tirto.id - Meningginya gairah kebangsaan yang membuat bulu kuduk merinding menjadi tanda kembalinya tim nasional Indonesia di kancah sepakbola internasional. Itu terlihat dalam pertandingan persahabatan melawan Malaysia pada 26 September 2016 kemarin.
Lihatlah wajah-wajah punggawa Garuda yang didominasi wajah-wajah kekinian saat menyanyikan lagu “Indonesia Raya” sebelum laga dimulai. Dari Irfan Bachdim, Boaz Solossa, hingga sang debutan Bayu Pradana, mereka melantunkan lagu keramat itu dengan bibir bergetar dan mata yang berkaca-kaca.
Duel melawan Malaysia di Stadion Manahan Solo itu memang menjadi aksi pertama Timnas Indonesia setelah sewarsa lebih harus absen lantaran terkena skorsing dari konfederasi sepakbola dunia alias FIFA.
Masyarakat Solo dan sekitarnya pun menyambut dengan gegap gempita. Sebanyak 21.500 lembar tiket ludes! Puluhan ribu orang memerahkan Manahan dan menyerukan dukungan tanpa henti di sepanjang laga untuk persiapan AFF Cup 2016 ini.
Tak Sempurna Tapi Menggetarkan
Kemenangan atas Malaysia sebenarnya kurang sempurna dari sisi permainan. Performa Indonesia masih terlihat kurang menarik. Beruntung, Malaysia juga tidak tampil prima dan membuat kesalahan fatal yang sukses dimanfaatkan menjadi gol oleh tuan rumah.
Ketidaksempurnaan Garuda tampak dari statistik pertandingan. Kendati menang tiga gol, tapi Malaysia justru lebih banyak melakukan tembakan ke arah gawang yakni 12 berbanding 10.
Malaysia juga lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk mencetak gol dari skema sepak pojok, 4 kali tapi semuanya gagal. Sedangkan skuad Alfred Riedl hanya memperoleh 2 tendangan sudut yang juga tidak berhasil menjadi gol.
Dari penguasaan bola, Malaysia mampu mengimbangi Indonesia. LabBola mencatat presentasinya adalah 50:50. Artinya, tim Harimau Malaya sejatinya tidak tampil buruk-buruk amat meskipun akhirnya kalah 3-0.
Di luar statistik itu, aksi individu dan kerja sama tim Merah-Putih terbilang lumayan mengingat persiapan yang mepet dan terbatasnya pemain di tim nasional. Riedl memang hanya boleh memakai maksimal 2 pemain dari setiap klub yang saat ini sedang mengarungi kompetisi Indonesia Soccer Championship A (ISC A) 2016.
Riedl menerapkan formasi yang tidak biasa di laga semalam. Biasanya, Indonesia hanya mengandalkan satu striker utama, didukung dua sayap serang. Tapi, kali ini ada sepasang penyerang, yakni Boaz Solossa (Persipura Jayapura) dan Irfan Bachdim (Consadole Sapporo). Ternyata, keduanya mampu bermitra dengan apik.
Khusus Irfan Bachdim, lelaki blasteran yang kini merumput di Jepang ini tampil cukup oke, bahkan terpilih menjadi pemain terbaik. Padahal, dalam tiga musim terakhir, ia sangat jarang dimainkan, baik ketika masih memperkuat Ventforet Kofu di J-1 League, maupun setelah pindah ke klub J-2, Consadole Sapporo.
Bermain selama 71 menit sebelum cedera, Irfan Bachdim menorehkan catatan bagus. Dari total 19 passing, 15 di antaranya sukses atau mencapai 78 persen. Tingkat keberhasilan tekelnya bahkan sempurna, 100 persen dari 5 tindakan. Sebuah gol berhasil dicetaknya dari 2 kali percobaan, serta 1 assist untuk gol Boaz Solossa.
Meskipun 2 dari 3 gol Indonesia terjadi karena blunder lawan, tapi setidaknya gol-gol itu membangkitkan rasa percaya diri pasukan Garuda yang baru saja memulai kembali kiprahnya di level resmi. Kemenangan ini rasa-rasanya juga menggetarkan rasa kebangsaan setiap orang Indonesia yang menyaksikan.
Mumpuni di Setiap Lini
Lagi-lagi kendati belum sempurna, tetapi setiap lini tim nasional Indonesia tampil cukup mumpuni. Duet Boaz dan Irfan di barisan depan, ditambah dukungan Andik Vermansah (Selangor FA) dan Zulham Zamrun (Persib Bandung) dari sektor sayap terbukti ampuh dengan membuahkan trigol.
