tirto.id - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy melarang para siswa untuk melakukan permainan skip challenge atau atau pass-out challenge. Permainan ini tengah tren di kalangan para remaja sekolah.
Permainan dilakukan dengan menekan dada sekeras mungkin sehingga menyebabkan seseorang berkunang-kunang, kejang atau pingsan dalam beberapa detik.
"Kepala guru, terutama wakil kepala sekolah kesiswaan untuk memantau dan melarang anak-anak untuk melakukan itu (bermain Skip Challenge)," kata Mendikbud Muhadjir seperti dikutip Antara, Jumat (10/3/2017).
Permainan dianggap berbahaya karena dapat menghilangkan nyawa seseorang. Seorang ahli kesehatan dari New Jersey, Alfred Sacchetti mengatakan permainan ini sangat berbahaya karena tekanan pada dada dapat menghambat suplai oksigen ke otak, akibat tekanan yang diberikan pada bagian dada atau leher.
"Bahaya bahkan muncul saat Anda melakukannya kali pertama. Sekarang berpikirlah kalau "Saya lebih pintar dari orang-orang yang bunuh diri"," ujar dia seperti dilansir Antara dari WebMD.
Hal senada disampaikan Dr Nick Flynn dari Union Quay, Medical Centre, Cork, Irlandia. Dia mengingatkan risiko kejang, kerusakan otak yang berdampak kematian bagi mereka yang melakukan skip challenge atau pass-out game atau choking game.
"Tantangan ini sama saja menghentikan otot dada bekerja dan Anda tidak bisa mendapatkan oksigen ke otak. Otak kemudian kekurangan oksigen dan korbannya kehilangan kesadaran," kata dia.
"Apa yang sebenarnya terjadi di otak adalah kekurangan oksigen, mirip ketika seseorang tenggelam, tersedak atau mengalami serangan jantung. Hal ini menyebabkan hipoksia atau rendahnya tingkat oksigen di otak, sehingga menyebabkan kejang dan kematian," sambung Flynn seperti dilansir Irish Examiner.
Dia mengatakan jika kadar oksigen ke otak rendah selama lebih dari tiga menit, maka otak bisa mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi selama lebih dari lima menit, maka kematian menjadi risikonya.
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH