tirto.id - Badai topan atau yang dikenal siklon batsirai menyapu wilayah Madagaskar sehingga menyebabkan 10 orang tewas akibatnya. Ini adalah badai terparah kedua dalam beberapa minggu dan memicu banjir yang meluas.
Al Jazeeramelaporkan, hampir 48 ribu orang terpaksa meninggalkan rumah setelah topan itu menghantam Madagaskar.
Kabar kematian 10 orang itu dilaporkan oleh kantor manajemen bencana dan risiko negara pulau itu. Menurut radio pemerintah, beberapa orang tewas ketika rumah mereka runtuh di kota Ambalavao, yang letaknya sekitar 460 km selatan ibu kota Antananario.
Topan itu mendarat di Mananjary dengan kecepatan angin 165 kilometer per jam sehingga menumbangkan pohon, menghancurkan bangunan dan memaksa penduduk membebani atap besi bergelombang di sepanjang jalurnya.
"Mananjary hancur total, ke mana pun Anda pergi semuanya hancur," kata seorang warga bernama Faby kepada kantor berita AFP.
Willy Raharijaona, penasihat teknis wakil presiden Senat Madagaskar, mengatakan beberapa bagian tenggara terputus dari daerah sekitarnya karena banjir.
“Seolah-olah kita baru saja dibom. Kota Nosy Varika hampir 95 persen hancur,” katanya kepada kantor berita Reuters.
“Rumah-rumah yang kokoh melihat atapnya terkoyak oleh angin. Gubuk-gubuk kayu sebagian besar telah dihancurkan.”
Di sisi lain, The Guardian melaporkan, salah satu kota yang paling parah adalah Nosy Varika di mana hampir 95 persen bangunan hancur yang menurut seorang pejabat "seolah-olah kita baru saja dibom" dan banjir memutus akses.
Badai itu diprediksi bisa menggusur 150 ribu orang. Seorang pria membawa karung pasir untuk mengamankan atap sengnya di Toamasina, Madagaskar saat Topan Batsirai bergerak menuju pulau.
“Kami hanya melihat kehancuran: pohon tumbang, tiang listrik tumbang, atap terkoyak oleh angin, kota benar-benar terendam air,” kata Nirina Rahaingosoa, penduduk Fianarantsoa mengatakan kepada Reuters melalui telepon.
Ia mengatakan, listrik di kota itu padam karena tiang-tiang ditumbangkan oleh hembusan angin yang bertiup sepanjang malam hingga Minggu pagi.
Editor: Iswara N Raditya