Menuju konten utama

Sejarah Peringatan Reformasi 21 Mei dan Cara Memperingatinya

Sejarah Peringatan Hari Reformasi yang diperingati pada 21 Mei 2023.

Sejarah Peringatan Reformasi 21 Mei dan Cara Memperingatinya
FOTO ARSIP:Sekitar 40 buah bangkai mobil milik salah satu show room mobil di Jakarta, Jumat (15/5/1998), setelah dibakar massa, Kamis (14/5/1998) malam.FOTO ARSIP ANTARA FOTO/Hadiyanto/RF02/sk/Koz/asf/hp.

tirto.id - Tanggal 21 Mei 2023 dikenal sebagai Hari Peringatan Reformasi di Indonesia. Peringatan tersebut berdasarkan hari dimana Presiden kedua Indonesia yaitu Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya.

Reformasi adalah simbol dari runtuhnya masa Orde Baru dengan Soeharto menjadi Presiden selama 32 tahun. Saat itu, sejumlah peristiwa menyebabkan suami dari Ibu Tien ini memutuskan untuk melepaskan jabatannya.

Beberapa di antaranya adalah terjadinya krisis moneter (krismon), penculikan aktivis, dan tragedi Trisakti. Hal ini membuat ribuan mahasiswa turun ke jalan dan melakukan aksi demonstrasi di depan gedung DPR/MPR RI.

Lalu Soeharto pun sadar bahwa keutuhan bangsa sedang berada di ujung tanduk. Maka pada tanggal pada 21 Mei 1998, mantan jenderal besar TNI ini akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri.

Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Presiden di Istana Merdeka pada pukul 09.00 WIB. Selanjutnya, jabatan Presiden diberikan kepada Wakil Presiden saat itu yaitu B.J. Habibie.

Di sisi lain, reformasi memiliki dampak positif dan juga negatif. Dampak positifnya adalah menciptakan politik yang lebih transparan, dinamis, dan demokratis. Selain itu, meningkatnya minat masyarakat untuk terlibat dalam organisasi Negara seperti partai politik (parpol), organisasi masyarakat (ormas) atau LSM, dan Independent.

Sedangkan dampak negatif dari reformasi adalah berkurangnya semangat nasionalisme, kebebasan berpendapat yang melewati batas, mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan daripada masyarakat, integritas nasional terancam.

Indonesia seperti terjebak dalam konflik sosial, baik itu secara vertikal atau horizontal. Sering terjadi demo yang anarkis, saling menghujat, dan banyaknya wilayah yang ingin merdeka karena pembangunan yang tidak merata (Disparitas).

Selain itu, reformasi juga menyebabkan banyaknya ormas/LSM yang ingin mengawasi segala kegiatan dalam pemerintahan. Namun, tanpa batas yang jelas dan minimnya kualitas justru akan menimbulkan efek negatif karena tidak sejalan dengan cita-cita reformasi.

Cara Memperingati Hari Reformasi di Masa Kini

Melansir laman MPR RI, dalam peringatan Hari Reformasi ke-24 pada tahun 2022 lalu Menteri Perdagangan Indonesia Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan jika seluruh lapisan masyarakat berubah menjadi lebih baik, maka Indonesia juga akan menjadi lebih baik sesuai amanat reformasi.

Zulhaz menjelaskan bagi generasi milenial dan Z yang mungkin belum lahir atau masih kecil saat terjadi reformasi, tentu mempunyai pola pikir yang lebih modern serta tidak terjebak dalam romantisme reformasi.

Politikus berusia 61 tahun ini mengungkapkan semangat reformasi harus diperbarui dengan semangat masa kini. Reformasi adalah cita-cita untuk berubah menjadi lebih baik dan membenahi yang buruk. Oleh karena itu, wujudkan reformasi dengan regenerasi, inovasi, dan kemajuan lainnya.

Mantan ketua MPR itu menambahkan bahwa perubahan dapat dimulai dari memperbaiki kualitas demokrasi dan aktif dalam kegiatan sosial untuk membantu sesama. Selain itu, juga menumbuhkan rasa nasionalisme dengan mendukung produk dalam negeri dan menciptakan ekonomi kreatif serta digital.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Tifa Fauziah

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Tifa Fauziah
Penulis: Tifa Fauziah
Editor: Dipna Videlia Putsanra