tirto.id -
"Kami sepakat untuk secara penuh memedomani dan menjalankan Pancasila dan UUD 1945. Jangan diragukan itu. juga menolak dan mencegah berkembangnya upaya untuk menghadirkan ideologi lain, paham lain, dan pikiran lain yang justru mengancam Pancasila dan UUD 1945 seperti komunisme dan juga pikiran untuk berdirinya negara agama," kata SBY di Kuningan, Jakarta, Selasa (24/7/2018).
"
Namun, kami berdua Gerindra dan Demokrat juga menolak Islamopobia dan sikap terlalu mudah mencap sebuah komunitas sebagai kelompok radikal," kata SBY."
Jangan sampe politik identitas politik SARA secara ekstrem mendominasi pelaksanaan pemilu agar demokrasi kita tumbuh dan berkembang semakin berkualitas. Ini komitmen kami," kata SBY.Partai Demokrat menyatakan terbuka berkoalisi dengan Partai Gerindra dalam Pilpres 2019. Hal itu diputuskan setelah kedua petinggi partai, yakni Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan petinggi partai menemui Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan pengurus partai di kediaman SBY, Kuningan, Jakarta, Selasa.
"Kami membahas secara mendalam kemungkinan terbangunnya koalisi Gerindra-Demokrat dan partai-partai lain untuk Pilpres 2019. Saya harus mengatakan jalan untuk membangun koalisi ini terbuka lebar," kata SBY di kediamannya di Kuningan, Jakarta, Selasa.
Partai Demokrat menyatakan, mereka sepakat dengan pandangan Gerindra terkait persoalan bangsa. Mereka pun sepakat dengan permasalahan rakyat di level akar rumput.
Selain itu, Partai Demokrat melihat ada kesamaan pandangan dalam syarat berkoalisi, yakni berawal dari niat baik (good will) harus saling menghormati, mutual respect dan saling percaya satu sama lain (mutual trust) dan juga harus memiliki chemistry yang baik.
SBY menerangkan, pertemuan pertama akan dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan lain antara Gerindra-Demokrat. Namun, terkait keputusan koalisi dan capres cawapres, SBY belum mau berbicara banyak. Ia mengaku akan melaporkan kepada majelis tinggi partai sebelum menentukan koalisi dan pembahasan capres cawapres.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri