Menuju konten utama

Sejarah Hidup Ida Laila: Wafatnya Biduan Dangdut Legendaris

Ida Laila adalah salah satu biduan legendaris yang cukup berpengaruh dalam mewarnai perjalanan sejarah musik dangdut Indonesia.

Sejarah Hidup Ida Laila: Wafatnya Biduan Dangdut Legendaris
Saifullah Yusuf (kanan) bersalaman dengan penyanyi dangdut Melayu legendaris Ida Laila (kiri) saat berkunjung di kediamannya di Surabaya. Antara/Moch Asim/zk/18

tirto.id - Salah satu sosok legendaris dalam sejarah musik dangdut tanah air telah tiada. Pedangdut senior Ida Laila wafat di Rumah Sakit Umum Dr. Soedono, Madiun, Jawa Timur, pada Kamis (12/9/2019) dalam usia 75 tahun setelah menderita stroke. Jenazah sang biduan yang tenar sejak dekade 1960-an ini dikebumikan di Surabaya.

Kabar meninggalnya Ida Laila disampaikan pedangdut Elvy Sukaesih melalui akun Twitter-nya. “Telah berpulang ke Rahmatullah Ibunda Hj. Moerahwati/Ida Laila (penyanyi dangdut legendaris) pelantun lagu Sepiring Berdua sekitar pukul 02.00 dini hari. Semoga almarhumah Husnul Khotimah, Aamiin Yaa Robbal 'Alamiin,” tulis Elvy.

Ida Laila dilahirkan di Surabaya pada 27 November 1943, saat Indonesia masih dalam masa pendudukan Jepang, dengan nama Moerahwati. Ia adalah anak pertama dari dua bersaudara. Adik Ida satu-satunya bernama Usman.

Dikutip dari wawancara M. Murtini dari Universitas Islam Negeri (UIN) Surabaya dengan Ida Laila pada 2016, bakat menyanyi Moerahwati sudah terlihat sejak kecil, tepatnya saat ia berusia 10 tahun. Kala itu, Moerahwati yang kemudian memakai nama panggung Ida Laila, kerap tampil dari pentas ke pentas dangdut di Surabaya dan sekitarnya.

Ida Laila beberapa kali bergabung dengan orkes Melayu (O.M.) yang berbeda. Debut pertamanya adalah bersama O.M. Sinar Kemala Surabaya pimpinan A. Kadir, seorang komposer musik-musik Melayu dan Gambus terkenal asal Surabaya.

Denny Sakrie dalam buku 100 Tahun Musik Indonesia (2015) menyebut bahwa O.M. Sinar Kemala pimpinan A. Kadir sebagai salah satu orkes Melayu yang paling mencuat namanya di belantika musik tanah air kala itu.

Selain Ida Laila, tulis Andrew N. Weintraub dalam Dangdut Stories: A Social and Musical History of Indonesia's Most Popular Music (2010), ada cukup banyak penyanyi yang sukses diorbitkan O.M. Sinar Kemala, di antaranya adalah Ali Alatas, A. Rafiq, Ellya Khadam, hingga Munif Bahasuan.

Karier Musik Ida Laila

Setelah dengan O.M. Sinar Kemala, Ida Laila kemudian kerap tampil bersama beberapa orkes Melayu lainnya, termasuk O.M. Sonata, O.M. Sanata, O.M. Sinar Mutiara, dan O.M. Awara.

Kemampuan Ida Laila dalam bernyanyi ternyata menarik produser. Pada dekade 1960-an, ia ditawari masuk dapur rekaman. Sejak itu, album demi album yang berisi lagu-lagu Melayu dan dangdut karya Ida Laila meluncur.

Bersama O.M. Sonata, Ida Laila mengeluarkan 5 album, bareng O.M. Sinar Mutiara ada 7 album, dan yang terbanyak adalah dengan O.M. Awara yang melahirkan sedikitnya 18 album. Album-album yang berisi lagu Ida Laila ini kebanyakan masih berupa piringan hitam.

Beberapa album Ida Laila yang cukup meledak di pasaran antara lain Siksa Kubur (1960), Berkasih Mesra (1964), Keagungan Tuhan (1965), Perintah Ilahi (1967), dan masih banyak lagi.

Ciri khas lagu-lagu Ida Laila terdapat dalam liriknya yang melankolis dan menceritakan penderitaan, selain banyak pula tembang bertema religi.

Sejumlah lagu Ida Laila yang paling terkenal di antaranya adalah "Sepiring Berdua", "Siksa Kubur", juga "Keagungan Tuhan", yang sangat populer pada dekade 1960/1970-an dan melegenda hingga kini.

Pada masa tenarnya, Ida Laila tidak hanya bernyanyi di panggung musik dangdut. Ia juga kerap diundang untuk tampil bersama para musisi terkenal dari genre lain seperti pop, balada, bahkan rock.

Pentolan grup band rock AKA, Ucok Harahap, punya cerita tentang hal ini. Dalam buku Ucok AKA Harahap: Antara Rock, Wanita, dan Keruntuhan (2013) karya Siti Nasyi’ah, rocker yang terkenal dengan ciri khas rambut krebo-nya itu menceritakan pengalamannya saat menyaksikan pentas terbuka di Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya.

“Di pentas terbuka itulah,” kisah Ucok, “manggung sejumlah artis beken seperti Mus Mulyadi, Hellen Sparinga, Mamiek Slamet, Leo Kristie, Priyo Sigit, Harry Nurdi, serta masih banyak lagi yang aku lupa namanya.”

“Tak hanya musik pop, pentas terbuka juga kerap menampilkan musik dangdut dengan biduan andalan Ida Laila yang waktu itu sangat populer,” lanjut Ucok.

Tembang-tembang Ida Laila kerap dibawakan ulang oleh penyanyi lain saking terkenalnya. Bahkan, ada pula lagu milik Ida Laila yang diparodikan, salah satunya oleh kelompok musik parodi yang terkenal di era 1980-an dan sering tampil bersama grup lawak Warkop DKI, yakni O.M. Pancaran Sinar Petromaks atau PSP.

Rudi Badil, salah satu pendiri Warkop DKI–yang juga beranggotakan Dono, Kasino, Indro, dan Nanu– mengungkapkan hal itu lewat bukunya yang berjudul Warkop: Main-main Jadi Bukan Main (2010). Warkop DKI dan PSP pernah memparodikan lagu Ida Laila yang berjudul "Siksa Kubur".

“Kasino dan Dono berduet lewat lagu Saudara yang pernah dipopulerkan penyanyi dangdut Ellya Khadam serta lagu Siksa Kubur yang dipopulerkan Ida Laila,” tulis Rudi Badil.

Ida Laila memang sangat populer pada masa-masa itu. Bahkan, albumnya yang berjudul Sepiring Berdua berhasil meraih penghargaan untuk HDX Awards tahun 1987-1988. Ajang penghargaan adalah cikal bakal AMI Awards.

Penceramah “Nada dan Dakwah”

Saat krisis moneter melanda Indonesia yang disusul dengan runtuhnya rezim Soeharto pada 1998, Ida Laila mengakhiri kariernya sebagai penyanyi dangdut. Ia kemudian memperdalam ilmu agama, bahkan kerap diundang untuk menyampaikan ceramah.

“Ibu [Ida Laila] meninggalkan dunia hiburan sekitar tahun 1997-1998 atau saat kejatuhan Orde Baru. Setelah itu, Ibu lebih banyak mendapat undangan untuk ceramah agama,” ungkap Mulyono, suami Ida Laila, pada 29 Maret 2018, dikutip dari Liputan6.

M. Murtini dalam risetnya (2016) mengungkapkan hal serupa. Sejak turun panggung, Ida Laila aktif sebagai juru syiar di majelis taklim dengan mengusung nama “Nada dan Dakwah”.

Selain berdakwah, lanjut M. Murtini, Ida Laila juga menjadi salah satu pengurus Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia (PAMMI). Namanya tercantum di kepengurusan PAMMI hingga tahun 2012.

Pamor Ida Laila sebagai penceramah semakin tinggi. Undangan ceramah tidak hanya di Surabaya, melainkan banyak pula undangan dari luar kota seperti Lamongan, Gresik, bahkan luar provinsi.

Namun, sejak 2012, kondisi kesehatan Ida Laila melemah dan semakin menurun. “Ibu lebih banyak di rumah. Kalaupun ada tawaran ceramah terpaksa kami tolak. Ini karena kami khawatir kesehatannya terganggu," ucap Mulyono.

“Penyakitnya banyak. Ada kencing manis dan kolesterol,” tambahnya, dilansir Kompas (29/3/2018).

Ida Laila pernah dirawat di Rumah Sakit Islam Surabaya. Selama sakit, cukup banyak yang menjenguk datang ke kediamannya, termasuk mantan Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) serta beberapa rekan sesama pedangdut seperti Evie Tamala dan Ike Nurjanah.

Hingga kemudian, penyakit stroke menyerang Ida Laila. Sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Dr. Soedono Madiun, sang biduan legendaris ini akhirnya menyerah dan mengembuskan nafas terakhir pada 12 September 2019.

Baca juga artikel terkait BERITA DUKA atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Abdul Aziz