Menuju konten utama

Tips Memilih Lokasi Duduk yang Aman di Bus Saat Mudik

Ada alasan mengapa Anda perlu memilih tempat duduk tertentu ketimbang tempat duduk lainnya.

Tips Memilih Lokasi Duduk yang Aman di Bus Saat Mudik
Sejumlah pemudik menunggu bus di terminal bayangan Jalan Raya Jakarta Bogor, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (19/6). ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya

tirto.id - Pengguna bus pada musim mudik 2017 diprediksi turun oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan. Penurunan mencapai dua hingga tiga persen, dari 4,427 juta penumpang pada 2016 menjadi 4,32 juta penumpang pada 2017.

"Ini karena [pertumbuhan ekonomi] masyarakat tinggi," kata Dirjen Perhubungan Darat Pudji Hartanto Iskandar, seperti dikutip Antara (8/6/2017).

Meski cenderung turun, mudik memakai jalur darat dengan bus akan jadi pilihan utama. Selain relatif terjangkau, pemudik pun bisa relatif santai dan tidak lelah berlebih seperti pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi, seperti sepeda motor.

Pemerintah pun membuat program mudik gratis supaya pengendara sepeda motor pindah ke bus. Risiko kecelakaan yang tinggi pada pengendara sepeda motor menjadi sebab program mudik dengan bus digalakkan. Ketimbang kecelakaan mobil pribadi dan sepeda motor, kecelakaan dengan bus relatif sedikit, hanya 4,3 persen adri keseluruhan.

Saat arus mudik H-6 hingga H+6 tahun 2016 lalu, data dari Kemenhub mencatat kecelakaan terjadi sebanyak 2.979, menurun dibanding angka kecelakaan 2015 yang mencapai 3.172. Kecelakaan sepeda motor ada di urutan pertama, yakni 3.766 unit, mobil pribadi 864 unit dan urutan terakhir bus dengan 157 unit. Dalam soal jumlah korban, hampir 70 persen pemudik tewas adalah pengendara motor. Bus hanya 5 persen saja.

Meski kecelakaan pemudik bus cukup minim, risiko bukan berarti tidak ada. Saat ramp check, Kemenhub menemukan baru 70 persen bus angkutan layak jalan. "Sampai hari ini sudah 85 persen dilakukan ramp check kondisinya 30 persen tidak layak jalan," kata Pudji di Gedung Kemenhub, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (13/6) seperti dikutip dari Antara.

Banyak komponen yang membuat bus belum bisa dikatakan layak. Mulai dari rem tangan, rem yang aus, speedometer dan wiper mati, sampai ban gundul. Atas dasar inilah kita tak bisa menebak bus yang kita tunggangi akan kena celaka atau tidak. Hal-hal teknis seperti rem blong, kopling yang aus, atau stir yang rusak, tentu paling diketahui oleh sopir dan perusahaan jasa bus.

Namun, kita sebenarnya meminimalisasi dampak kecelakaan dengan memilih letak posisi duduk kita.

Jangan Duduk di Kursi Paling Depan dan Belakang

Berdasarkan penelitian University of Buffalo, duduk di barisan paling depan amat tidak direkomendasikan. Dari 60.000 kecelakaan di Amerika Serikat, ditemukan bahwa penumpang punya kans besar mengalami luka parah atau kematian ketika memilih duduk di posisi ini. Kemungkinan tewas saat terjadi kecelakaan bagi mereka yang duduk di kursi ini mencapai 86 persen.

Di Indonesia, kebanyakan kecelakaan bus berimbas pada kerusakan parah di bagian depan dengan badan bus penyok atau ringsek.

Kecelakaan bus di Indonesia mayoritas disebabkan oleh kesalahan sopir, entah karena lalai karena ugal-ugalan dan kebut-kebutan, atau karena mengantuk. Maka, kecelakaan bus umumnya terjadi bus sebagai pihak yang menabrak.

Duduk di barisan depan berisiko terlempar saat benturan, apalagi amat jarang bus yang menyediakan sabuk pengaman di kursi penumpang. Dalam kondisi tabrakan yang parah, penumpang di bagian depan pun berpotensi terhimpit oleh body depan bus yang penyok.

