Menuju konten utama

Sentuhan Eks Pelatih Juventus Bikin Inter Cemerlang di Awal Musim

Antonio Conte menjadi manajer ketiga sepanjang sejarah Inter yang bisa membawa tim menang dengan selisih empat gol pada pekan perdana Serie A. Strateginya meramu tim ciamik.

Sentuhan Eks Pelatih Juventus Bikin Inter Cemerlang di Awal Musim
Pemain Inter Milan, Romelu Lukaku, kanan, mencetak gol ketiga timnya selama pertandingan sepak bola Serie A antara Inter Milan dan Lecce di stadion San Siro, di Milan, Italia, Senin, 26 Agustus 2019. Luca Bruno/AP

tirto.id - Sebanyak 33 gol tercipta dari total 10 laga dalam pekan pembuka Serie A 2018/2019, lebih tinggi ketimbang jumlah gol di pekan pertama EPL (27) dan La Liga (26) 2018/2019. Ini membuktikan Italia semakin meninggalkan identitas sepakbola bertahan, seperti yang melekat pada mereka di masa lampau.

Di antara 20 klub yang berlaga pada pekan pertama itu, Inter Milan lah yang paling menonjol. Dalam laga melawan Lecce di Stadion Giuseppe Meazza, Selasa (27/8/2019) dini hari, il Nerazzurri menang telak 4-0.

Sepanjang sejarah Inter, hanya tiga pelatih yang mampu mengatarkan tim menang dengan jarak empat gol pada laga pembuka. Ia adalah Giuseppe Meazza (melatih selama 1955-1957), Helenio Herrera (1960-1968 dan 1973-1974), dan terakhir Antonio Conte, sang pelatih baru yang sempat menangani rival Inter, Juventus, pada 2011-2014.

Dalam pertandingan itu tuan rumah mulanya membuat beberapa kesalahan mendasar. “Kami sempat melakukan terlalu banyak salah umpan di awal,” aku gelandang Marcelo Brozović.

Inter juga nyaris saja kebobolan lebih dulu oleh sontekan jarak jauh Gianluca Lapadula. Beruntung bola yang nyaris melewati garis gawang dapat dimentahkan bek Milan Škriniar.

Setelah lewat 15 menit, barulah Inter bermain lebih percaya diri. Dengan skema dasar 3-5-2, umpan-umpan horizontal progresif khas Antonio Conte terlihat dan langsung membuahkan hasil.

Pada menit ke-21 dan 24, mereka unggul lewat gol Brozović dan Stefano Sensi. Brozović mencatatkan namanya di papan skor lewat placingshoot dari luar kotak penalti ke sudut kanan atas gawang lawan, sementara Sensi memperpanjang napas Inter dengan sepakan menyusur tanah ke sisi berlawanan.

Pada babak kedua, tepatnya menit ke-60, striker anyar Romelu Lukaku mencetak gol debutnya dengan memanfaatkan bola muntah hasil sepakan Lautaro Martínez. Pesta gol il Nerazzurri lantas dipungkasi Antonio Candreva dengan tembakan jarak jauh yang meluncur akurat ke sisi kiri atas gawang lawan.

“Kami tidak boleh terlalu banyak omong. Kami harus menjadi dinamit [diam dan mengejutkan]. Jadi kami akan teruskan tren ini dan bekerja lebih keras dari sebelumnya,” kata Antonio Conte setelah pertandingan.

Formasi dan Peran yang Tepat

Satu hal yang patut dipuji dari strategi Conte dalam laga kontra Lecce adalah caranya memberikan peran kepada setiap pemain.

“Formasi 3-5-2 ini adalah bentuk evolusi yang lebih menyerang dari formasi lama 4-2-4. Aku rasa aku memiliki pemain-pemain yang cocok dengan sistem ini, pemain yang selalu siap naik ke depan,” tutur Conte setelah pertandingan.

