tirto.id - Selebriti Julia Perez meninggal pada 10 Juni 2017 setelah 3 tahun melawan kanker serviks. Perempuan bernama asli Yulia Rachmawati ini meninggal dalam usia 36 tahun.
Di dunia hiburan, namanya mulai dikenal publik saat menjadi model majalah pria dewasa seperti FHM dan Maxim. Majalah FHM Indonesia pernah memasukkan nama Julia dalam daftar 100 Sexiest Wowen in the World.
Setelah itu, Julia menapaki karire sebagai aktris. Sebagian besar perannya memang tipikal: perempuan seksi. Ia banyak main di film horor (Beranak Dalam Kubur, Kuntilanak Kamar Mayat, Jeritan Kuntilanak, Kuntilanak Kesurupan, Rumah Bekas Kuburan), juga film bermuatan seks (Susahnya Jadi Perawan, Basahhh..., Sst... Jadikan Aku Simpanan). Salah satu perannya yang cukup menonjol dan menghibur adalah saat menjadi Angel di film Bukan Cinta Biasa.
Di film itu, Angel adalah kekasih Tommy, vokalis band rock yang pernah terkenal 16 tahun lalu. Suatu hari, tiba-tiba datang seorang gadis muda bernama Nikita, yang ternyata adalah anak Tommy dan Lintang. Kedatangan Nikita membuat semua berubah. Misi Nikita memang menyatukan kembali Tommy dan Lintang. Itu artinya Angel harus didepak, bagaimanapun caranya.
Julia amat baik memerankan Angel, sosok groupies genit yang ngotot tak mau pergi dari kehidupan Tommy. Mulai dari gaya manjanya, bagaimana Ia kesal pada Nikita yang masih bocah dan belagu. Atau bagaimana Ia meminta ketegasan pada Tommy, dan berakhir dengan diusir oleh Nikita.
Memang rasanya susah untuk mengakui kemampuan akting Julia, karena ia terlalu banyak memerankan karakter yang sama, dengan kualitas akting yang tak dikeluarkan dengan maksimal. Namun, ternyata Julia berhasil menepis semua keraguan para pengkritiknya.
Pada 2013, Julia dapat Piala Maya berkat perannya sebagai Malini di film Gending Sriwijaya. Dalam kategori Aktris Utama Terpilih, Julia mengalahkan Adinia Wirasti, Prisa Nasution, Ratu Felisha, dan Ririn Ekawati. Beberapa bulan sebelumnya, Julia juga memenangkan penghargaan Pemeran Utama Wanita Terpuji di Festival Film Bandung berkat film yang sama. Gelar ini adalah penghargaan akting pertama dalam kariernya.
Julia tidak hanya tentang segala yang baik dan menarik. Ia beberapa kali tersangkut kasus hukum karena perseteruannya dengan sesama artis, bahkan sempat dipenjara selama 3 bulan. Sebagai penyanyi, Julia juga pernah diboikot karena dianggap menyanyikan lagu vulgar. Album perdananya, Kamasutra, diboikot di banyak daerah karena menyertakan kondom sebagai bonus pembelian. Julia menganggap bonus kondom adalah simbol untuk mencegah penyebaran penyakit HIV/AIDS. Namun banyak pihak mengatakan itu adalah tindakan dukungan terhadap seks bebas.
Terlepas dari segala kontroversi yang menimpanya, Julia adalah sosok perempuan yang tangguh dan mandiri. Ibunya, Sri Wulansih, merawat Julia dan dua orang adiknya sebagai orang tua tunggal setelah berpisah dengan suaminya, Angkasa Jaya. Didikan sang ibu kemudian membuat Julia menjadi sosok yang kuat, juga berani.
Saat dianggap membuat konten porno oleh MUI, Julia sempat mengatakan ingin berdiskusi dengan lembaga ini. "Saya ingin bertanya pada mereka tentang anggapan saya membuat konten porno. Saya ingin bukti, mana yang porno. Saya ingin bertemu dengan MUI segera," ujarnya.
