tirto.id - Penemuan varian baru virus corona di Inggris yang dikenal dengan nama VUI-202012/01 (Variant Under Investigation, tahun 2020, varian 01) telah memantik alarm darurat di banyak negara. Tipe baru yang dikenal pula sebagai garis keturunan B117 itu diduga kuat mempunyai tingkat penularan Covid-19 jauh lebih tinggi, hingga 70 persen dibanding jenis-jenis lainnya.
Pemerintah Indonesia juga mewaspadai penyebaran hasil mutasi terbaru virus corona itu. Pada 23 Desember 2020 lalu, Satgas Penanganan Covid-19 sudah menerbitkan ketentuan tambahan dalam Surat Edaran tentang aturan perjalanan pada masa libur akhir tahun. Salah satu isinya melarang WNA asal Inggris memasuki wilayah Indonesia.
Kemudian, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengumumkan Rapat Kabinet Terbatas pada 28 Desember 2020 memutuskan untuk menutup sementara wilayah Indonesia dari WNA asal semua negara. Selama tanggal 1-14 Januari 2021, semua warga negara asing tidak bisa masuk kawasan Indonesia.
Bagi WNA yang tiba di Indonesia pada 28-31 Desember 2020, masih bisa masuk dengan syarat punya hasil negatif tes RT-PCR dari negara asal dan melakukan pemeriksaan ulang setiba di Indonesia. Jika pemeriksaan ulang melalui tes RT-PCR di Indonesia menunjukkan hasil negatif, para WNA akan diminta melakukan karantina wajib selama 5 hari, demikian dikutip dari laman Satgas.
Sebaran Varian Baru Virus Corona di Dunia
Keberadaan varian baru virus corona (VUI-202012/01) diketahui dunia internasional pertama kali pada pertengahan bulan ini usai otoritas kesehatan Inggris dan Irlandia Utara melaporkannya pada tanggal 14 Desember 2020.
Mengutip keterangan Badan Kesehatan Dunia (WHO), varian baru virus corona itu diketahui sudah menginfeksi setidaknya 1.108 orang di Inggris pada 13 Desember lalu. Para ilmuwan Inggris juga langsung melakukan investigasi epidemiologi dan virologi untuk mendalami mutasi baru corona ini.
Tidak hanya di Inggris, varian baru virus corona yang diyakini pula memiliki tingkat penularan lebih tinggi dari tipe-tipe lain juga ditemukan di Afrika Selatan. Varian baru itu bernama 501.V2.
Menteri Kesehatan Afrika Selatan Zwelini Mkhize menyebut, penemuan varian baru virus corona itu telah dilaporkan ke WHO. Dalam pernyataan resminya pada 21 Desember lalu, dia bilang, tipe baru ini diketahui menyebar di Afrika Selatan dalam 2 bulan terakhir.
Varian baru tersebut diduga memicu penularan cepat Covid-19 di Afrika Selatan yang belakangan juga berimbas pada kemunculan banyak pasien muda bergejala berat. "Diduga kuat gelombang kedua yang kita lalui dipicu oleh varian baru ini," kata Zwelini dikutip dari Africanews. Total kasus positif Covid-19 di Afrika Selatan sudah menembus angka 1 juta pasien per tanggal 29 Desember 2020.
Varian baru virus corona di Afrika Selatan berbeda dari yang ditemukan di Inggris, demikian sesuai penjelasan Dr Andrew Preston, peneliti Patogenesis Mikroba dari University of Bath, Inggris, yang dikutip Science Media Center.
Namun, menurut Preston, kedua varian baru virus corona tersebut sama-sama mengalami tingkat mutasi yang jauh lebih tinggi dari tipe turunan SARS-CoV-2 lainnya.
"Beberapa dari mutasi ini mengubah protein S, yang mengkhawatirkan. Keduanya mengandung mutasi N501Y tetapi begitu pula banyak varian lain yang tampaknya tidak mengalami peningkatan transmisi, sehingga gambarannya rumit," kata dia.
Oleh karena itu, Preston menegaskan perlu upaya cepat untuk membatasi persebaran dua varian baru itu. Dia khawatir, di banyak negara lain yang belum mempunyai kapasitas penelitian genomik real-time, kedua varian baru itu sudah menyebar tanpa terdeteksi. Preston bahkan menilai, kedua varian baru itu mengindikasikan adanya fase sangat berbahaya dari pandemi.
Hingga Selasa (29/12/2020), sejumlah negara sudah melaporkan penemuan kasus positif covid-19 akibat infeksi varian baru virus corona, terutama yang berasal dari Inggris (VUI-202012/01).
Mengutip laporan The Guardian, Spanyol, Swedia, dan Kanada telah melaporkan peredaran varian baru virus corona asal Inggris pada 27 Desember kemarin. Di Madrid, Spanyol, empat orang yang baru tiba dari Inggris terdeteksi sudah terinfeksi varian baru virus corona (VUI-202012/01). Kasus dengan pola serupa ditemukan di Swedia. Sedangkan di Kanada, penularan varian itu ditemukan di 1 provinsi.
Sementara otoritas kesehatan India, hari ini (29/12/2020) mengumumkan penemuan enam kasus infeksi varian baru corona (VUI-202012/01). Enam orang tersebut juga baru tiba dari Inggris.
Penemuan itu mengkhawatirkan sebab, dalam sebulan terakhir, ada 33 ribu orang dari Inggris masuk ke wilayah India. Sebanyak 114 orang di antaranya terbukti positif Covid-19.
Berdasarkan pemberitaan BBC, sejumlah negara yang sudah melaporkan persebaran varian baru virus corona asal Inggris adalah: Kanada, Jepang, Spanyol, Swedia, Perancis, serta India. Selain itu, Finlandia dan Korea Selatan juga sudah menemukan kasus penularan varian baru virus corona VUI-202012/01.
Sedangkan Reuters mewartakan, varian baru virus corona yang ditemukan di Inggris diduga sudah menyebar di Jerman, sejak November 2020 lalu. Kabar yang dikutip dari surat kabar Jerman Die Welt itu menyebutkan, penularan itu diketahui dari sample pasien lansia yang sudah meninggal.
Apabila diperinci, daftar negara lokasi persebaran varian baru virus corona VUI-202012/01 yang sudah terlacak hingga 29 Desember 2020 adalah:
- Inggris
- Kanada
- Jepang
- Spanyol
- Swedia
- Perancis
- India
- Finlandia
- Korea Selatan
- Jerman (kasus lama pada November 2020).
Dalam pernyataan resminya pada Senin (28/12/2020), Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mangakui bahwa varian baru virus corona jadi tantangan baru dalam penanganan pandemi di tahun 2021, selain menjaga semangat penduduk dunia yang "sudah lelah" agar tetap melawan Covid-19.
"Saat ini, kami bekerja sama dengan para ilmuwan dari seluruh dunia untuk lebih memahami setiap perubahan pada virus ini dan bagaimana itu memengaruhi kemampuannya menularkan ataupun membikin orang sakit [menginfeksi], dan juga potensi dampaknya pada [kualitas] tes, perawatan [pasien], dan vaksin," kata Tedros.
WHO menyatakan semua virus, termasuk yang menyebabkan COVID-19, berubah saat beredar. Perubahan ini dapat menyebabkan pergeseran karakteristik virus. Inilah sebabnya WHO memantau perubahan dan mutasi virus corona (Covid-19) dengan cermat, dan mengapa setiap orang harus terus mematuhi protokol kesehatan untuk menghambat, dan pada akhirnya menghentikan, penyebaran SARS-CoV-2.
Editor: Agung DH