang penting di industri otomotif Indonesia. Selain kerap memberikan kontribusi penjualan yang lebih baik dibandingkan segmen mobil penumpang bagi sejumlah produsen, segmen ini juga menjadi tolak ukur pergerakan roda ekonomi.

Berbeda dengan segmen passenger car yang selalu mengikuti perkembangan zaman, commercial vehicle memang cenderung kurang menarik tampilannya. Hal ini karena kendaraan niaga sengaja diciptakan untuk mengedepankan fungsi. Singkatnya, tampang jelek tidak masalah, yang penting tangguh ketika digunakan.

Selain itu, jika ada banyak kendaraan niaga yang lalu lalang di jalan, artinya situasi dunia bisnis sedang kondusif. Ini bukan berarti mobil penumpang tidak laku, tapi commercial vehicle jadi indikator yang nantinya dapat mendorong penjualan mobil secara keseluruhan.

"Jadi kalau ada pembangunan, misalnya, dia pasti akan cepat sekali naik. Tapi kalau ada gangguan ekonomi, bagi segmen komersial efeknya langsung, fluktuasinya sangat tinggi," ungkap GM Marketing Division PT Isuzu Astra Motor Indonesia Attias Asril saat ditemui Tirto, Selasa(21/5).

Gaikindo sebelumnya melaporkan penjualan kendaraan pada kuartal I/2019 tercatat masih melambat. Penjualan dari pabrik ke dealer (wholesales) pada Januari hingga April 2019 hanya mencapai 337.321 unit atau turun 14,4 persen.

"Sebelum itu, kami sudah melihat Pileg dan Pilpres 17 April 2019 merupakan agenda politik nasional yang sangat penting, dinamikanya akan berpengaruh terhadap penjualan mobil di pasar domestik," ujar Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi, seperti yang dilaporkan Tirto.

Walau demikian, ia optimistis penjualan akan kembali membaik di kuartal selanjutnya. Gaikindo juga tidak akan merevisi target awal yang sudah dicanangkan. "Jika melihat proyek infrastruktur secara luas, seharusnya [penjualan] kami tidak turun," katanya.

Usai hiruk pikuk perhelatan Pemilu, kondisi perekonomian diharapkan mulai berjalan normal. Faktor-faktor yang memperlambat penjualan kendaraan diharapkan dapat diminimalisir. Pemerintah pun diminta untuk terus mendorong proyek infrastruktur yang tengah berjalan.

Menurut Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto, berkurangnya proyek infrastruktur dapat berpengaruh pada perlambatan wholesales tahun ini. Ia mengatakan, penjualan tahun 2018 lalu yang mencapai 1,15 juta unit lebih banyak ditopang oleh pertumbuhan penjualan kendaraan komersial.Penjualan truk, misalnya, dapat tumbuh 27 persen karena adanya lonjakan permintaan dari sektor infrastruktur, pertambangan, dan perkebunan, serta logistik.

Sebaliknya, pada kuartal pertama 2019, pertumbuhan penjualan kendaraan komersial seperti truk dan pick-up masih melambat, masing-masing sebesar 13 persen dan 12 persen.

Didongkrak Proyek Infrastruktur

Tren pertumbuhan penjualan kendaraan niaga di Indonesia memang belum menjanjikan, setidaknya sejak lima tahun lalu. Data wholesales Gaikindo memperlihatkan angkanya sempat menurun dan belum pulih hingga kini.

Pada 2014, total penjualan pickup, light duty truck, medium duty truck, dan heavy duty truck tercatat mencapai 313.243 unit. Tahun berikutnya, perolehan menurun ke angka 260.944 unit. Di 2016, angkanya kembali anjlok ke level 187.426 unit.

Penjualan kendaraan niaga sempat rebound di tahun 2017 dengan perolehan 217.626 unit, serta kembali membaik pada 2018 dengan angka 257.382 unit. Lantas, bagaimana dengan tahun 2019?

GM Marketing Division PT Isuzu Astra Motor Indonesia Attias Asril mengatakan bahwa kontestasi Pemilu merupakan salah satu faktor signifikan yang memengaruhi segmen commercial vehicle.

Menurutnya, iklim pemilu membuat banyak konsumen menunda pembelian kendaraan meski sebetulnya dibutuhkan. Ia mengakui, penjualan kendaraan niaga awal tahun 2019 ada penurunan jika dibanding tahun sebelumnya.

