tirto.id -
Ia mengaku akan mengusut masalah pemberian izin penggunaan kawasan Monumen Nasional untuk acara keagamaan yang berisi slogan politik.
Menurut Irfan, Anies harusnya bisa melihat apakah acara itu memiliki muatan politis atau tidak dan mempertimbangkan pemberian izin tersebut.
Selain itu, munculnya acungan simbol jari yang biasa digunakan simpatisan pendukung Prabowo-Sandiaga, beberapa tokoh dalam acara itu memberikan pidato yang mengarah untuk mendiskreditkan capres nomor urut 01 Joko Widodo.
Apalagi lagu yang biasa dikumandangkan saat Ijtima Ulama yang mendukung Prabowo juga dinyanyikan pada Munajat 212.
"Narasinya mendiskreditkan paslon nomor urut 01," kata dia.
Dalam Munajat 212, Ketua MPR Zukifli Hasan sempat memberikan pidato di depan ribuan peserta di kawasan Monumen Nasional, Jakarta, Kamis (21/2/2019). Dalam kesempatan itu, Zulkifli sengaja memancing massa untuk meneriakan "nomor dua."
Awalnya, Zulkifli berbicara soal pemilu damai yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Jika demikian, maka dia percaya bahwa kedamaian bagi masyarakat akan tercipta.
Zulkifli lantas mengharapkan agar masyarakat yang hadir tidak terpengaruh oleh politik transaksional. Apa yang dimaksud Zulkifli sebenarnya lebih mengarah pada politik uang. Dia tidak mau rakyat memilih hanya karena diimingi dengan sejumlah kebutuhan pokok.
Saat itulah dia mengambil keuntungan untuk membujuk massa meneriakan salah satu angka capres nomor urut 02 yang dia dukung, Prabowo Subianto.
"Jangan sampai ditukar atau dipengaruhi oleh yang disebut political transaksional, dipengaruhi oleh sembako, dipengaruhi oleh nasi kotak dipengaruhi oleh transport. Persatuan nomor satu, soal presiden? Persatuan nomor satu, soal presiden? Persatuan nomor satu, soal presiden?" pertanyaan ini langsung disambar oleh massa berkali-kali dengan teriakan "nomor dua".
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Zakki Amali