tirto.id - Welcome to the cashless society! Masyarakat zaman kiwari kian jauh saja dari uang. Maksudnya, tentu saja uang dalam pengertian fisik. Pandemi Covid-19 bahkan bikin orang-orang makin malas melakukan transaksi tunai. Publik pun dianjurkan untuk menggunakan uang elektronik, bukan?
Meski baru terasa populer belakangan, siapa sangka bahwa kemungkinan cashless sudah dipikirkan sejak 1983? Penelitian David Chaum memperkenalkan ide pertama tentang digital cash. Enam tahun kemudian, ia sungguh-sungguh menerapkan risetnya dengan mendirikan DigiCash. Sayang, perusahaan tersebut bangkrut pada 1998.
Mungkin waktu itu masyarakat dunia belum sepenuhnya siap “LDR-an” dengan uang fisik. Tapi setidaknya, sejak saat itu pula uang elektronik terus mengalami perkembangan, mulai dari e-gold (1996) sampai bitcoin (2009).
Hari ini, dunia makin akrab dengan uang elektronik (juga suka disebut “uang-el”), termasuk di Indonesia. Di negara kita ini, uang elektronik pertama kali dirilis pada 2009, ditandai dengan diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia No.11/12/PBI/2009.
Uang elektronik kian berkembang dan diterima seiring berubahnya kebiasaan masyarakat dalam melakukan pembayaran serta perkembangan teknologi yang semakin memudahkan. Dan sekarang, pandemi benar-benar membuat orang meminimalisasi kontak fisik lewat medium apa pun, termasuk uang.
Bank Indonesia merilis data peredaran dan penggunaan uang elektronik melalui dompet digital. Pada Januari 2020 (dua bulan sebelum WHO menyatakan pandemi), angkanya mencapai 313 juta transaksi. Angka tersebut naik menjadi 412 juta transaksi dalam kurun tiga bulan.
Per April 2020, nilai transaksi uang elektronik mencapai Rp17,55 triliun, naik sekitar Rp2,5 triliun dibandingkan bulan sebelumnya. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi di Indonesia.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) Karaniya Dharmasaputra mengatakan, pesatnya pemakaian uang elektronik dipengaruhi oleh tingginya transaksi e-commerce (perdagangan elektronik). “Jadi, di OVO, transaksi yang berasal dari e-commerce selama pandemi itu saya kira rata-rata tumbuh 100 hingga 120 persen,” kata Karaniya, yang juga merupakan Presiden Direktur OVO.
Masifnya kolaborasi dan inovasi yang terus dikembangkan fintech selama pandemi juga meningkatkan minat masyarakat dalam menggunakan uang elektronik. Sebab itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan masa depan pembayaran digital bakal semakin marak. Para regulator pun optimis keberadaan uang elektronik akan meningkatkan akses finansial masyarakat.
“Kebutuhannya semakin besar, karena orang-orang tidak bisa berkontak secara langsung. Jadi kita membutuhkan teknologi untuk bisa bertransaksi. Kedua, karena adanya stimulus dari pemerintah untuk UKM dan sektor informal lainnya, tentu membutuhkan bantuan fintech, terutama bagi yang tidak punya akses ke bank,” kata Nurhaida, Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK.
Perubahan kebiasaan, perkembangan teknologi, pandemi, dan dukungan pemerintah adalah empat hal yang membuat uang elektronik terus menjadi buah bibir di Indonesia. Berbagai macam e-wallet seperti OVO, GoPay, DANA, LinkAja, dan lain-lain juga kian akrab dengan keseharian masyarakat kita.
Dan seiring bertambahnya jumlah e-wallet, pergeseran budaya transaksi tidak hanya berlaku pada cara pembayaran, tapi juga pada cara pengisian saldo (top up).
Selama ini, masyarakat sudah cukup terbiasa mengisi saldo uang elektronik dengan memanfaatkan fasilitas bank (misalnya melalui ATM) atau dengan mengunjungi minimarket. Namun pada masa pandemi, ada cara yang lebih efektif dan bisa dilakukan tanpa harus keluar rumah.
Hal demikian dimungkinkan dengan kehadiran Jenius. Sebagai penyedia layanan finansial terdepan, selain berbagai transaksi, bahkan pembuatan atau pembukaan akun produk Bank BTPN ini pun bisa dilakukan dari rumah atau dari tempat mana saja selama jaringan internet tersedia. Pengisian saldo uang elektronik juga begitu: cukup dilakukan melalui aplikasi Jenius.
Jika kamu memiliki banyak e-wallet yang sering digunakan untuk berbagai transaksi, tak perlu gamang dan khawatir. Jenius punya fitur untuk memudahkan pengisian saldo sekaligus mengelola akun-akun e-wallet yang kamu miliki dengan lebih sederhana. Fitur tersebut bernama e-Wallet Center.
Lewat e-Wallet Center, nasabah bisa menikmati kemudahan dan kebebasan memilih jumlah top up dengan nominal mulai dari Rp10.001. Kemudian, nasabah juga bisa menyimpan akun mereka ke daftar e-wallet cukup dengan memasukkan nomor ponsel yang terdaftar. Selanjutnya, pilih menu simpan ke daftar e-wallet agar top up berikutnya lebih praktis dan cepat.
Kamu bisa mengelola hingga sepuluh daftar e-wallet dalam satu akun Jenius. Setiap akun e-wallet yang disimpan juga bisa diubah namanya sesuai keinginan.
Selain bisa top up e-wallet, sekarang kamu juga bisa top up dan menyimpan akun TapCash (uang elektronik keluaran BNI) di e-Wallet Center. Dengan Jenius, pengisian saldo BNI TapCash tak perlu lagi dilakukan dengan mendatangi ATM atau minimarket.
Caranya, buka fitur e-Wallet Center lalu tempelkan kartu TapCash-mu di belakang ponsel untuk memeriksa atau mengisi saldo yang ada di dalamnya. Sambil tetap meletakkan kartu TapCash di belakang ponsel, kamu bisa melakukan top up dengan memasukkan nominal sesuai kebutuhan mulai dari Rp50.000, Rp100.000, Rp150.000, Rp250.000, Rp500.000, dan Rp1.000.000.
Untuk sementara, layanan top up TapCash melalui fitur e-Wallet Center di aplikasi Jenius baru tersedia untuk pengguna Android yang dilengkapi NFC.
Bersama Jenius, BNI juga mengeluarkan kartu BNI TapCash dengan desain edisi Jenius. Kamu bisa mendapatkan produk tersebut dengan melakukan registrasi dan top up rekening Jenius (minimal Rp500.000) di seluruh booth BTPN Jenius di beberapa lokasi pusat perbelanjaan di Indonesia. Misalnya, Mall Taman Anggrek (Jakarta Barat), Botani Square (Bogor), Cihampelas Walk (Bandung), dan lainnya. Daftar lengkapnya sila kunjungi tautan ini.
Kartu TapCash sendiri bisa kamu gunakan untuk membayar tiket TransJakarta, Commuter Line, tol dan parkir, serta bertransaksi di berbagai merchant yang menyediakan layanan pembayaran dengan TapCash. Dengan fitur seperti ini, kamu tak perlu cemas lagi jika masuk tol dengan e-wallet yang belum di-top-up, kan?
Pada masa pandemi seperti sekarang, berbagai fitur yang disediakan aplikasi Jenius tidak sekadar memberikan kemudahan, tapi juga menghindarkan nasabahnya dari risiko penularan virus yang mungkin terjadi jika transaksi dilakukan lewat kontak fisik.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis