tirto.id - Nasib seperti roda yang berputar. Seseorang kadang berada di atas, tapi ada waktunya juga mereka di bawah. Dan bagi Tottenham Hotspur, roda itu ternyata berputar terlalu cepat.
Pada 10 Februari 2019, setelah mengalahkan Leicester City 3-1, Spurs masih menjadi salah satu kandidat kuat peraih gelar Premier League, bersaing dengan Manchester City juga Liverpool. Kini, masih berada di posisi ketiga, tim yang bermarkas di kota London tersebut sudah tertinggal sembilan angka dari Liverpool, sang pemimpin klasemen sementara.
Penyebabnya ialah kekalahan yang mereka alami dalam dua laga terakhir. Dalam dua laga tandang, Spurs kalah 2-1 dari Burnley dan kalah 2-0 dari Chelsea.
Setelah kekalahan itu media Inggris langsung sepakat bahwa “derajat” Spurs turun. The Times, misalnya, daripada melakukan hitung-hitungan apakah Spurs masih memiliki peluang untuk menjadi juara, mereka lebih senang membicarakan kans Spurs untuk lolos Liga Champions Eropa musim depan. Pesaing mereka bukan lagi Manchester City dan Liverpool, melainkan Arsenal, Manchester United, dan Chelsea.
Dan setelah Spurs kalah dari Burnley, Mauricio Pochettino, pelatih Spurs, juga sudah mengibarkan bendera putih. Ia mengakui bahwa pemain-pemain Spurs sejauh ini belum memiliki mental juara.
“Dalam pertandingan seperti ini, untuk menjadi salah satu pesaing, Anda harus menang tak peduli Anda bermain bagus atau jelek. Kami adalah tim bagus, kami memiliki kualitas, tapi itu tidak akan cukup untuk memenangi liga dan itu adalah kenyataan,” ujar Pochettino.
Apa yang terjadi dengan Spurs tersebut ialah kontradiksi dari apa yang sedang dialami salah satu pesaing dekat Spurs untuk finis di empat besar: Arsenal.
Meriam London kini sedang berada di atas meski perputaran nasib mereka berjalan agak lambat. Sejak kalah 5-1 dari Liverpool pada 29 Desember 2018 lalu, Arsenal baru saja meraih tiga kemenangan secara berurutan. Ia juga mempunyai kabar gembira lainnya: Mesut Ozil, secara perlahan, mulai bangkit dari masa suram.
Sejak Arsenal menang bermain imbang melawan 1-1 melawan Brighton pada Boxing Day 2018 lalu, Ozil, yang sebelumnya menjadi ruh permainan Arsenal, seakan hanya menjadi pemain bulanan Arsenal. Ia baru tampil lagi saat Arsenal kalah 1-3 dari Manchester United pada 25 Januari 2019. Dan setelah bermain selama 76 menit saat Arsenal mengalahkan Cardiff 2-1 pada 29 Januari 2019, ia kembali menghilang, dan baru kembali tampil pada 21 Februari 2019 lalu.
Orang-orang bertanya-tanya dan Unai Emery, pelatih Arsenal menjawab: “Nasib Ozil,” kata Emery, “ada di tangannya sendiri.”
Emery mempunyai alasan untuk jawaban itu. Menurutnya, penampilan Ozil musim ini jauh di bawa standar. Catatan statistik lantas memperlihatkan bahwa Ozil memang pantas untuk diasingkan. Sebagai seorang playmaker, ia hanya mampu mencatatkan satu assist hingga akhir Februari 2019.
Selain itu, kondisi fisiknya juga mulai angin-anginan. “Dia harus mampu tampil konsisten, hadir dalam latihan, siap dalam pertandingan,” kata Emery.
Namun, mantan pelatih Sevilla itu tak luput menggaransi, “Tanpa cedera, tanpa rasa sakit... Kurasa kita bisa melihat versi terbaik Mesut [Ozil] bersama kami.”
Emery berkata seperti itu setelah Ozil tampil memuaskan kala Arsenal mengalahkan Bate Borisof 3-0 dalam gelaran Liga Eropa pada 21 Februari 2019 lalu. Bermain di posisi nomor 10, tampil selama 90 menit, Ozil berhasil membuat serangan Arsenal lebih hidup. Pemain asal Jerman tersebut memang tidak berkontribusi dalam tiga gol Arsenal, tapi ia mampu memperlihatkan bahwa ia siap untuk selalu diandalkan.
Seminggu berselang, 27 Februari 2019, Ozil mampu mencetak gol dan mencatatkan satu assist saat Arsenal menghempaskan Bounermouth 5-1 di Emirates. Arsenal kembali ke posisi empat di Premier League dan fans Arsenal bertepuk riuh.
Dalam pertandingan itu, Ozil memperlihatkan bahwa, seperti apa yang pernah dikatakan oleh Jose Mourinho, ia memang pemain yang cukup unik – seorang pemain tiada duanya, playmaker terbaik di dunia. Seakan teka-teki rahasia, apa yang ada di dalam kelapanya sukar ditebak.
Ozil mencetak gol pertama Arsenal dengan “Ozil Chop”, membuat Artur Boruc, kiper Bournemouth, tertipu. Secara kasat mata itu terlihat seperti teknik chip yang biasa saja, tapi jika dilihat secara mendetail, teknik itu jelas sulit untuk ditiru oleh pemain lainnya sehingga diberi nama “Ozil Chop”.
“Daripada menempatkan kakinya di bawah untuk kemudian mengangkat bola ke udara, dia justru menghentakkan bola dari atas dengan kakinya – seperti apa yang sering dilakukan oleh pemain golf,” tulis Daniel Zeqiri di Telegraph.
Setelah “Ozil Chop” ada assist untuk Henrik Mkhitaryan. Dan setelah gol dan assist itu, apakah Ozil siap saat Arsenal melawat ke markas Tottenham Hotspur pada Sabtu [2/3] ini?
Tren bagus Arsenal belakangan ini tentu tak akan terjadi tanpa peran Ozil. Dengan “mengalahkan” dirinya sendiri, Ozil juga sudah menjawab tantanga dari Emery. Maka, jika Arsenal ingin tembus empat besar, Ozil jelas tak boleh dikesampingkan.
Editor: Abdul Aziz