tirto.id - Bencana alam seperti banjir, gempa bumi, tsunami, angin puting beliung tentu membuat kondisi suatu lingkungan menjadi tidak nyaman untuk menjadi hunian.
Selain itu, menurut Centers for Disease Control and Prevention saat terjadi bencana alam, para korban akan menghadapi berbagai situasi yang menyulitkan seperti pemadaman listrik, tempat tinggal yang tidak sehat, dan air yang tidak bersih.
Kondisi tersebut akan lebih sulit, jika ada bayi yang harus diberi makan atau ASI di tengah kondisi bencana alam.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan bahwa dalam keadaan bencana atau situasi darurat, perlindungan yang diberikan oleh air susu ibu (ASI) menjadi sangat penting, karena merupakan langkah cepat dan tepat yang dapat menyelamatkan jiwa bayi.
Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang tidak diberi ASI dan hidup di daerah yang rawan penyakit dan lingkungan tidak higienis akan memiliki risiko 6-25 kali lebih tinggi untuk meninggal karena diare, dibanding dengan anak yang diberi ASI.
Menyusui bayi secara eksklusif dinilai aman dan terjamin, karena tidak terpapat air yang terkontaminasi kuman dan parasite yang dapat menyebabkan penyakit.
Berikut ini adalah langkah-langkah memberikan ASI pada bayi dalam kondisi bencana alam.
Langkah-langkah Memberikan ASI dalam Kondisi Bencana
Menurut Centers for Disease Control and Prevention pastikan pemberian ASI saat bencana alam juga harus terjaga kualitasnya, seperti:
1. Mencuci tangan Anda sebelum memberi makan bayi. Jika sabun dan air bersih tidak tersedia, gunakan pembersih tangan berbasis alkohol yang mengandung setidaknya 60 persen alkohol.
2. Pelajari cara memeras ASI dengan tangan, jika terjadi pemadaman listrik. Gunakanlah pemerasan ASI dengan tangan dan pemijatan khusus.
3. Lanjutkan menyusui dalam keadaan darurat
4. Selama dan setelah bencana, tetaplah bersama anak Anda, karena akan membuat Anda lebih mudah untuk terus menyusui.
Pada saat bencana terjadi, pemberian makanan pengganti ASI atau MPASI juga perlu diperhatikan.
IDAI menyebutkan dalam kondisi tertentu, seorang ibu yang tidak memungkinkan menyusui karena berbagai faktor, maka ibu dapat memberikan MPASI sementara.
Kondisi-kondisi tersebut misalnya ibu sakit atau mengalami malnurisi berat, bayi sakit yang tidak memungkinkan menyusu pada payudara, atau payudara ibu tidak memungkinkan untuk menyusui. Berikut ini jenis pengganti ASI.
Jenis pengganti ASI saat Bencana Alam
1. Bayi usia < 6 bulan hanya diberikan susu
2. Anak usia 6-24 bulan diberikan susu dan makanan pendamping
3. Usia < 12 bulan diberikan susu formula (sesuai condex Alimentarius). Bila tidak ada susu formula, dapat diganti dengan susu hewan murni, fullcream, atau UHT yang dimodifikasi (100ml susu mendidih + 50 ml air mendidih + 10 g gula sebanyak 2 sendok teh.
4. Usia > 12 bulan diberikan susu fullcream, UHT atau susu hewan murni tanpa modifikasi
Cara pemberian makan bayi dan anak saat bencana
Berikut ini adalah cara pemberian makan optimal pada bayi dan anak saat keadaan bencana, menurut IDAI.
- Inisiasi menyusu dini, yang dilakukan dalam 1 jam pertama kelahiran
- Posisi dan pelekatan yang efektif saat menyusui
- Pemberian makan yang sering dan sesuai kebutuhan sampai bayi berusia 6 bulan
- Menyusui secara eksklusif sampai 6 bulan
- Terus menyusui setelah mulai memberi makanan pendamping ASI di usia 6 bulan
- Terus menyusui sampai anak berusia 2 tahun atau lebih
- Meningkatkan frekuensi menyusui dan tetap memberi makan selama sakit
- Meningkatkan frekuensi menyusui setelah sembuh dari sakit untuk mempercepat proses penyembuhan dan kejar tumbuh.
Penulis: Citra Sari
Editor: Yandri Daniel Damaledo