Performa brilian, misalnya, ditunjukkan para gelandang. Brozović dan Sensi, bersama MatíasVecinosebagai poros, mampu menjalankan perintah Conte dengan jeli. Keduanya nyaris tak pernah terlambat memberikan dukungan ketika duet wingback—Kwadwo Asamoah dan Candreva—memutuskan naik memberikan dukungan kepada Lukaku dan Martínez.

Keberadaan dua gelandang yang selalu tepat waktu naik ke depan kotak penalti ini memungkinkan transisi bola dari sisi kiri ke kanan maupun sebaliknya berjalan lancar. Alhasil, Inter punya pilihan serangan lebih banyak ketika si kulit bundar sudah sampai di sepertiga area lawan.

Kemampuan Brozovićdan Sensi melepaskan tendangan akurat juga bikin serangan Inter makin sulit ditebak. Jika setiap celah umpan ditutup, keduanya memiliki opsi tembakan langsung.

Terbukti baik Brozovićmaupun Sensi sama-sama mencetak gol pada laga kontra Lecce.

“Sensi dan Brozović adalah pemain yang sangat versatile (cakap, mumpuni, serba bisa). Mereka barangkali akan kesulitan jika hanya bermain berdua, tapi dengan satu tambahan orang (Vecino), mereka bisa melakukan peran ganda dengan bagus,” puji Conte.

Conte juga memaksimalkan Lukaku. Di laga kontra Lecce Lukaku tidak cuma berfungsi sebagai ujung tombak, tapi juga punya kontribusi dalam build-up serangan.

Lukaku relatif menjalankan perannya dengan efektif. Kendati tiga kali kehilangan bola, dia berhasil mencatatkan total 37 sentuhan (34 kali berhasil mempertahankan bola). Menurut hitung-hitungan Whoscored, lebih dari setengah sentuhan Lukaku juga terjadi di area vital pertahanan Lecce.

Bahkan gol ketiga Inter yang tercipta dari kaki Lukaku juga berkat serangan yang dibangun si pemain. Usai mengirim backpass kepada Martínez, pemain berpaspor Belgia ini langsung berlari ke kotak penalti untuk menyambut kemungkinan rebound.

“Lukaku memulai perjalanannya di Inter dengan jalan yang sebaik-baiknya,” puji Conte.

Drama Icardi Tak Ada Lagi

Selain penampilan ciamik di atas lapangan, kesuksesan Inter memulai Serie A dengan kemenangan juga tidak lepas dari suasana ruang ganti yang lebih kondusif.

Lagi-lagi yang berperan adalah Conte. Dia berani tidak memasukkan Mauro Icardi, striker yang musim lalu menjadi ‘racun’ di ruang ganti, dalam rencana kerja tahun ini. Status pemain asal Argentina ini sekarang dibekukan.

Usai pertandingan, Conte bahkan tak segan menyebut Icardi sudah jadi pemain yang pasti dilepas tim. “Aku pikir tanggapan direktur olahraga kami sudah jelas. Kami telah merilis tiga pemain yang jadi kunci musim lalu, yakni Perišić, Nainggolan, dan Icardi.”

Sehari sebelum pertandingan, dalam wawancara dengan DAZN, Direktur Olahraga Inter Giuseppe Marotta tegas mengonfirmasi kalau Icardi akan didepak dari klub. Bahkan tanggapan terakhir istri sekaligus agen Icardi, Wanda Nara, yang menyebut kliennya ingin bertahan di Inter sama sekali tidak digubris.

“Kami merasa terganggu dengan komentar Wanda Nara karena segi waktu maupun metode yang dia tempuh. Aku bisa pastikan tidak ada orang yang ingin menahan Icardi di Inter, terutama presiden klub Steven Zhang,” kata dia.

Jika benar demikian, Inter jelas akan merugi. Bagaimanapun Icardi adalah striker berbahaya. Namun jika menimbang performa tim yang menjanjikan di awal musim, tidak berlebihan untuk tetap menempatkan Inter sebagai penantang utama Juventus dalam perebutan Scudetto musim ini.

Baca juga artikel terkait LIGA ITALIA atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Rio Apinino