tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap, pertemuan KTT G20 berlangsung di Nusa Dua, Bali bisa meredam dampak dari ketidakpastian ekonomi global. Dengan begitu, proses pemulihan ekonomi di sejumlah negara-negara G20 dapat berjalan baik.
"Sehingga pemulihan ekonomi dan ekonomi global yang memang masih sangat dihadapkan dengan ketidakpastian tinggi bisa jauh lebih menurun kalau kepastiannya jadi lebih kuat, karena tantangan ekonomi sendiri akan sangat kompleks," kata Sri Mulyani dalam Seminar Bincang APBN 2023, di Kantornya, Jakarta, Jumat (28/10/2022).
Selain itu, Bendahara Negara itu juga berharap pertemuan kepala-kepala negara G20 bisa menghasilkan kesepakatan perjanjian-perjanjian sudah dipersiapkan dalam side event sebelumnya. Salah satunya yakni masalah finance track.
"Kalau di finance track ini kan banyak ya, pertama terkait masalah finansial arsitektur, bagaimana dunia memperkuat jaring pengamanan supaya potensi negara-negara yang menghadapi krisis entah pangan, keuangan bisa ada mekanisme untuk membantunya," jelasnya.
Persoalan lain juga perlu dikuatkan atau disepakati dalam forum berlangsung 15-16 November 2022 itu yakni masalah infrastruktur, sustainable finance, transisi energi dan lainnya.
"Jadi banyak agenda-agenda yang kita harapkan akan bisa diadopsi dan dideklarasikan," katanya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto sebelumnya menyatakan Indonesia bakal mengusung tiga agenda utama Presidensi G20. Tiga agenda tersebut mengarahkan kerja sama kelompok negara-negara besar untuk menciptakan hasil yang konkret. Ketiga agenda tersebut yakni reformasi arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi berbasis digital dan transisi energi.
Agenda pertama yaitu reformasi arsitektur kesehatan global, dapat diwujudkan dengan penyelarasan standar protokol kesehatan global, serta pembentukan Joint Finance and Health Task Force guna mengembangkan mekanisme pembiayaan yang inovatif dan cepat. Tujuannya, untuk pencegahan dan kesiapsiagaan menghadapi penyakit menular di masa depan.
Agenda kedua yakni transformasi ekonomi berbasis digital, antara lain dengan pengembangan literasi dan keterampilan digital yang lebih inklusif dan produktif. Digitalisasi diumpamakan seperti dua sisi mata uang. Satu sisi, pertumbuhan yang cepat dapat membantu pemulihan ekonomi, sisi lainnya menyebabkan ketimpangan-ketimpangan antarnegara.
Agenda ketiga, lanjut Airlangga adalah mencapai kesepakatan global dalam mempercepat transisi energi yang lebih bersih dan hijau melalui perluasan akses energi yang tidak hanya adil tetapi juga terjangkau, baik dari sisi teknologi maupun pembiayaannya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang