tirto.id - Adakah teknologi berkendara yang lebih canggih selain swakemudi?
Ponsel pintar atau smartphone yang selama ini menjadi genggaman banyak orang bisa beralih fungsi menjadi alat kemudi mobil. Ini bukanlah khayalan, Ford sudah mematenkan teknologi “non-autonomous steering mode” yang mengintegrasikan ponsel pintar dengan roda depan mobil.
Dilaporkan Car Buzz, teknologi tersebut sudah resmi terdaftar di US Patent and Trademark Office (USPTO)—badan administratif yang berwenang mengeluarkan hak paten dan merek dagang di Amerika Serikat (AS). Steven R. El Alie—insinyur asal Michigan, AS, yang belakangan ini fokus pada pengembangan teknologi otonom Ford, terdaftar sebagai pembuat inovasi tersebut. Namun, Ford belum mengeluarkan pernyataan terkait penerapan teknologi kemudi smartphone di produk mobil baru.
Tidak ada ketentuan spesifik mengenai jenis smartphone atau gawai yang bisa terhubung dengan program kemudi tersebut. Setiap gawai yang punya prosesor, memori, layar sentuh, serta accelerometer dan gyroscope, menurut penjelasan Car Buzz, sudah bisa menjalankan teknologi kemudi digital di mobil Ford.
Saat mobil berhenti, penumpang dapat menghubungkan gawai dengan sistem komputer lewat sambungan nirkabel. Setelah terhubung, monitor di dashboard akan menampilkan pilihan mode kemudi non-otonom. Di dalam mode tersebut terdapat dua pilihan cara kemudi.
Pilihan pertama ialah sistem kemudi menggunakan gerakan gawai, praktiknya sama seperti memainkan gim balap mobil di Android atau IOS. Sebelum mulai mengendalikan mobil, sistem akan menginstruksikan pemegang gawai untuk menentukan titik nol derajat (posisi ban lurus). Selepas sistem dan pengemudi sepakat soal titik nol, sensor accelerometer dan gyroscope bakal memperhitungkan gerakan dan sudut kemiringan gawai yang menentukan arah roda. Misalnya, saat ponsel miring 30 derajat ke kiri, roda otomatis berbelok 30 derajat ke kiri.
Dalam pilihan kemudi kedua, pengendalian dilakukan lewat virtual. Seperti pada metode kemudi pertama, pemegang gawai diminta menentukan titik nol. Kali ini pengendalian bisa dijalankan dengan gerakan jari tangan di layar sentuh gawai.
Teknologi kemudi non-otonom yang dipatenkan Ford ini hanya memberikan akses kepada penumpang mobil untuk mengendalikan setir. Sementara, kendali akselerasi dan pengereman tetap diokupasi oleh mekanisme otonom.
Skema kerja teknologi kemudi digital Ford boleh jadi masih terlalu muluk untuk diterapkan dalam waktu dekat. Ford juga mengakui bahwa inovasi itu masih sebatas rencana yang belum jelas waktu penerapannya. Namun, perusahaan otomotif spesialis muscle car dan truk asal Amerika itu buru-buru mematenkan teknologi tersebut agar tidak jatuh ke kompetitor.
Kendali mobil lewat ponsel pintar bukan inovasi yang benar-benar baru milik Ford. Awal 2018 lampau, Huawei memamerkan kemampuan produk ponsel pintar Huawei Mate 10 Pro mengendalikan Porsche Panamera.
Aksi tersebut dilakukan untuk menguji kemampuan sistem artificial intelligent (AI) atau kecerdasan buatan pada Huawei Mate 10 Pro. Teknologi AI pada produk flagship tersebut mampu mengenali keberadaan objek, seperti binatang, manusia, kendaraan, bangunan, dan lainnya.
Sedikit berbeda dengan teknologi yang diperkenalkan oleh Ford, ponsel pintar Huawei justru mengubah mobil kemudi manual menjadi otonom. Sejumlah penyesuaian dilakukan pada sistem komputer mobil agar bisa terhubung dengan ponsel Huawei.
