Menuju konten utama

Siapa Pemilik SPBU Vivo dan Mengapa Lebih Murah dari Pertalite?

Sejak BBM naik pada 3 September 2022 masyarakat beralih ke produk BBM lain yang lebih murah, yaitu Revvo 89 yang dijual SPBU Vivo.

Siapa Pemilik SPBU Vivo dan Mengapa Lebih Murah dari Pertalite?
Pengemudi angkutan kota mengisi BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Vivo saat peresmiannya di Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (26/10/2017). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

tirto.id - Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Vivo menyita perhatian publik setelah menjual bahan bakar minyak (BBM) dengan harga yang lebih murah dibanding Pertalite.

Sejak mengalami kenaikan pada Sabtu (3/9/2022) BBM jenis Pertalite kini dijual menjadi Rp10.000 per liter. Akibatnya, masyarakat beralih ke produk BBM lain yang lebih murah, yaitu Revvo 89 yang dijual oleh SPBU Vivo seharga Rp8.900 per liter.

Berbeda dengan Pertalite produksi PT Pertamina, Revvo 89 didistribusikan oleh PT Vivo Energy Indonesia dengan SPBU bernama Vivo. Produk BBM Vivo yang dijual dengan harga lebih murah tentu menimbulkan tanda tanya bagi masyarakat terkait siapa sebenarnya pemilik perusahaan energi tersebut.

Siapa Pemilik SPBU Vivo?

PT Vivo Energy Indonesia merupakan perusahaan energi yang mayoritas sahamnya dipegang oleh Vitol Asia Pte Ltd yang berbasis di Singapura. Perusahaan Vitol Asia sendiri terafiliasi dengan Vitol Group yang kini berbasis di Swiss.

Vitol Group adalah perusaan perdagangan energi dan komoditas yang berdiri di Rotterdam Belanda pada 1966. Mengutip BN Americas, perusahaan ini didirikan oleh pegusaha asal belanda bernama Henk Viëtor dan Jacques Detiger.

Seiring berjalannya waktu, bisnis Vitol Group semakin berkembang dan dijalankan di berbagai negara, termasuk London, Jerman, Kenya, Singapura, dan tentu saja Indonesia.

Sebelumnya PT Vivo Energy Indonesia dikenal dengan nama PT Nusantara Energy Plant Indonesia (NEPI). Sayangnya, karena terjadi kendala izin administrasi dengan pemerintah Indonesia terkait nama SPBU, akhirnya NEPI diganti menjadi PT Vivo Energy Indonesia.

Perusahaan ini resmi menjalankan bisnisnya di dalam negeri sejak 19 Oktober 2017. Kendati demikian, rencana pendiriannya sebetulnya sudah berlangsung sejak 2016 lalu.

Sejauh ini, SPBU Vivo sudah tersebar di kota-kota di Indonesia, termasuk di wilayah Pulau Seram, Maluku. Namun, sebagian besar cabang SPBU Vivo saat ini memang berada di wilayah Jawa, Madura, dan Bali (Jamali).

Mengapa Harga BBM Vivo Lebih Murah dibanding Pertalite?

Produk BBM Vivo yang dijual lebih murah dibanding Pertalite adalah Revvo 89. Sesuai dengan namanya, BBM ini memiliki nilai Research Octane Number (RON) sebesar 89.

Harganya dibanderol lebih murah dibanding Pertalite dikarenakan nilai RON Pertalite sedikit lebih tinggi, yaitu 90. Revvo 89 setara dengan produk Pertamina lainnya yang hampir dihapus, yaitu Premium.

RON sendiri merupakan ukuran nilai oktan suatu bahan bakar. Nilai oktan digunakan untuk mengukur kemampuan bahan bakar untuk menahan ketukan atau knocking selama proses pembakaran.

Secara umum peringkat RON digunakan oleh insinyur, produsen mobil, perusahan penyulingan minyak, dan pemasaran bahan bakar untuk menentukan harga. Semakin tinggi nilai oktan BBM semakin tinggi pula harganya.

Terlepas dari perbedaan nilai RON, ini bukan kali pertama harga BBM yang dijual oleh Vivo lebih murah dibanding BBM di Pertamina. Pada November 2017, Vivo sempat menjual BBM RON 89 dengan harga Rp6.100 per liter, yang kemudian naik menjadi Rp6.300 per 4 November.

Harga tersebut jauh lebih murah dibanding BBM RON 88 Premium Pertamina yang dijual seharga Rp6.450 di waktu yang sama. Padahal, harga BBM di Vivo saat itu belum setara dengan keekonomian BBM Premium Pertamina yang ditaksir Rp7.100 per liter. Perlu diingat, bahwa harga Premium Pertamina sudah mendapat subsidi dari pemerintah.

Perbedaan harga tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya masalah distribusi. Saat itu, SPBU Vivo baru dibuka di daerah Jakarta dan biaya distribusi belum menjadi masalah. Di sisi lain, Pertamina memiliki distribusi yang lebih luas dengan biaya yang beragam di masing-masing daerah.

Kendati demikian, pihak Vivo mengklaim bahwa mereka masih mendapatkan untung meski menjual dengan harga yang lebih murah. Menurut pakar, hal ini bisa saja mengindikasikan adanya inefisiensi di Pertamina.

Fahmy Radhi Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) menyebutkan apabila Vivo bisa konsisten menjual RON 89 dengan harga di bawah Premium yang hanya RON 88, maka semakin membuktikan adanya inefisiensi tersebut.

“Vivo harus bisa membuktikan kalau ini bukan hasil dari manipulasi harga. Kalau bisa menjual RON 89 dengan harga yang sama, artinya memang Vivo jauh lebih efisien,” katanya.

Hal itu dibuktikan dengan dibukanya SPBU Vivo di Pulau Seram pada November 2017 dengan harga Revvo 89 yang sama dengan wilayah Jamali.

Sementara itu, hingga Senin (5/9/2022) BBM Revvo 89 masih belum mengalami kenaikan sesuai dengan kenaikan BBM Pertamina. Berikut daftar harga BBM Vivo per 5 September 2022 pukul 16.00 WIB:

  • Revvo 89 Rp 8.900 per liter.
  • Revvo 92 Rp 15.400 per liter.
  • Revvo 95 Rp 16.100 per liter.

Baca juga artikel terkait SPBU VIVO atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Iswara N Raditya