tirto.id - Yoshihide Suga terpilih menjadi perdana menteri Jepang yang baru, setelah memenangkan pemilihan yang digelar pada Senin (14/9/2020) lalu waktu setempat.
Ia memenangkan 377 kursi dari 534 jumlah total suara yang diperebutkan. Hasil itu jauh di atas mantan menteri luar negeri Fumia Kishida yang peroleh 89 suara, serta 68 suara dari Shigeru Ishiba, mantan menteri pertahanan.
Suga secara resmi akan memimpin Jepang, menggantikan Shinzo Abe yang mengundurkan diri pada bulan Agustus lalu karena alasan kesehatan.
Siapa Yoshihide Suga ?
Tidak seperti perdana menteri sebelumnya, Shinzo Abe, atau politisi Jepang lainnya, Suga tidak mewarisi jaringan dukungan politik dinasti. Ia lahir sebagai anak tertua petani stroberi yang makmur di prefektur Akita Utara.
“Saya lahir sebagai anak tertua dari seorang petani di Akita,” kata Suga, mengisahkan latar belakangnya, dikutip dari Al-Jazeera, Rabu (16/9/2020).
"Tanpa pengetahuan atau hubungan darah, saya terjun ke dunia politik, mulai dari nol, dan telah mampu menjadi pemimpin LDP, dengan semua tradisi dan sejarahnya," imbuhnya.
Berbeda dengan jalan yang diambil keluarganya, Suga muda tidak melanjutkan usaha pertanian keluarga. Akan tetapi, ia berangkat ke Tokyo dan menempuh studi di Universitas Hosei.
Di ibukota pula, ia mengambil pekerjaan paruh waktu di pabrik kotak karton dan sebagai penjaga keamanan.
Ia tercatat tak memiliki karier politik semasa kuliah. Bahkan, saat menjadi mahasiswa, ia memilih untuk menghindari politik radikal mahasiswa di akhir 1960-an.
Meski demikian, menurut BBC, setelah lulus ia terjun ke dunia politik dan menjadi sekretaris politikus, hingga karier politiknya kian moncer tatkala terpilih menjadi majelis kota Yokohama pada tahun 1987.
Akhirnya, berkat kecerdikannya dalam membangun basis kekuatan lokalnya sendiri, ia terpilih menjadi anggota parlemen nasional (Diet) untuk partai penguasa, Partai Liberal Demokrat (LDP), pada tahun 1996.
Mengutip laman Nippon.com, setelah berpindah antar faksi yang berbeda, Suga akhirnya tidak selaras. Namun, dia menjadi dekat dengan Abe dan menjadi menteri urusan dalam negeri pada masa jabatan pertama Abe pada tahun 2006.
Sebagai tangan kanan dari Abe, dia mendapatkan reputasi sebagai orang yang efisien dan praktis, dan mendapat dukungan penuh dari Abe untuk kepemimpinannya.
Ia juga berperan penting dalam membantu Abe merebut kembali kepemimpinan LDP pada tahun 2012, hingga akhirnya dianugerahi posisi sebagai sekretaris kabinet.
Menurut catatan BBC, salah satu penampilan publiknya yang paling mengemuka adalah saat mengumumkan era baru Reiwa.
Saat itu adalah transisi dari Kaisar Akihito yang turun tahta kepada putranya Naruhito pada 2019 lalu.
Selain karier politiknya yang begitu mulus, dalam menjalankan roda birokrasi, Suga mendapat “reputasi yang ganas”.
Sebagai seorang kepala sekretaris kabinet, mengutip Daily Beast, ia mendapatkan reputasi itu karena “mengendalikan birokrasi dengan kejam dan menutup mulut media pada konferensi pers harian.”
Dia memainkan peran penting dalam melindungi Abe dari pengawasan yang lebih atas berbagai skandal yang membayangi pemerintahannya.
Di luar kehidupan politik, seperti dilansir dari Washington Post, pria berjuluk “Paman Reiwa” ini dikenal sebagai seorang teetotaler (anti-minuman beralkohol) tulen, sama seperti Abe, dan terkenal berkat etos kerja yang ketat.
Ia kebanyakan tinggal di asrama pemerintah, menerapkan pola hidup disiplin dengan bangun setiap hari pada jam lima pagi untuk melakukan 100 sit-up.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Yandri Daniel Damaledo