"Banyak yang menunggu sampai urusan terkait politik selesai. Paling penting saat proyek pemerintah berjalan. Nah, itu akan mendongkrak segmen komersial lagi. Bagi pelaku bisnis, kalau itu bergerak dengan cepat, sekali jalan pasti akan mengerek usaha-usaha yang lain," jelas Asril.

Isuzu sendiri mengklaim penjualan di segmen light duty truck pada periode Januari hingga April 2019 masih mengalami peningkatan sekitar 1 sampai 2 persen. Segmen medium duty truck,sementara itu, menurun 10 hingga 12 persen.

Senada dengan Gaikindo, Isuzu belum berniat merevisi target. Asril berujar, pihaknya tengah mempelajari situasi sampai akhir bulan. "Kalau prediksi kami awalnya akan naik tahun ini, tapi karena situasi sampai April ini agak melambat, jadi mungkin saja berubah. Tapi, sampai saat ini belum ada keputusan," ujarnya.

Walaupun tren penjualan kendaraan niaga belum membaik seperti lima tahun lalu. Segmen ini tetap disebut sebagai salah satu yang menarik di Indonesia, bahkan disebut paling menjanjikan oleh Presiden Direktur PT Tata Motors Distribusi Indonesia Biswadev Sengupta.

Ia mengatakan, kendaraan komersial sangat cocok untuk negara seperti Indonesia. Terlebih, saat ini sedang banyak proyek infrastruktur yang dibangun. Hal ini tentu membutuhkan kendaraan angkut yang bisa diandalkan.

"Karena di negara berkembang seperti Indonesia masih banyak pembangunan, sangat bagus untuk kendaraan komersial seperti truk, dan kendaraan transportasi seperti bus, maupun kendaraan tambang. Segmen komersial jelas lebih dibutuhkan ketimbang passenger car," kata Biswadev saat ditemui Tirto beberapa waktu lalu.

Tata Motors bahkan mulai fokus menggarap segmen komersial sejak tahun 2014, mereka menghentikan penjualan mobil-mobil di segmen passenger car yang sebelumnya diisi model SUV Tata Aria dan Storme, serta model city car Tata Vista.

"Berdasarkan data Gaikindo terlihat segmen kendaraan penumpang mengalami stagnansi, sementara kendaraan komersial terus tumbuh. Itu alasan mengapa kami fokus di commercial vehicle," pungkasnya.

Infografik Data Penjualan Kendaraan Niaga
Infografik Data Penjualan Kendaraan Niaga

Tren Kendaraan Komersial di Dunia

Mengutip AP News, tren kendaraan komersial di dunia disebut akan meningkat hingga lebih dari 5 persen pada periode 2019 – 2024. Setidaknya, ada beberapa faktor yang mendukung. Salah satunya adalah meluasnya sektor industri di negara berkembang dan meningkatnya usaha logistik pada 2018.

Ekonomi global dinilai relatif akan stabil, baik itu di negara maju maupun berkembang. Hal ini membuat kegiatan konstruksi dan e-commerce mendapat peningkatan permintaan, yang pada gilirannya turut mendongkrak penjualan kendaraan komersial di seluruh dunia.

Lebih lanjut, statistik yang ditunjukkan konsultan otomotif dan industri, Knibb, Gormezano and Partners (KGP), memperlihatkan angka penjualan akan terus meningkat dari sekitar 3 juta unit di tahun 2014, menjadi nyaris 4 juta unit pada 2024.

Pasar Asia Pasifik sendiri, termasuk Indonesia di dalamnya, diperkirakan menjadi basis penjualan kendaraan niaga terbesar di dunia dengan komposisi lebih dari 50 persen atau sekitar 2 jutaan unit tiap tahunnya.

Selain itu, meningkatnya tren penggunaan kendaraan listrik membuat pabrikan turut memikirkan standar regulasi emisi dengan mempertimbangkan beralih ke sumber tenaga baru. Banyaknya produsen yang mulai beralih ini diharapkan pula dapat menghasilkan peluang pertumbuhan kendaraan komersial berbasis listrik di masa mendatang.

Baca juga artikel terkait INDUSTRI OTOMOTIF atau tulisan lainnya dari Dio Dananjaya

tirto.id - Otomotif
Penulis: Dio Dananjaya
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara