tirto.id - Pada akhir 1970-an hingga awal 1980-an, Tunisia--negeri yang berbatasan dengan dengan Libya dan Aljazair--mengalami krisis pangan. Karena dilanda kekeringan berkepanjangan, produksi pertanian Tunisia menurun drastis. Dan di saat bersamaan, karena subsidi besar-besaran yang diberikan sebelumnya, pemerintah tak memiliki cukup uang untuk mengimpor pelbagai kebutuhan. Membuat Tunisia berada di ambang kehancuran.
Tunisia tak sendirian. Pada dekade tersebut, hampir semua negara di Afrika mengalami krisis serupa, membuat World Bank dan International Monetary Fund (IMF) khawatir sistem ekonomi dunia runtuh. Maka itu, World Bank dan IMF memberikan pinjaman keuangan kepada negara-negara di Afrika, tetapi dengan satu syarat: melakukan penghematan besar-besaran dalam kaidah structural adjustment programs (SAPs). Dan untuk membantu penerapan SAP dilaksanakan dengan baik, dalam kasus Tunisia, Rockefeller Foundation--yayasan amal bentukan keluarga Rockefeller--dilibatkan.
Rockefeller Foundation percaya bahwa krisis pangan yang terjadi di Tunisia sebenarnya bukan terjadi karena kekeringan, tetapi oleh kegagalan negara memaksimalkan pertanian atas analisis yang keliru: para pegawai pemerintah masih menggunakan pensil dan kertas untuk melakukan kalkulasi.
Rockefeller Foundation membantu World bank dan IMF mengatasi krisis pangan di Tunisia dengan cara nyeleneh. Menurut Kera Allen dalam "The Official Response is Never Enough: Bringing VisiCalc to Tunisia" (IEEE Annals of the History of Computing Vol. 41 2019), mereka mengirimkan dua unit komputer Apple II lengkap dengan aplikasi bernama VisiCalc. Aplikasi ini adalah leluhur Microsoft Excel dan segala aplikasi spreadsheet yang diyakini dapat meningkatkan kapasitas analitis pejabat-pejabat Tunisia.
Kelahiran VisiCalc
"Dalam 5.600 dokumen yang berhasil diekskavasi dari reruntuhan kota Uruk (kota kuno di Sumeria/Babilonia) yang eksis pada milenium keempat, hampir semuanya terkait dengan hitung-hitungan, yang dijadikan acuan pemerintah mengelola wilayah, mulai soal ternak, pertanian, hingga manajemen sumber daya manusia," tulis Martin Campbell-Kelly dalam The History of Mathematical Tables: From Sumer to Spreadsheets (2007).
Meskipun ribuan dokumen warisan Uruk itu sebagai catatan perhitungan, namun tidak ada tabel dalam dokumen tersebut. Bangsa Uruk menyusun hitung-hitungan matematisnya memanfaatkan kotak. Setiap kotak mewakili satu subjek (unit akuntansi) yang memuat tanda angka maupun ideogram (simbol) yang rumit.
Tabel baru ditemukan beberapa abad kemudian, terutama di kuil-kuil Asyur di Mesopotamia, yang akhirnya merevolusi administrasi karena instrumen "susunan baris dan kolom penyaji informasi atau data" ini berhasil menjadi alat yang sangat efektif. Hal ini membuat 97 persen dokumen-dokumen yang berhasil diekskavasi di zaman Mesopotamia hingga Kerajaan Ur di abad ke-20 memanfaatkannya untuk berbagai keperluan.
"[Tabel menjadi] alat bantu perhitungan utama karena makhluk ini berhasil memfasilitasi pemilihan, kategorisasi, pengecekan, dan ekstraksi data yang sangat mudah," tulis Campbell-Kelly.
Meski demikian, instrumen matematis ini adalah entitas manual, sebatas membantu proses matematis yang dilakukan otak manusia. Ketika komputer lahir, sifat tabel sebagai entitas manual tak langsung sirna. Musababnya, di awal-awal keberadaan komputer, tabel diubah ke dalam bentuk digital dengan seutuhnya meniru sifat zaman kertas dan pensil melalui pelbagai aplikasi "worksheets" seperti Basic Business language (BBL) pada komputer DOS (Disk Operating System)--yang tak memungkinkan otomatisasi penyajian/ekstraksi data.