Selain itu, yang patut dipuji dari Julia adalah hasrat untuk mencari ilmu setinggi mungkin. Pendidikan tinggi pertamanya adalah saat menempuh pendidikan di Akademi Sekretari Interstudi. Pendidikan itu membawanya bekerja di sebuah perusahaan furniture yang dijalankan oleh seorang warga Belanda. Dari sana Julia mendapat tawaran untuk bekerja di Belanda. Tawaran itu diterima, membuat Julia tinggal di Belanda selama 3 tahun.
Cukup lama tinggal di luar negeri, membuat Julia fasih beberapa bahasa asing. Ia dikenal cakap berbicara bahasa Perancis, karena pernah menikah dengan seorang model asal Perancis, Damien Perez. Dari sana, nama Perez diadopsi Julia hingga sekarang. Julia juga dikenal fasih Bahasa Inggris, pula piawai bahasa Spanyol karena pernah menikah dengan pesepakbola asal Argentina yang merumput di Indonesia, Gaston Castano. Ditambah dengan 1 bahasa nasional dan 1 bahasa daerah yang sudah dikuasai oleh Julia, maka Julia bisa disebut sebagai poliglot.
Meski sibuk sebagai selebriti, Julia tak pernah melupakan pendidikan. Sejak 2011, Julia kembali makan bangku sekolah. Ia mengambil jurusan Hukum di Universitas Bung Karno. Ia lulus tepat waktu, diwisuda pada 2015. Dalam transkrip nilai akademik yang ia unggah di Instagramnya, Julia lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3,39. Di beberapa mata kuliah, ia mendapat nilai A. Semisal Hukum Perburuhan dan Ketenagakerjaan, Hukum Keuangan Negara, hingga Filsafat Hukum dan Etika Profesi.
Judul skripsinya adalah Analisis Yuridis Tindak Pidana Penganiayaan Dalam Adegan Film Arwah Goyang Karawang Menurut Pasal 351 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Studi Kasus Putusan MA Nomor 913 K/Pid/2012.
Sejak 2014, Julia didiagnosis menderita kanker servik stadium 2. Kondisinya terus memburuk setelah itu. Tapi kondisi kesehatannya tak berhasil menahan hasrat Julia menuntut ilmu. Pada 12 Maret 2016 di akun Instagramnya, Ia mengunggah video hari pertama kuliah S2. Ia mengambil program Magister Hukum di Universitas Jaya Baya.
"Hidup pendidikan!" teriaknya, riang dan melempar senyum lebar.
Beberapa bulan setelahnya, tepatnya pada Desember 2016, kondisi Julia semakin drop. Kanker serviksnya makin parah, kali ini sudah mencapai stadium 4. Tapi Julia, lagi-lagi, bukan perempuan yang mudah patah semangat. Ia tetap berobat.
Dari sana, kita bisa melihat semangat hidup Julia yang tetap berkobar. Ia mengundang Rio Motret, kawan baiknya, untuk memotretnya. Hasilnya adalah foto ikonik: Julia dengan rambut pendek, gincu merah tua, tersenyum lebar. Dipotret dari samping, memperlihatkan punggung yang terbuka dan lengan yang kurus. Senyum lebar Julia seperti memberikan pernyataan bahwa Julia tetap bisa tegar dan cantik meski diserang kanker. Sebuah simbol perlawanan yang tegas. Di foto lain, Julia dipotret dengan mengenakan syal rajutan yang menutupi separuh kepalanya yang sudah tanpa rambut sama sekali. Di foto itu kita bisa melihat, masih ada api di mata Julia. Ia tak bisa dipadamkan, tak mau menyerah.
Namun akhirnya perjuangan Julia mencapai titik akhir. Julia meninggal setelah 3 tahun melawan kanker serviks dengan sebaik-baiknya, dengan seteguhnya. Ia boleh pergi, tapi semangatnya tetap akan tinggal. Semangat untuk belajar, semangat untuk melawan, semangat memerangi kanker. Selamat jalan Julia.
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti