Menuju konten utama

Rukun Wakaf & Syarat Waqif, Orang yang Mewakafkan Harta dalam Islam

Ada 4 rukun wakaf dan 6 syarat wakaf. Keduanya mesti dipenuhi al-waqif saat berwakaf agar sah. Berikut penjelasannya.

Rukun Wakaf & Syarat Waqif, Orang yang Mewakafkan Harta dalam Islam
Ketua Yayasan Wakaf Quran Indonesia (YWQI) sekaligus anggota DPR F-PPP, Achmad Baidowi (kanan) menyerahkan mushaf Alquran kepada pengasuh PP Almadani Branta Tinggi, KH. Hanafi, di Pamekasan, Jawa Timur, Minggu (12/11/2017). ANTARA FOTO/Saiful Bahri

tirto.id - Rukun dan syarat wakaf mesti dipenuhi oleh al-waqif saat berwakaf agar sedekah jariyah ini sah diamalkan.

Orang yang mewakafkan hartanya disebut sebagai al-waqif atau wakif. Wakaf sendiri adalah sedekah harta untuk kepentingan masyarakat banyak.

Dalam Islam, ibadah wakaf dikategorikan sebagai salah satu amal jariyah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Apa saja syarat-syarat berwakaf, termasuk syarat menjadi waqif sampai dengan syarat harta yang diwakafkan.

Sebagaimana dilansir Rumah Wakaf, terdapat lima syarat dan rukun wakaf yang harus dipenuhi agar sedekah jariyah ini sah diamalkan sebagai berikut:

  • Wakif atau orang yang mewakafkan harta
  • Mauquf bih atau tersedia barang atau harta yang akan diwakafkan
  • Mauquf ‘Alaih atau pihak yang diberi wakaf dan peruntukan wakaf atas harta yang tersedia
  • Shighat atau pernyataan sebagai ikrar wakif untuk kehendak mewakafkan sebagian harta bendanya demi kepentingan orang banyak
  • Nazhir atau orang yang akan bertanggung jawab mengelola harta wakaf tersebut.

Sementara itu, sebagaimana dikutip dari laman Badan Wakaf Indonesia Malang, berikut adalah rukun & syarat-syarat Wakaf

Rukun Wakaf

Rukun Wakaf Ada empat rukun yang mesti dipenuhi dalam berwakaf.

1. Orang yang berwakaf (al-waqif).

2. Benda yang diwakafkan (al-mauquf).

3. Orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf ‘alaihi).

4. Lafadz atau ikrar wakaf (sighah).

Syarat-Syarat Wakaf

1. Syarat-syarat orang yang berwakaf (al-waqif) ada empat yaitu, pertama orang yang berwakaf ini mestilah memiliki secara penuh harta itu, artinya dia merdeka untuk mewakafkan harta itu kepada sesiapa yang ia kehendaki.

Kedua dia mestilah orang yang berakal, tak sah wakaf orang bodoh, orang gila, atau orang yang sedang mabuk. Ketiga dia mestilah baligh.

Dan keempat dia mestilah orang yang mampu bertindak secara hukum (rasyid). Implikasinya orang bodoh, orang yang sedang muflis dan orang lemah ingatan tidak sah mewakafkan hartanya.

2. Syarat-syarat harta yang diwakafkan (al-mauquf)

Harta yang diwakafkan itu tidak sah dipindahmilikkan, kecuali apabila ia memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan oleh:

- barang yang diwakafkan itu mestilah barang yang berharga

- harta yang diwakafkan itu mestilah diketahui kadarnya. Jadi apabila harta itu tidak diketahui jumlahnya (majhul), maka pengalihan milik pada ketika itu tidak sah.

- harta yang diwakafkan itu pasti dimiliki oleh orang yang berwakaf (wakif).

- harta itu mestilah berdiri sendiri, tidak melekat kepada harta lain (mufarrazan) atau disebut juga dengan istilah (ghaira shai’).

3. Syarat-syarat orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf alaih)

Dari segi klasifikasinya orang yang menerima wakaf ini ada dua macam, pertama tertentu (mu’ayyan) dan tidak tertentu (ghaira mu’ayyan).

Yang dimasudkan dengan tertentu ialah, jelas orang yang menerima wakaf itu, apakah seorang, dua orang atau satu kumpulan yang semuanya tertentu dan tidak boleh diubah.

Sedangkan yang tidak tentu maksudnya tempat berwakaf itu tidak ditentukan secara terperinci, umpamanya seseorang sesorang untuk orang fakir, miskin, tempat ibadah, dan lain sebagainya.

Persyaratan bagi orang yang menerima wakaf tertentu ini (al-mawquf mu’ayyan) bahwa ia mestilah orang yang boleh untuk memiliki harta (ahlan li al-tamlik), Maka orang muslim, merdeka dan kafir zimmi yang memenuhi syarat ini boleh memiliki harta wakaf.

Adapun orang bodoh, hamba sahaya, dan orang gila tidak sah menerima wakaf.

Syarat-syarat yang berkaitan dengan ghaira mu’ayyan; pertama ialah bahwa yang akan menerima wakaf itu mestilah dapat menjadikan wakaf itu untuk kebaikan yang dengannya dapat mendekatkan diri kepada Allah. Dan wakaf ini hanya ditujukan untuk kepentingan Islam saja.

4. Syarat-syarat Shigah

Berkaitan dengan isi ucapan (sighah) perlu ada beberapa syarat.

- ucapan itu mestilah mengandungi kata-kata yang menunjukKan kekalnya (ta’bid). Tidak sah wakaf kalau ucapan dengan batas waktu tertentu.

- ucapan itu dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau digantungkan kepada syarat tertentu.

- ucapan itu bersifat pasti.

- ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan.

Apabila semua persyaratan diatas dapat terpenuhi maka penguasaan atas tanah wakaf bagi penerima wakaf adalah sah. Pewakaf tidak dapat lagi menarik balik pemilikan harta itu telah berpindah kepada Allah dan penguasaan harta tersebut adalah orang yang menerima wakaf secara umum ia dianggap pemiliknya tapi bersifat ghaira tammah.

Baca juga artikel terkait WAKAF atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Addi M Idhom