Menurut Burton Grad dalam “The Creation and the Demise of VisiCalc” (IEEE Annals of the History of Computing Vol. 29 2007), sifat tabel sebagai entitas manual akhirnya sirna semenjak aplikasi VisiCalc hadir di dunia komputer pada 1979.
Diciptakan oleh mahasiswa Massachusetts Institute of Technology (MIT) sekaligus editor video Digital Equipment Corporation (DEC) bernama Dan Bricklin dan Bob Frankston, VisiCalc dibuat atas kejengkelan terhadap sifat manual tabel. Saat Bricklin tengah mengerjakan tugas kuliah, ia tak bisa langsung menjumlahkan angka-angka yang terdapat dalam tabel yang termuat dalam aplikasi BBL di komputernya. Sementara itu, seorang temannya yang memilih menggunakan kertas+pensil didampingi dengan kalkulator mengerjakan tugas dengan jauh lebih mudah.
Bricklin dan Frankston adalah juga pencipta aplikasi word processing bernama Typeset-10 (semacam versi jadul dari Microsoft Word). Konsep WYSIWYG (what you see is what you get) pada tabel untuk memudahkan, misalnya total penjumlahan dari angka-angka yang dimasukkan ke dalam kolom/baris tabel (seperti formula "SUM" dalam Microsoft Excel), dihadirkan melalui penciptaan VisiCalc.
Awalnya, kembali merujuk apa yang dipaparkan Grad, VisiCalc hendak dibuat untuk versi terbaru komputer DEC, PDT Series. Namun, karena PDT Series tak kunjung hadir di pasaran dan di sisi lain Apple II yang dirancang Steve Wozniak tiba-tiba muncul di tengah masyarakat, Bricklin dan Frankston memutuskan membuat VisiCalc pada Apple II. Keputusan ini didukung oleh kenyataan bahwa Apple II turut menghadirkan software development kit (SDK) yang memudahkan proses penciptaan aplikasi.
Tak disangka, seperti terdapat dalam "Spreadsheets are Code: An Overview of Software Engineering Approaches applied to Spreadsheets" (dipublikasikan dalam lokakarya IEEE ke-23, Maret 2016) yang ditulis Felienne Hermans, VisiCalc meledak tak lama usai dirilis di pasaran. Ia mengerek Apple II--komputer satu-satunya yang dapat menjalankan VisiCalc--ke puncak kesuksesan karena aplikasi ini berhasil mendefinisikan ulang tabel.
VisiCalc menjadi aplikasi spreadsheet pertama di dunia yang sanggup membantu manusia melakukan pemilihan, kategorisasi, pengecekan, dan ekstraksi data secara otomatis. Meskipun VisiCalc (dan berbagai aplikasi spreadsheet lainnya seperti Microsoft Excel atau Google Sheet) terlihat sebagai "hanya aplikasi," VisiCalc secara mendasar juga merupakan sebuah bahasa pemrograman karena memungkinkan penggunanya melakukan logika matematis, if-then, melalui berbagai formula yang disediakan. Mirip seperti PHP, Phyton, atau bahkan C yang sanggup mengelabui tes Turing. Bahkan, merujuk Brian Hayes dalam artikelnya berjudul Computer Recreations (Scientific American, Oktober 1983), VisiCalc dapat dimanfaatkan pula untuk tujuan-tujuan permodelan matematika yang lebih mudah dibandingkan C.
Atas otomatisasi tabel, juga kemampuannya sebagai bahasa pemrograman, VisiCalc laris manis digunakan oleh berbagai kalangan masyarakat kala itu: mulai dari pebisnis, pegawai pemerintahan seperti kisah Tunisia dan Rockefeller Foundation, hingga akademisi. Namun, karena dibuat hanya untuk bekerja pada Apple II, kejayaan aplikasi ini tak berlangsung lama. Semenjak Agustus 1981, IBM dan Microsoft berkongsi menciptakan Personal Komputer, menggiring sebuah perusahaan bernama Lotus Software membuat VisiCalc versi IBM bernama Lotus 1. Dan kemudian Lotus pun tenggelam gara-gara Microsoft membuat aplikasi serupa bernama Excel.
Editor: Irfan Teguh Pribadi