Menuju konten utama

Rodgrigo Duterte Menangi Pemilu Presiden Filipina

Rodrigo Duterte sudah hampir dapat dipastikan akan memimpin negara tersebut sebagai presiden setelah mengantongi 39 persen dari total suara yang masuk.

Rodgrigo Duterte Menangi Pemilu Presiden Filipina
Calon presiden Filipina Rodrigo 'Digong' Duterte memberikan suaranya ditemani putrinya Veronica di tempat pemungutan suara untuk pemilu nasional di Sekolah Menengah Nasional Daniel Aguinaldo di kota Davao, selatan Filipina, Senin (9/5). Antara Foto/Reuters/Erik de Castro.

tirto.id - Meskipun hasil resmi Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden Filipina belum secara resmi terkonfirmasi, Rodrigo Duterte, kandidat kuat yang terkenal dengan komentar-komentar kontroversialnya, sudah hampir dapat dipastikan akan memimpin negara tersebut sebagai presiden, mengalahkan rival-rivalnya.

Sebuah lembaga pemantau pemilu, PPCRV (Parish Pastoral Council for Responsible Voting) mengatakan bahwa penghitungan 90 persen suara yang masuk dari total 54 juta suara menunjukkan bahwa Duterte telah mengantongi lebih dari 14,8 juta suara atau sekitar 39 persen dari total suara yang masuk.

Sebagai catatan, PPCRV merupakan lembaga yang ditunjuk oleh komisi pemilu Filipina untuk memonitor penghitungan suara, dengan catatan, hasil laporan lembaga tersebut bukan merupakan hasil yang resmi.

Seperti dikutip dari BBC, Duterte mengatakan bahwa dia menerima mandat tersebut dengan "kerendahan hati yang ekstrim."

"Dengan kerendahan hati, kerendahan hati yang ekstrim, saya menerima [jabatan] ini, amanat dari rakyat," kata Duterte.

Sementara itu, pesaing terdekat Duterte, yang hanya mengantongi 8,6 juta suara, Mar Roxas, dengan lapang hati menerima kekalahannya. "Ada banyak air mata di dalam ruangan. Biarkan saya memberitahu Anda, sekarang bukan waktunya untuk menangis. Untuk negara kita, kita memiliki transfer kekuasaan yang damai dan sukses," ujar Roxas.

Sementara itu, pesaing terdekat lainnya, Senator Grace Poe, yang pertama kali mengumumkan kekalahannya, berjanji akan “bekerja sama dalam proses pemulihan” setelah periode kampanye yang berlangsung sangat keras.

Duterte bukan "Donald Trump" dari Filipina

Sepanjang periode kampanye pemilu, Duterte sangat terkenal dengan pernyataan-pernyataan kontroversialnya yang membuat sang walikota Davao – sebuah kota yang terletak di selatan Filipina – disandingkan dengan calon kandidat presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump.

Ia pernah berkata membantai para kriminal dan pengguna narkoba, bercanda tentang pemerkosaan seorang misionaris Australia yang terjadi pada tahun 1989, hingga mengatakan akan membubarkan kongres jika tidak setuju dengannya.

Duterte juga memberikan opini yang blak-blakan mengenai sengketa wilayah Filipina dengan Cina di Laut Cina Selatan dengan mengatakan ia akan berlayar ke pulau-pulau yang disengketakan dan menanam bendera Filipina di sana.

Filipina telah membawa salah satu pulau yang diklaimnya ke pengadilan arbitrase di Den Haag. Pada hari Senin, Duterte mengatakan ia akan mengusahakan pembicaraan multilateral atas masalah tersebut, dengan menyertakan Amerika Serikat dan Jepang.

Namun demikian, disandingkannya dia dengan Trump sesungguhnya adalah hal yang dilebih-lebihkan.

Tidak seperti Trump, yang masih bias mengenai bagaimana sesungguhnya model pemerintahan yang akan ia jalankan di Amerika Serikat jika terpilih nanti, masyarakat Filipina setidaknya mendapat gambaran kasar terhadap apa yang akan mereka dapatkan dari Duterte.

Time mengatakan bahwa Duterte jelas lebih “garang” dari politisi-politisi yang ada saat ini, tetapi Duterte, yang merupakan seorang Kristen yang taat, secara mengejutkan sangat suportif terhadap kaum minoritas, dengan tegas mendukung tuntutan Muslim Moro yang terpinggirkan untuk otonomi yang lebih besar, dan bahkan mendukung pernikahan gay di Negara Katolik Taat tersebut.

Duterte juga dikabarkan akan merombak konstitusi di negara itu, sekaligus akan mendorong perubahan menuju ke arah sistem pemerintahan parlementer.

"[Hal] itu akan memerlukan konsensus nasional yang luas, dimulai dengan meminta kongres untuk menyerukan konvensi konstitusi," kata Juru Bicara Duterte, Peter Lavina, dalam sebuah media briefing, seperti dikutip dari kantor berita Reuters.

"Akan ada penulisan ulang secara besar-besaran dari konstitusi kita."

Baca juga artikel terkait FILIPINA atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Politik
Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara