Menuju konten utama

Selamatkan Lingkungan dari Sampah Terkecil: Puntung Rokok

Indonesia menjadi negara kedua penyumbang sampah di laut setelah Tiongkok. 

Selamatkan Lingkungan dari Sampah Terkecil: Puntung Rokok
Ilustrasi Sampah Puntung. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Ada satu sampah yang tingkatnya hampir tidak dianggap sebagai sampah. Sampah tersebut adalah puntung rokok. Meski kecil, ternyata puntung rokok berbahaya bagi lingkungan. Bahannya terbuat dari sejenis kapas plastik bernama selulosa asetat, yang butuh satu sampai lima tahun untuk terurai, atau bahkan bisa 10 tahun jika sudah terkena air laut.

Peneliti Jenna Jambeck dari University of Georgia menyatakan bahwa Indonesia menjadi negara kedua penyumbang sampah di laut setelah Tiongkok. Dari sekitar 187,2 juta ton sampah, 52 juta di antaranya adalah puntung rokok.

Jangankan Indonesia, seluruh dunia memang setiap tahun menyumbangkan sekitar 4,5 triliun sampah puntung rokok. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, setidaknya dua pertiga puntung rokok dibuang secara sembarangan dan banyak ditemukan berserakan di trotoar atau selokan, dan akhirnya berujung di lautan.

Sebagai respons dari itu semua, PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) melalui payung program keberlanjutan Sampoerna untuk Indonesia punya program #PuntungItuSampah. Program ini bertujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya membuang sampah puntung rokok secara bertanggung jawab.

Sampoerna sudah sempat menyelenggarakan diskusi virtual, berkolaborasi bersama National Geographic Indonesia, dengan mengusung tema “Kolaborasi Membangun Kesadaran dalam Penanganan Sampah Puntung” pada Sabtu, 28 November 2020. Selain itu, Sampoerna memang sudah secara aktif bekerja sama dengan pihak-pihak dari pemerintah, komunitas pencinta dan peduli lingkungan, maupun masyarakat.

“Inisiatif #PuntungItuSampah merupakan salah satu komitmen perusahaan dalam mengurangi dampak kerusakan lingkungan melalui tindakan nyata serta terukur. Program ini digagas dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya perokok dewasa mengenai pentingnya membuang sampah pada tempatnya untuk mengurangi sampah puntung yang mencemari lingkungan,” kata Ishak Danuningrat, Kepala Hubungan Eksternal Sampoerna.

Infografik Advertorial Sampoerna 2

Infografik Advertorial Jangan Buang Puntung Sembarangan. tirto.id/Mojo

Nadine Chandrawinata, Founder SeaSoldier, mengungkapkan hal senada. “Banyak masyarakat yang tidak menganggap kebiasaan kecil seperti membuang puntung sembarangan itu berdampak pada lingkungan. Padahal kenyataannya, saat ini selain plastik kemasan, sampah puntung merupakan objek yang dapat dengan mudah ditemukan di laut,” kata Nadine.

Demi melestarikan lingkungan khususnya dari sampah puntung, ratusan relawan SeaSoldier dan mitra retail Sampoerna juga secara aktif melakukan aksi nyata ke lapangan, berupa kegiatan bersih-bersih dan memberikan edukasi.

Untuk membersihkan lingkungan dari sampah puntung, pemerintah punya peran penting melalui kebijakan dan regulasi. Ujang Solihin Sidik, Kepala Sub Direktorat Barang dan Kemasan Direktorat Pengelolaan Sampah, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, melihat adanya keselarasan inisiatif Sampoerna dan para mitra dengan KLHK nomor 75 tahun 2019 mengenai pengurangan sampah oleh produsen.

Salah satu yang diapresiasi oleh Ujang adalah upaya Sampoerna dalam menanggulangi limbah pasca-konsumen. “Permasalahan sampah di Indonesia masih berkutat pada persoalan perilaku. Langkah ini merupakan inisiatif yang bagus dan perlu didukung oleh seluruh elemen masyarakat,” kata Ujang.

Bijaksana Junerosano atau yang akrab disapa Sano, Managing Director Waste4Change, turut berbicara dalam diskusi virtual tersebut. Sano mengatakan pihaknya mendukung upaya Sampoerna lewat program sosialisasi dan edukasi antar pemangku kepentingan untuk menciptakan perubahan ekosistem dalam rangka mewujudkan ekonomi sirkular.

“Kami mendukung inisiatif ini lewat kerjasama pengelolaan sampah puntung. Waste4Change akan menjadi mitra Sampoerna dalam proses daur ulang sampah puntung menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat,” kata Sano.

Ishak juga kemudian menambahkan bahwa pihaknya sadar permasalahan lingkungan—khususnya sampah puntung—tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja. Butuh kerjasama dan dukungan berbagai pemangku kepentingan untuk mengatasinya. “Kami berharap inisiatif #PuntungItuSampah dapat menjadi motivasi bagi banyak pihak agar lebih mengambil peran aktif untuk selamatkan lingkungan,” kata Ishak.

Program #PuntungItuSampah baru saja dimulai. Kolaborasi Sampoerna dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, komunitas, dan masyarakat, diharapkan bisa terlebih dahulu membangun kesadaran bahwa perilaku membuang sampah sembarangan dapat berdampak negatif bagi lingkungan.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis