Menuju konten utama

September Ceria Bagi Masyarakat Suriah

September telah berlalu. Bagi Bashar Al Assad dan Suriah, September amatlah berkesan, karena pada bulan itu hadir kebahagiaan dan kesenangan tidak terkira.  Itulah yang ingin mereka tampakkan pada seluruh masyarakat dunia.

September Ceria Bagi Masyarakat Suriah
Pekerja medis memeriksa kerusakan di luar rumah sakit darurat setelah sebuah serangan udara di lingkungan al-Maadi Aleppo yang dikuasai pemberontak, Suriah, Rabu (28/9). ANTARA FOTO/REUTERS/Abdalrhman Ismail

tirto.id - Kebahagiaan pada bulan September diawali dengan video yang dirilis Kementrian Pariwisata Suriah di Youtube. Dentuman irama musik elektronik Alan Walker berjudul Fade tentu membuat kita bersemangat. Apalagi jika lagu itu mengiringi video pemandangan indah di sepanjang pesisir pantai kota Tartus yang menghadap Laut Mediterania.

Kamera drone melayang di atas laut biru yang tenang, sesekali menyorot lapangan hijau yang tumbuh subur. Ratusan orang bersantai, bermain pasir atau berenang di tepian pantai. Sementara wisatawan lain dengan riang memicu jet ski sekecang-kencangnya. Semua orang terlihat gembira. Di akhir video lalu muncul teks “Suriah selalu Cantik”.

Pada video lain menampilkan rekaman balapan mobil-mobil mewah pada sebuah trek. Kemudian di akhir video muncul sebuah pesan "Roda kehidupan tidak pernah berhenti.” Sejak pertengahan Agustus video promosi gencar mereka sebarkan. Ada selusin lebih video promosi diupload pada akun Syirian Tourism di Youtube.

Setelah sekian lama berkecamuk dalam perang, Suriah mencoba kembali mencitra. Lewat video promosi pariwisata, mereka ingin memberi pesan: “Persetan dengan perang. Di Suriah kami masih banyak menemukan kedamaian dan ketenangan.”

Assad semakin berjaya setelah Darraya – benteng terakhir milisi oposisi di selatan Damaskus jatuh ke tangan pemerintah. Saat Idul Adha, Assad memutuskan shalat Ied di sebuah masjid yang dulunya markas oposisi. Kehadiran Assad di Darraya disambut gembira penduduk Damaskus. Idul Adha pun semakin meriah, hilir mudik orang jual beli di pasar, lampu-lampu bersinar menerangi penjuru kota.

Kedamaian itu tidak hanya terjadi di Damaskus. Di garis terdepan medan peperangan Aleppo – kota terbesar kedua di Suriah dan basis terkuat milisi oposisi, hidup senang-senang juga dirasakan pendukung Assad. Aleppo kini terbagi jadi dua, di sebelah barat dikuasai pemerintah sedangkan milik milisi oposisi.

Penggambaran Aleppo dengan reruntuhan bangunan dimana-mana, jalan-jalan yang berlubang akibat bom, bangkai-bangkai mobil teronggok gosong di jalan, semua itu tidaklah benar adanya. Aleppo itu sungguh indah seperti penggambaran video terbaru yang dirilis Kementerian Pariwisata Suriah sore tadi.

Kali ini, mereka menggambarkan Aleppo seperti kerajaan di Game of Thrones. Dengan iringan intro Game of Thrones, kamera drone terbang melayang di atas bangunan abad pertengahan Beit ghazaleh dan Katedral Forty Martyrs, lalu berputar di taman Al-Sabel yang hijau dan asri.

Seluruh penghuni kota menjalani kehidupan normal: jalan-jalan ramai dipenuhi kendaraan pribadi, taksi dan bis umum. Hotel, pasar dan gedung-gedung ramai dipenuhi pengunjung. Semua terasa damai, dan tidak ada perang di Aleppo!

Tidak hanya siang, aktivitas malam pun sama meriahnya. Pada pekan lalu, kantor berita milik pemerintah Syiria Arab News Agency (SANA) merilis video kehidupan dunia malam di Aleppo yang menggambarkan aktifitas kelabing.

Dalam remang-remang lampu disko dan alunan musik disjoki, muda-mudi Aleppo berpakaian seksi asyik berjoget ria. Tidak ada ketakutan. Semua berpesta pora. SANA dengan bangga menyebut Aleppo sebagai “boasts a thriving nightlife - menawarkan kehidupan malam yang berkembang ”

Saat ini pemerintah Suriah memang sibuk mencitra agar turis asing kembali datang berkunjung. Tiap tahun hampir 8,5 turis asing datang berlibur ke Suriah. Pada 2011, sebelum konflik terjadi, pariwisata menyumbang 13,5 persen PDB negara dengan pemasukan hampir US$ 830 juta. Perang membuat pendapatan itu sirna. Siapa pula yang mau berlibur di daerah konflik, yang tiap detik nyawa Anda bisa lenyap seketika.

Di bulan September, Assad sukses mencitra. Mereka berhasil menanamkan imajinasi bahwa Suriah adalah surga, mirip tempat-tempat indah lain di muka bumi ini. Tapi benarkah itu? Kampanye-kampanye di atas tentu hanya omong kosong belaka.

Mereka tidak memperlihatkan kondisi Suriah saat ini tiap jam, pesawat-pesawat jet terbang menderu mengancam penduduk sipil yang tinggal di wilayah milisi oposisi. Bom-bom barrel membunuhi siapapun. Assad sukses mendekatkan surga dan neraka itu begitu amat dekat. Hanya sepelemparan batu.

Syirian Network for Human Right (SNHR) melansir pada bulan September lalu setidaknya total 1176 warga sipil tidak berdosa tewas, dan hampir 84 persen atau 993 orang diantaranya tewas di tangan rezim Assad dan Suriah. Rinciannya 602 orang dibunuh oleh tentara pemerintah dan 391 orang lain oleh militer Rusia. ISIS di posisi ketiga dengan pembunuhan terhadap 99 warga sipil, 39 orang sisanya dibunuh oleh faksi milisi oposisi.

Dari kekejian yang dilakukan Assad, 192 orang yang terbunuh adalah anak-anak. Jika dirata-ratakan per hari selama September lalu, Assad menghabisi 7 nyawa anak-anak tidak berdosa. Di sisi lain, Assad pun menghabisi 163 perempuan tidak berdosa, bahkan 57 perempuan itu mati akibat penyiksaan yang dilakukan oleh tentara.

Total korban tewas selama September memang masih kalah jika dibandingkan dengan bulan Juli, 1557 orang atau Agustus, 1521 orang. Faktor gencatan senjata membuat angka ini turun, namun setelah gencatan senjata berakhir, Assad dan Putin pun kembali menggila.

Pada pekan akhir September, WHO melansir bahwa dalam sepekan rezim Assad telah membunuh 338 orang dan 100 diantaranya adalah anak-anak. Serangan intens lewat jet tempur dan artileri itupun melukai lebih dari 846 orang dan 261 anak-anak.

Serangan Assad sungguh tidak pandang bulu, rumah sakit pun tidak segan untuk untuk dia kirimi bom. Pada 28 September lalu, sebuah serangan udara menyasar dua rumah sakit di Allepo timur. Seolah tidak kapok, kemarin (3/10) kejadian sama diulanginya.

Wartawan Al Jazeera, James Bays sempat bertanya kepada Duta Besar PBB Suriah, Bashar Jaafari terkait tindakan keji ini. Bashar Jaafari hanya melenggang pergi sambil tertawa mengabaikan pertanyaan itu. jika negaranya telah membom dua rumah sakit. Jaafari berjalan pergi tertawa tanpa jawaban. “Tidak jelas mengapa ia tertawa mengingat negaranya sedang dituduh melakukan kejahatan perang di Aleppo,” ucap Bays.

Kekejian itu semakin menjadi-jadi ketika akses bantuan kemanusiaan menuju daerah-daerah yang terisolasi dilarang oleh Assad. Laporan mendalam The Guardian mengungkap bahwa hampir 80 persen bantuan dari PBB telah blokir oleh rezim Assad. Bantuan konvoi dilakukan untuk menyelamatkan 240.000 orang yang terkepung, kelaparan, butuh air dan obat-obatan.

Dari 20 persen bantuan yang masuk pun, rezim mensortir komponen apa saja yang boleh diberikan atau tidak. Ditengah gempuran dan hujan bom rezim kepada penduduk sipil, mereka melarang bantuan obat-obatan dan medis untuk masuk. Aturan ini harus diikuti secara betul.

Ancaman itu amat serius karena berujung kematian. Assad dan Putin tidak segan membuktikan ancaman itu. Pada 20 September lalu, jet-jet tempur Suriah dan Rusia menyerang konvoi bantuan kemanusiaan PBB, 32 orang tewas dalam serangan tersebut. Dimana, 12 diantaranya adalah anggota tim kemanusiaan PBB.

Pada bulan September, Assad sukses menciptakan surga dan neraka di Suriah. Bagi beberapa orang kesenangan, kebahagiaan dan ketenangan yang identik dengan surga itu amatlah begitu abstrak. Berbeda dengan kepedihan siksa neraka yang bisa dirasakan di dunia nyata. Sampai saat ini Suriah adalah neraka. Neraka yang diciptakan bukan oleh tuhan, melainkan sebuah institusi bernama negara.

Baca juga artikel terkait POLITIK atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Politik
Reporter: Aqwam Fiazmi Hanifan
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti