tirto.id - Sebanyak tujuh warga Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, meninggal karena kekurangan fasilitas penunjang kesehatan selama isolasi mandiri. Mereka meninggal terhitung selama berjalannya Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Kepala Dinkes Cianjur, dr Irvan Nur Fauzy mengakui rumah sakit dan tempat isolasi penuh, sehingga diterapkan sistem antrean.
"Mereka yang meninggal dunia karena minimnya fasilitas penunjang kesehatan selama menjalani perawatan di rumah. Sehingga kami meminta gugus tugas di masing-masing wilayah untuk lebih intensif mengawasi dan memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien dengan gejala berat," kata Irvan, Jumat (9/7/2021).
Warga positif COVID-19 harus antre dari rumah masing-masing hingga rumah sakit atau vila untuk isolasi mandiri telah tersedia. Dalam sebulan terakhir, ratusan tempat isolasi di rumah sakit dan vila milik pemerintah Cianjur kondisinya penuh kendati sudah ditambah tempat tidurnya.
Juru Bicara Pusat Informasi dan Kordinasi COVID-19 Cianjur, dr Yusman Faisal menyebut Satgas sudah berkoordinasi dengan dinas terkait untuk menyediakan obat dan tabung oksigen agar bisa sampai ke desa untuk membantu warga isolasi mandiri.
"Kita akan segera menyediakan alat bantu kesehatan hingga obat dan vitamin untuk pasien yang menjalani isolasi mandiri di rumah sambil menunggu ruang isolasi terpusat seperti rumah sakit dan vila khusus kosong," katanya.
Menurut organisasi sipil LaporCovid-19 kasus warga isoman meninggal karena tidak dapat ke rumah sakit terus bertambah. Per 3 Juli 2021 terdapat 265 warga positif COVID-19 meninggal dalam tempat isolasi mandiri. Tingginya kasus Corona di Indonesia yang bertambah sekitar 38 ribu dalam dua hari terakhir membuat fasilitas kesehatan kewalahan.
Editor: Zakki Amali