Menuju konten utama

Strategi Tata Motors Menggarap Pasar Indonesia

Tata Motors, India terus menjajaki pasar kendaraan bermotor di Indonesia. Selain menggarap pasar mobil penumpang, mereka membidik pasar kendaraan komersial pedesaan yang juga akan dimasuki oleh Esemka. Tata juga akan masuk pasar  kendaraan pertahanan dan militer di Indonesia dengan menggandeng BUMN PT Pindad.

Strategi Tata Motors Menggarap Pasar Indonesia
Brand Manager PT Tata Motors Distribusi Indonesia Wilda Bachtiar (kedua kiri) menjelaskan keunggulan model truk ringan (Light Truck) Tata Ultra 1012 kepada pengunjung stand Tata Motors pada Indonesia International Motors Show (IIMS) 2016 di JI EXPO Kemayoran Jakarta, Selasa (12/4). Tata Ultra 1012 bermesin diesel 3.700 cc. diminati pembeli untuk sektor transportasi umum, logistik, transportasi komoditas properti dan perkebunan. ANTARA FOTO/Audy Alwi.

tirto.id - Tata Motors merupakan pendatang baru di pasar otomotif nasional sejak September 2013. Tata harus berhadapan dengan pemain lama di pasar otomotif Indonesia yang sudah dikuasai produsen asal Jepang. Beberapa strategi Tata untuk mencicipi besarnya pasar kendaraan bermotor Indonesia sudah terbaca.

Produsen mobil yang terkenal dengan produk mobil penumpang mungil dan super murah, Tata Nano ini datang ke Indonesia sebagai distributor. Tata masuk Indonesia dengan memasarkan mobil penumpang antara lain MPV Tata Aria, dan kendaraan niaga seperti mikro pick up, hingga truk diesel dan dump truck.

Belakangan ini, Tata menerapkan strategi masuk ke pasar mobil yang juga dirintis oleh pemain lokal, dan sering dikaitkan sebagai "mobnas" atau mobil nasional. Mereka juga fokus menambah dealer, pada September 2013, Tata meresmikan dealer 3S (Sales, Service, Spareparts) yang pertama di Indonesia, lokasinya di Jakarta Pusat.

Tata telah menyiapkan strategi untuk 2012-2019, termasuk membangunan dealer yang bisa meng-cover seluruh wilayah Indonesia. Strategi jangka panjangnya, Tata ingin menduduki peringkat ke-5 dalam penjualan kendaraan bermotor di Indonesia. Mereka juga bermimpi menargetkan Indonesia sebagai pasar terbesar kedua setelah India.

Untuk mencapai mimpi besarnya, Tata mencoba memasuki segmen yang sepi pesaing di pasar kendaraan bermotor di Indonesia, yaitu kendaraan komersial pedesaan.

Kendaraan Pedesaan

Pasar otomotif Indonesia yang sudah dikuasai produsen Jepang, Eropa dan Amerika, membuat Tata memutar otak agar sukses di pasar Indonesia yang persaingannya sengit. Tata mulai melihat celah pada pasar yang belum begitu dimanfaatkan oleh produsen lainnya. Celah itu ada pada kendaraan komersial pedesaan.

Tata memang bakal tak sendiri, pemain lokal seperti Esemka dan mitranya akan masuk ke segmen pasar ini. Namun Tata tak mau kalah cepat, mereka mencoba menyelami konsumen lebih dalam dengan menawarkan kendaraan untuk uji pakai sebelum membeli, misalnya kepada pedagang keliling.

Tujuannya agar konsumen mengetahui secara langsung produk Tata Motors. Begitu juga untuk pickup turbo diesel 1.400 cc, versi angkotnya mulai digunakan di Bandung, Tangerang, dan lain-lain. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, dari total penjualan wholesales Tata, sebanyak 60 persen diantaranya dikontribusi oleh pick up.

"Kami percaya potensi desa bisa ditingkatkan jika ada percepatan distribusi hasil pertanian maupun perikanan dengan kendaraan niaga yang harganya terjangkau, mesin diesel kuat, servis mudah dan murah," kata Presiden Direktur PT Tata Motors Indonesia Biswadev Sengupta dikutip dari Antara.

Potensi pasar kendaraan komersial pedesaan bakal diperebutkan oleh Tata dan Esemka. Sehingga Tata pun tak mau berdiam diri, mereka terus memperluas jangkauan pasar, antara lain di kendaraan militer yang pemainnya jauh lebih terbatas daripada mobil penumpang atau komersial. Kendaraan pedesaan maupun mobil militer, sudah sempat dirintis oleh para pemain lokal yang dikaitkan dengan "mobnas".

Infografik Mobil Nasional

Kendaraan Militer

Tata seakan terus memaksimalkan pasar yang selama ini jarang tergarap di Indonesia. Mereka mengincar kendaraan militer. Tata langsung menggandeng perusahaan plat merah, PT Pindad.

Pekan lalu produsen kendaraan asal India itu sudah menandatangani MoU kerja sama bisnis. Kerja sama itu di bidang kendaraan pertahanan dan militer yakni merencanakan studi kelayakan, untuk menjadikan Pindad sebagai partner dalam perakitan kendaraan pertahanan dan militer milik Tata Motors di Indonesia.

Bagi Tata Motors, kerja sama ini tentu memberi peluang besar bagi mereka untuk mengeksplorasi potensi pasar kendaraan pertahanan dan militer di Indonesia, termasuk negara-negara ASEAN bahkan mungkin Asia. Kendaraan militer Tata Motors di Indonesia sudah ada sejak 2014. Kendaraan itu sudah digunakan oleh Korps Brimob sebagai kendaraan SAR. Sehingga kerja sama ini menjadi strategis bagi Tata Motors untuk meningkatkan nilai kontribusi di pasar Indonesia.

“Ini merupakan tonggak penting bagi Tata Motors di Indonesia dan merupakan kebanggaan bisa menjalin kerja sama dengan PT Pindad. Saya meyakini bahwa melalui pengaturan ini, kami dapat memberi nilai (kontribusi) lebih di Indonesia, yaitu pasar yang menjadi komitmen jangka panjang kami” ujar Presiden Direktur Tata Motors Indonesia, Biswadev Sengupta, seperti dilaporkan tatamotors.com.

Di sisi lain bagi Pindad, ini adalah kesempatan besar untuk mengembangkan kendaraan militer. Harapannya akan ada transfer teknologi yang lebih maksimal, dan perusahaan plat merah ini dapat meningkatkan penguasaan teknologi baru di kendaraan pertahanan.

Hadirnya produk Tata Motors dalam segmen kendaraan militer tentu akan menjadi tantangan Pindad yang selama ini sudah memproduksi kendaraan "Mobnas" Komodo. Tantangan semacam ini sudah ada semenjak para perintis "Mobnas" memulainya puluhan tahun lalu, meski pada akhirnya pupus terkait perkara di WTO. Kini, Tata Motors jeli membaca pasar otomotif Indonesia yang sudah penuh sesak, dengan masuk ke pasar yang juga dimasuki produsen "Mobnas" seperti Esemka.

Baca juga artikel terkait TATA MOTORS atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Otomotif
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Suhendra