tirto.id - Inggris sedang melakukan penggalangan dana untuk bahan bakar nuklir hingga 90,5 juta dolar Amerika Serikat (setara 75 juta poundsterling). Hal itu dilakukan untuk mengurangi ketergantungan uranium dari Rusia.
Dilansir laman Reuters, penggalangan dana bahan bakar Nuklir Inggris sebenarnya telah diumumkan sejak Juli tahun lalu. Tujuannya untuk meningkatkan produksi nuklir dalam negeri yang digunakan sebagai pembangkit listrik.
Penggalangan telah dibuka untuk applications mulai 2 Januari-20 Februari 2023 mendatang. Dana itu diharapkan mampu memberikan hibah kepada bisnis yang terlibat dalam konversi uranium dan untuk proyek-proyek yang mampu "merangsang pasar bahan bakar nuklir yang beragam."
Apa Prioritas Inggris dalam Penggalangan Dana Bahan Bakar Nuklir?
Sampai saat ini, sebanyak 13 juta poundsterling telah diberikan ke lokasi pembuatan bahan bakar nuklir Springfields di barat laut Inggris.
World Nuclear News menjelaskan bahwa alokasi dana tersebut diharapkan dapat membantu penyiapan desain yang diperlukan untuk memulai kemampuan konversi baru utilitas dunia 2028 mendatang.
Idenya adalah: fasilitas tersebut akan menyediakan layanan konversi uranium yang diproses ulang dan terjadi secara alami untuk utilitas di seluruh dunia.
Pada bulan November, Inggris mengatakan akan menjadi pemegang saham 50 persen dalam proyek nuklir Sizewell C dengan menyediakan 700 juta pound dana untuk pabrik.
Graham Stuart selaku Menteri Energi dan Iklim Inggris menyampaikan, “Rekor harga gas global yang tinggi, yang disebabkan oleh invasi Putin ke Ukraina, telah menyoroti kebutuhan akan lebih banyak energi terbarukan buatan dalam negeri, tetapi Inggris juga menghasilkan tenaga nuklir-membangun lebih banyak pabrik, dan mengembangkan kemampuan bahan bakar domestik.”
Dana bahan bakar nuklir juga dirancang Inggris untuk memenuhi komitmen G7 berupa mendiversifikasi kapasitas produksi uranium dan bahan bakar nuklir dari Rusia.
Situs Oil Price menuliskan, banyak pemerintah dan pelanggan Barat yang mencari pasokan bahan nuklir alternatif sejak invasi Rusia ke Ukraina, salah satunya Inggris.
Tom Greatrex selaku Kepala Eksekutif Asosiasi Industri Nuklir mengatakan, “berdaulat dalam memproduksi bahan bakar nuklir untuk reaktor canggih di masa depan sangat penting untuk keamanan energi dan net zero.”
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Alexander Haryanto