Menuju konten utama

Taiwan Kerahkan Jet Tempur Respons 34 Pesawat Militer China

Berikut update terkini konflik China-Taiwan dalam berita terbaru, Jumat, 3 Februari 2023.

Taiwan Kerahkan Jet Tempur Respons 34 Pesawat Militer China
Sebuah tim jet tempur Mirage 2000 Angkatan Udara Taiwan meluncur selama latihan militer di Hsinchu, utara Taiwan, Rabu, 16 Januari 2019. Militer Taiwan memulai latihan pasukan gabungan selama dua hari pada hari Rabu untuk menunjukkan tekadnya untuk mempertahankan diri dari Ancaman Cina. (Foto AP/Chiang Ying-ying)

tirto.id - Taiwan menyiagakan pasukan angkatan lautnya, sistem rudal dan mengerahkan jet tempur, guna merespons tindakan China yang melakukan operasi 34 pesawat militer beserta sembilan kapal perang.

Seperti diberitakan AP News, 1 Januari 2023 lalu, langkah tersebut bagian dari strategi Beijing dalam mengacaukan sekaligus mengintimidasi Taiwan. Konflik kedua negara pun semakin memanas.

Tiongkok mengerahkan pasukan besar-besaran setelah meningkatkan persiapan aksi militer terhadap Taiwan, yang diduga dapat memicu kekhawatiran para pemimpin militer, diplomat hingga pejabat terpilih di AS, atau sekutu utama Taiwan.

Pada hari Selasa, 31 Januari 2023, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan, sekitar 20 pesawat China melintasi garis tengah di Selat Taiwan, wilayah yang kerap memicu perseteruan Taiwan dan China.

China mengklaim mengerahkan 34 pesawat militer di Selat Taiwan karena masih mengklaim republik pulau itu sebagai wilayah Tiongkok, atau setidaknya dapat diambil alih meskipun harus dengan paksaan jika perlu.

Update Terbaru Konflik Taiwan dan China

Seperti dilaporkan AP News, saat ini, hampir setiap hari China mengirimkan kapal perang hingga jet tempur ke wilayah udara dekat Taiwan.

Diduga, Tiongkok ingin melemahkan dukungan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen yang pro-kemerdekaan, di mana proses Pemilihan Presiden Taiwan akan berlangsung tahun depan.

Taiwan menanggapinya secara serius dengan memesan lebih banyak persenjataan pertahanan dari sekutu utamanya Amerika Serikat.

Selain itu, Taiwan memperpanjang juga wajib militernya dari empat bulan menjadi satu tahun guna melawan ancaman Tiongkok.

Dalam wawancara bulan lalu, Duta Besar Taiwan untuk AS mengatakan negaranya telah mendapat pelajaran penting dari perang Rusia dan Ukraina, sehingga dapat menjadi kekuatan dalam menangkal setiap serangan China.

Sebagian besar warga Taiwan menolak kalau negara mereka di bawah kendali Partai Komunis China, demikian ungkap Kementerian Pertahanan Taiwan pada hari Rabu, 1 Februari 2023.

Konflik Taiwan dan China yang mulai memanas direspons Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg. Dalam kunjungannya ke Jepang pada Rabu, Stoltenberg bilang kalau China sering menggertak negara tetangga, serta mengancam Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri.

Stoltenberg menekankan perlunya negara demokrasi lainnya, termasuk Jepang, agar bekerja sama guna mempertahankan tatanan internasional, terutama hak bagi Taiwan.

Dia juga berkata, meningkatnya kerja sama China dengan Rusia menjadi sebuah ancaman besar, bukan hanya Asia, tetapi dapat berimbas ke Eropa.

Stoltenberg juga menuding China semakin berinvestasi dalam senjata nuklir dan rudal jarak jauh, tetapi tidak transparan.

Respons China terhadap NATO

Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning, merespons keras dengan menuduh NATO telah melampaui mandatnya, serta mempermainkan ancaman Tiongkok,

“Saya ingin menekankan bahwa Asia-Pasifik bukanlah medan perang untuk kontes geopolitik dan tidak menerima mentalitas perang dingin dan konfrontasi blok,” ungkap Mao.

Menurut laporan New York Times, para pejabat AS disebut tengah bersiap untuk menambah pasukan jika konflik Taiwan dan China meletus.

Menteri Pertahanan AS, Lloyd J. Austin III, mengumumkan, langkah terbaru pemerintahan Joe Biden dalam memperkuat aliansi di seluruh kawasan Asia-Pasifik memiliki tujuan untuk melawan China, karena kerap melancarkan ancaman terhadap Taiwan.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Imanudin Abdurohman

tirto.id - Politik
Kontributor: Imanudin Abdurohman
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Alexander Haryanto