Di tengah, Evan Dimas (Bhayangkara FC) sepenuhnya pegang kendali. Pemuda 21 tahun eks kapten Timnas Indonesia U19 ini punya visi mumpuni dan bermain sangat efektif. Ia memang tidak terlalu sering membawa bola ataupun melepaskan tembakan jarak jauh. Namun, Evan Dimas adalah nyawa lini sentral tim Garuda di laga kemarin.
Menurut catatan LabBola, Evan Dimas yang dimainkan selama 90 menit penuh memiliki akurasi passing hingga 97 persen. Sementara tandemnya di lini tengah, Bayu Pradana (Mitra Kukar), hanya terpaut lebih sedikit, yakni 95 persen.
Bayu Pradana memang tidak seefisien Evan Dimas dan beberapa kali melepaskan tendangan spekulasi yang masih jauh dari sasaran. Tapi, penampilan gelandang 25 tahun ini terbilang cukup baik. Apalagi, laga kontra Malaysia adalah debutnya di tim nasional senior.
Untuk barisan pertahanan, Fachrudin Wahyudi Aryanto (Sriwijaya FC), adalah bintangnya. Saat berduet dengan Rudolof Yanto Basna (Persib Bandung), juga ketika didampingi Dedi Gusmawan (Zeyar Shwe Myay/Myanmar) sejak menit 71, ia ibarat batu karang yang sulit ditembus.
Selain mencatatkan 83 persen akurasi passing, Fachrudin tampil sempurna di lini belakang Garuda. Tengok saja statistiknya selama 90 menit: 100 persen tekel sukses dan 100 persen sukses duel udara! 12 kali aksi pembersihan (clearances) dan 8 intersep pun berhasil dilakukannya dengan gemilang.
Bek sayap debutan, Abdul Rachman (Persiba Balikpapan), juga menunjukkan penampilan mengejutkan di sisi kiri pertahanan Indonesia, sebelum digantikan oleh Abduh Lestaluhu (PS TNI) pada menit 64.
Begitu pula dengan Benny Wahyudi (Arema Cronus) di sektor kanan yang kinerjanya cukup stabil hingga dilanjutkan oleh Indra Kahfi Ardhiyasa (Bhayangkara FC) enam menit jelang pertandingan usai.
Modal Berharga Skuad Muda
Keberanian Alfred Riedl yang menyertakan banyak anak muda di timnas senior kali ini patut diapresiasi. Ada 6 pemain di bawah usia 26 tahun sebagai starter: Evan Dimas dan Rudolof Yanto Basna (21 tahun), Abduh Lestaluhu (22 tahun), Andritany Ardhiyasa dan Andik Vermansah (24 tahun), serta Bayu Pradana (25 tahun).
Itu belum termasuk pemain pengganti: Ichsan Kurniawan (20 tahun), Irsyad Maulana (22 tahun), dan Lerby Eliandry (24 tahun). Di bangku cadangan masih ada Septian David Maulana (19 tahun), Hansamu Yama (21 tahun), Adam Alis (22 tahun), serta Teguh Amiruddin (23 tahun), yang tidak dimainkan.
Starting line-up lainnya pun paling tua berumur 30 tahun, yaitu Boaz Solossa dan Benny Wahyudi. Sisanya di bawah itu, yakni Zulham Zamrun dan Irfan Bachdim (28 tahun), Fachrudin Aryanto (27 tahun),Abdul Rachman (26 tahun), juga Indra Kahfi (28 tahun) dan Dedi Gusmawan (30 tahun) yang masuk di perjalanan babak kedua.
Melihat rata-rata usia skuad terbaru Timnas Indonesia yang terbilang muda, ditambah hasil yang cukup menjanjikan di laga versus Malaysia kendati belum sempurna, tentunya menjadi modal berharga untuk regenerasi tim Merah Putih ke depan.
AFF Cup 2016 bakal menjadi ujian sesungguhnya bagi Evan Dimas dan kawan-kawan di mana Indonesia berada di grup neraka bersama juara bertahan Thailand, Singapura, dan tuan rumah Filipina. Kiprah pasukan muda Garuda di ajang paling bergengsi se-Asia Tenggara itu pun patut dijadikan harapan terlepas apapun hasilnya.
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti