tirto.id - Iran sedang dilanda protes besar-besaran yang dipicu kematian seorang wanita bernama Mahsa Amini. Dia ditahan karena diduga melanggar aturan hijab yang ketat. Lantas, siapa Mahsa Amini?
BBCmelaporkan, kerusuhan sudah menyebar ke lebih dari 20 kota besar, termasuk di ibu kota Teheran. Demo itu merenggut korban jiwa, di antaranya adalah anak laki-laki 16 tahun. Dia diduga ditembak mati saat pasukan keamanan menembak peserta demo.
Berdasarkan video yang dikutip BBC, para wanita melambaikan jilbab ke udara atau membakarnya. "Tidak untuk jilbab, tidak untuk sorban, ya untuk kebebasan dan kesetaraan!" teriak pengunjuk rasa di Teheran.
Siapa Mahsa Amini dan Bagaimana Kronologi Kasusnya?
Mahsa Amini adalah seorang wanita Kurdi berusia 22 tahun. Dia berasal dari kota barat laut, Saqez. Mahsa meninggal di rumah sakit pada Jumat, 22 September 2022 waktu setempat setelah tiga hari koma.
Kasus ini berawal dari Mahsa yang datang ke Teheran bersama keluarganya. Dia ditangkap polisi moral karena dituduh melanggar aturan yang mengharuskan wanita memakai jilbab dan pakaian longgar.
Mahsa pingsan setelah dibawa ke pusat penahanan untuk dididik. Ada banyak spekulasi soal ini. Ada yang menyebut petugas memukul kepalanya dengan tongkat. Ada pula yang bilang kepalanya dibenturkan ke salah satu kendaraan petugas.
Seperti dikutip Vogue, ibu Mahsa Amini mengaku kalau putrinya sudah mengenakan jubah panjang yang longgar seperti yang dipersyaratkan dalam hukum Iran.
Akhirnya, Mahsa Amini meninggal dunia di rumah sakit Iran setelah tiga hari dalam keadaan koma. Beragam spekulasi itu telah dibantah polisi, Menurut polisi, Mahsa tidak dianiaya tepati menderita "gagal jantung mendadak". Namun pihak keluarganya mengatakan Mahsa sehat dan bugar.
Pasukan keamaan Iran telah mengeluarkan pernyataan yang mengklaim kalau Mahsa Amini meninggal karena serangan jantung di pusat penahanan, tetapi keluarganya membantah klaim tersebut.
Protes kemudian meletus di luar konsulat Iran di Istanbul, Teheran dan sekitarnya. Banyak wanita yang turun ke jalan untuk memprotes kematian Mahsa Amini.
Editor: Iswara N Raditya