Selain terbentur dan terhempas, resiko terbesar duduk di barisan depan adalah terkena pecahan kaca. Ukuran kaca bus yang berukuran 2 x 2,5 meter membuat kaca akan pecah total saat tubrukan terjadi. Serpihan-serpihan kaca berisiko menembus daging dan tubuh jika kita telat menunduk.

Dalam soal konstruksi Ann Diana seorang blogger dan pemerhati bus menuturkan bagian depan konstruksi bus cenderung paling lunak. Terlebih, mayoritas bus di Indonesia bukan bertipe monocoque yang kerangka bawah dan bagian body-nya menyatu.

Keuntungan monocoque adalah kemampuan menghasilkan crumple zone, daerah aman ketika terjadi benturan. Pengelasan monocoque biasanya dilakukan di pabrik bus tersebut.

Di Indonesia, lazimnya bus memakai kerangka ladder frame atau modular. Yang artinya konstruksi tiang kerangka bus dilas secara manual di karoseri. Sama seperti depan, chasis belakang pun cenderung lemah. Pada beberapa kasus, kondisi bus yang hancur malah ada di bagian buntut, sebab ditubruk kendaraan lain dari belakang.

Seorang traveller blogger terkenal di Australia, Bill Bogenschutz, menyarankan dua atau tiga deret kursi paling depan dan belakang usahakan dihindari demi meminimalisasi efek kecelakaan.

Ann Diana merekomendasikan letak duduk paling aman adalah bagian tengah. Namun, jika melihat konstruksi chasis bus, posisi tengah teraman ada tepat di bagian tengah ke belakang, tepatnya di atas roda belakang. Chasis di atas ban biasanya lebih kuat dan tebal. Namun, meski aman saat tubrukan, duduk di atas ban membuat Anda tak akan nyaman karena getaran dan suspensi saat bus yang naik turun.

Duduk di Kiri atau Kanan?

Setelah menentukan lokasi, langkah selanjutnya adalah memilih posisi duduk: di kiri atau kanan. Kebanyakan kecelakaan di Indonesia biasanya terjadi diawali saat si supir hendak menyalip mobil di depannya dan mengambil lajur kanan.

Ketua komunitas Bismania, Arief Kurniawan berpandangan sopir bus cenderung akan menyelamatkan diri sendiri saat momen di atas terjadi. Ia akan memilih membanting mobil ke arah kiri dan memilih memepet mobil yang hendak disalip di bagian kiri.

Kejadian di atas biasanya terjadi di lintas yang tak dipasang beton pemisah jalan pada sisi kirinya. Misalnya lintas Sumatra, lintas pantai selatan Jawa, atau di daerah pegunungan.

Jika mengingat "skenario" itu, tentu akan lebih aman memilih duduk di posisi yang sejajar dengan sopir, alias di kanan. Namun, Arief sendiri kesulitan menjawab saat ditanya memilih posisi duduk teraman di kiri atau kanan. “Ini pertanyaan sulit. Relatif sih. Dalam beberapa kasus ada hancur di bagian kanan, ada pula di bagian kiri. Tergantung si sopir itu bantingnya ke mana,” kata dia.

Meski begitu, tak peduli kiri atau kanan, Arief mewanti-wanti posisi berbahaya saat kecelakaan adalah penumpang yang ada di samping kaca, entah duduk di depan, tengah, atau belakang. “Ya terkena pecahan kaca. Saat bis terguling pada beberapa kasus banyak keluar bis setelah kaca pecah lalu kemudian kejepit,” katanya.

Di saat mudik, biasanya kita sulit menentukan posisi kursi sesuai kehendak. Jikapun mendapat tempat duduk di kursi deretan depan, kita tak perlu panik. Dekat dengan sopir membuat kita mudah untuk menegur jika dia mengemudikan bus secara tidak benar.

Baca juga artikel terkait ARUS MUDIK atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Aqwam Fiazmi Hanifan
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Maulida Sri Handayani