Menuju konten utama

Soal Intoleransi, Alissa Wahid: Negara Abai Perhatikan Sejak Awal

Alissa menegaskan keterlambatan negara dalam menyikapi intoleransi juga memicu lahirnya aksi-aksi berbasis agama, seperti yang terjadi pada Pilkada 2017.

Alissa Wahid. tirto/Andrey Gromico

tirto.id - Koordinator nasional jaringan Gusdurian, Alissa Qotrunnada Munawaroh alias Alissa Wahid menilai maraknya kelompok-kelompok eksklusif yang memiliki kecendrungan intoleransi, dikarenakan negara abai memperhatikan hal tersebut sejak awal.

Menurut dia, isu intoleransi luput diperhatikan karena pemerintah terlalu fokus membahas cara menanggulangi aksi terorisme. "Yang kurang diperhatikan soal intoleransi dalam sehari-hari," ujar Alissa ketika ditemui di kantor Komnas HAM, Senin (17/12/2018) siang.

Menurut Alissa, sikap intoleransi itu muncul karena ada kelompok-kelompok yang merasa paling benar, atau merasa paling eksklusif dan superior.

"Menyatakan bahwa 'yang berhak atas tanah dan bumi ini kami, karena kami umat pilihan Tuhan. Ideologi saya benar. Kamilah umat terpilih dan kalian adalah makhluk yang harus kami tundukan'," ujarnya ketika ditemui di Komnas HAM, Jakarta Selatan, Senin (17/12/2018) siang.

Keterlambatan sikap negara dalam menyikapi hal tersebut, kata Alissa, juga menjadi pemicu lahirnya aksi-aksi berbasis agama, seperti yang terjadi pada Pilkada 2017.

Namun, Alissa menilai, gerakan tersebut tidak serta-merta mencuat begitu saja, melainkan sudah lebih dulu dimunculkan pada wilayah akar rumput.

"Makanya kita kaget ketika ada kasus intoleransi, bahkan ketika gerakan itu masif. Kita kalah berlangkah-langkah. Itu yang ujungnya mengarah ke Pilkada DKI," ujar putri Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini.

Maraknya intoleransi, kata dia, juga bisa dilihat dari menjamurnya perumahan-perumahan yang hanya diperjual-belikan untuk yang “se-agama” saja demi menjaga kemurnian. Selain itu, ia juga mencontohkan temuan BIN yang mengatakan ada penceramah di 41 masjid lingkungan pemerintah terpapar radikalisme.

Untuk itu, ia mendesak pemerintah dan para pegiat hak asasi manusia untuk menyebarkan nilai-nilai toleransi, demokrasi, dan HAM pada masyarakat akar rumput.

"Tanpa gerakan akar rumput kita akan sulit menyaingi gerakan eksklusif, apalagi eksklusif berdasarkan agama. Apalagi pertarungan kita tahun ini sangat besar karena menjelang Pilpres," ujar Alissa.

Baca juga artikel terkait INTOLERANSI atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Alexander Haryanto
-->