Selain itu, di atap mobil terpasang kamera kecepatan tinggi yang bertugas menangkap gambar situasi lingkungan di depan mobil agar bisa dikenali oleh sistem AI. Sistem Kecerdasan pada Huawei Mate 10 Pro akan mengenali objek di depan mobil dan mengirimkan informasi kepada perangkat robotik yang tertanam di mobil agar menyesuaikan kecepatan, melakukan pengereman, atau mengarahkan kemudi.
“Kegiatan ini menjadi pertunjukan tentang apa saja kemampuan ponsel saat ini,” ujar European Head of Handset Portfolio and Planning for Huawei Arne Herkelmann, dikutip CNET.
“Produk ponsel kami punya kemampuan bagus dalam hal pengenalan objek. Kami ingin melihat bahwa dalam waktu sebentar kami bisa membuat teknologi itu bukan hanya mengendarai mobil, tapi juga membuatnya mengenali dan menghindari objek,” kataChief Marketing Officer Huawei Western EuropeAndrew Garrihy.
Mengawinkan Gawai dan Mobil
Menggunakan ponsel pintar untuk mengendalikan mobil bakal menjadi bagian dari era kendaraan otonom masa depan. Sesungguhnya keterkaitan antara gawai dengan mobil sudah sering ditemui saat ini. Salah satunya Fitur smartphone mirroring yang ada di head unit mobil-mobil modern.
Fitur tersebut dapat dijalankan pada head unit yang sudah memiliki sistem antarmuka untuk mirroring, seperti Android Auto dan Apple Car Play. Lewat sambungan nirkabel, antarmuka pada head unit dan ponsel pintar terkoneksi, sehingga tampilan ponsel diproyeksikan ke dalam monitor head unit.
Mekanisme mirroring memudahkan pengendara untuk menjalankan seluruh program di ponselnya saat berkendara. Walhasil layanan multimedia dan navigasi bisa diakses lebih cepat.
Inovasi tidak hanya dilakukan oleh pabrikan kendaraan. Produsen barang aftermarket juga sudah mampu menyediakan perangkat yang menghubungkan mobil dengan ponsel.
Sejak beberapa tahun ke belakang, ada modul remot mobil yang dipasarkan merek aftermarketNo Doubt di Indonesia. Alat itu menggunakan sinyal GSM untuk menjembatani perintah dari aplikasi khusus di ponsel pintar menuju modul yang sudah terkoneksi dengan kelistrikan mobil, layaknya melakukan panggilan atau mengirim pesan singkat dari ponsel.
Dengan modul tersebut pemilik mobil bisa menyalakan mobil atau menghidupkan mobil dari jarak jauh. Ketika ada orang yang mencoba membuka pintu mobil atau menyalakan mobil secara paksa, modul akan mengirimkan pesan peringatan ke ponsel pemilik. Selanjutnya pemilik mobil dapat mengirimkan instruksi untuk mematikan mesin mobil.
Secara fungsi, konektivitas antara ponsel pintar dengan kendaraan bakal memudahkan pengguna mobil untuk mengoperasikan semua fitur kendaraan. Termasuk juga menyerahkan kontrol mobil kepada sistem operasi ponsel.
Namun, keintiman antara mobil dengan ponsel membuka peluang untuk para peretas mengakses data dari perangkat komputer kendaraan. Seperti pada salah satu scene di film Fast and Furious 8, di mana peretas berhasil mengakses sistem operasi mobil-mobil di Kota New York. Mereka mengambil alih sistem kendali dan membuat mobil-mobil saling bertabrakan.
Adegan tersebut mungkin terlihat mengada-ada. Tapi poin utama yang bisa diambil, yakni betapa mudahnya mobil di masa depan diambil alih tanpa tindakan fisik. Hal itu akan mempermudah para pencuri untuk “menyikat” mobil yang terintegrasi dengan komputer dan ponsel pintar.
“Semakin banyak Anda menambah saluran digital (di mobil), harus memperbesar ruang yang bisa diserang (menambah sistem keamanan),” kata Profesor Ilmu Komputer University of California Stefan Savage seperti dilansir Technology Review. “(Sehingga) tidak ada jalan (untuk diretas),” kata Savage.
Editor: Suhendra