Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Sejarah Asal-Usul Terbentuknya Kepulauan Nusantara atau Indonesia

Sejarah kepulauan Nusantara atau Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang dan rumit.

Sejarah Asal-Usul Terbentuknya Kepulauan Nusantara atau Indonesia
Ilustrasi Peta Indonesia. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Melalui berbagai pendapat mengenai teori pembentukan bumi dan pulau-pulau, sejarah kepulauan Nusantara atau Indonesia pun terbentuk melalui proses yang panjang dan rumit.

Sebelum bumi didiami manusia, tepatnya pada masa Paleozoikum atau zaman kehidupan purba, kepulauan yang kelak disebut Nusantara masih diisi flora dan fauna.

Alam secara terus-menerus berevolusi agar mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi alam dan iklim untuk menyesuaikan kehidupan makhluk hidup.

Mestika Zed dan kawan-kawan dalam buku Sejarah Indonesia Kelas X SMA Semester 1 (2013) menjelaskan peristiwa ini.

Dituliskan, menurut para ahli bumi, posisi pulau-pulau di Kepulauan Nusantara terletak di atas tungku api yang bersumber dari magma dalam perut bumi yang memiliki suhu sangat tinggi.

Dari suhu itu material-material akan meleleh. Suhu tinggi ini terus-menerus bergejolak mempertahankan cairan sejak jutaan tahun lalu hingga menimbulkan ledakan dan keluarnya material dari perut bumi.

Terbentuknya Kepulauan Indonesia

Ketika lava mencapai permukaan bumi, suhu menjadi lebih dingin dari ribuan derajat hingga membeku membentuk batuan beku atau kerak yang kemudian menjadi daratan. Pergerakan unsur-unsur geodinamika ini dikenal sebagai kegiatan tektonis.

Pergerakan lempeng-lempeng tersebut dapat berupa subduksi (ke atas), obduksi (ke bawah), dan kolisi (pertemuan antarlempeng). Pergerakan lain dapat berupa pemisahan atau divergensi (tabrakan) lempeng-lempeng.

Di fase selanjutnya, pada akhir masa Mesozoikum, kegiatan tektonis sangat aktif menggerakkan lempeng-lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Aktivitas ini dikenal sebagai fase tektonis (orogenesa larami) yang menyebabkan daratan terpecah-pecah.

Benua Eurasia menjadi pulau-pulau yang terpisah satu dengan lainnya. Sebagian di antaranya bergerak ke selatan membentuk pulau-pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, serta pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat, dan Kepulauan Banda.

Hal yang sama juga terjadi pada Benua Australia. Sebagian pecahannya bergerak ke utara membentuk pulau-pulau Timor, Kepulauan Nusa Tenggara Timur, dan sebagian Maluku Tenggara.

Pada kala Pliosen (setelah Miosen dan diikuti oleh kala Pleistosen) sekitar 5 juta tahun lalu, terjadi pergerakan tektonis yang sangat kuat, yang mengakibatkan terjadinya proses pengangkatan permukaan bumi dan kegiatan vulkanis.

Maka dari itu, terdapat rangkaian gunung api aktif, pegunungan, dan perbukitan di Indonesia. Letak Kepulauan Nusantara yang berada pada deretan gunung api membuatnya menjadi daerah dengan tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi.

Hingga saat ini, pergerakan tektonis masih terjadi yang menyebabkan bencana gempa, longsor, gunung berapi, dan lainnya.

Dilansir dari situs resmi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pulau Sumatera merupakan yang paling sering diguncang gempa.

Data geokimia terbaru oleh LIPI (2013) menyatakan Sumatera awalnya bukan satu pulau yang menyatu, melainkan tiga bagian yang terpisah. Begitu pula yang dipaparkan peneliti British Geological Survey NR Cameroon pada 1984.

Dijelaskan pula perihal Pulau Sumatera berada di zona tepian tumbukan Lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Hal inilah yang konon menyebabkan Sumatera jadi pulau yang rawan gempa jika dua lempeng tektonik ini memulai aktivitas tumbukan.

Baca juga artikel terkait SEJARAH INDONESIA atau tulisan lainnya dari Nika Halida Hashina

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Nika Halida Hashina
Penulis: Nika Halida Hashina
Editor: Iswara N Raditya