tirto.id - Line akhirnya tercatat di bursa saham. Valuasi saham Line merupakan yang terbesar dalam sejarah Initial Public Offering (IPO) sektor teknologi sepanjang tahun ini. IPO Line juga merupakan yang terbesar sejak Alibaba yang berhasil meraup dana hingga 22 miliar dolar pada September 2014.
Pada debut perdana perdagangannya Jumat (15/7/2016), saham Line langsung meroket hingga 48 persen di Bursa Tokyo, Jepang. Saham Line dibuka pada harga 4.900 yen, dbandingkan harga IPO yang hanya 3.300. Valuasinya mencapai 1 triliun yen atau sekitar 9,5 miliar dolar.
Dari penawaran sahamnya ke publik, dua pertiga dilepas ke pasar Amerika Serikat di harga 32,84 per lembar. Pada debut perdananya di Bursa New York, saham Line melesat hingga 27 persen. Pencatatan saham di New York merupakan sebuah langkah strategis Line untuk menggaet pasar Amerika Utara.
Saat ini, Hingga akhir 2015, total pengguna Line saat ini mencapai 215 juta, dengan basis terbesar ada di Jepang, Taiwan, Thailand, dan Indonesia. Hasil penjualan saham ini rencananya akan digunakan untuk melakukan ekspansi ke Asia, dan juga Amerika Serikat.
Unicorn
Line yang didirikan pada 2011 berhasil mencatat penjualan hingga 1,1 miliar dolar untuk tahun keuangan yang berakhir 31 Maret 2016. Line akan segera bergabung dalam kelompok para unicorn yang melantai di pasar saham. Unicorn mengacu pada perusahaan teknologi yang memiliki valuasi di atas 1 miliar dolar.
Jumlah unicorn di dunia saat ini memang terus meningkat sejak 2013. Menurut catatan CB Insight, hingga akhir 2015, terdapat perusahaan teknologi swasta yang memiliki valuasi lebih dari 1 miliar dolar. Angka itu berarti dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Dari jumlah itu, 14 perusahaan di antaranya memiliki status “decacorn” atau valuasinya melebihi 10 miliar dolar.
Dari perusahaan teknologi dengan status unicorn yang melakukan IPO, tidak semuanya berkinerja baik. Menurut analisa dari Battery Ventures, dalam tiga atau empat tahun terakhir, kinerja mereka buruk. Lebih dari 40 persen unicorns yang IPO sejak 2011, kinerjanya flat atau bahkan di bawah valuasi pasar terakhir mereka. Beberapa unicorn yang sukses dalam IPO antara lain Linkedln, Workday, Fireeye, Facebook.
Line yang Menghibur
Line memang sedang menikmati masa-masa bahagia. Penggunanya terus meningkat karena tak hanya menawarkan messaging, tetapi juga fitur lain yang menarik. Line dianggap paling menghibur karena memiliki berbagai fitur menarik seperti stiker lucu, akun resmi dari berbagai ranah hiburan, dan juga tentu saja layanan game yang terintegrasi.
Dalam perkembangannya, aplikasi itu memang tidak sekadar menjadi alat komunikasi melainkan juga hiburan. Mereka melengkapinya dengan ikon-ikon, stiker, game, ataupun komik. Ada pula yang melengkapinya dengan newsfeed agar pengguna aplikasi komunikasi itu tak perlu repot-repot mencari berita utama. Dalam hal ini, Line juaranya. Sejak awal, pendiri Line memang sudah menyatakan aplikasi ini tidak sekadar alat komunikasi tetapi social platform life. Di dalam LINE ada kehidupan ekosistem sendiri yang antarbagian saling menghidupkan.
Pengguna aktif Line saat ini memang kalah jauh dari Whatsapp 900 juta orang, FB Messenger 800 juta orang atau wechat 650 juta orang. Namun, nilai bisnis Line lebih menggiurkan. Dalam keterangan resminya pada Desember lalu, Line memperkirakan pasar mereka hingga 2030 mencapai 20 miliar dolar. Ini berasal dari lisensi produk-produk seperti stiker dan boneka karakter Line Brown Bear. Bandingkan dengan Whatsapp yang sampai kini masih kebingungan dari mana mencari pendapatan.
Produk Stiker Line terus berkembang dan variatif mulai dari Film Star Wars, Anime Dragon Ball, Manga One Piece, sampai artis-artis idola. Di Indonesia artis seperti Raisa, Chelsea Olivia, dan Iwan Fals pernah menjadi ikon stiker Line. Ada dua jenis jasa stiker yang diberikan oleh Line, yakni gratis dan yang berbayar. Stiker berbayar biasanya berasal dari seniman yang memang bekerja sama dengan Line untuk produk tersebut. Dari jasa ini saja Line bisa mendapatkan keuntungan hingga 75 juta dolar.
Business Insider mengungkapkan, Line meluncurkan layanan taksi online yang disebut Line Taxi sebagai upaya ekspansinya. Layanan ini dimulai di Tokyo, dan akan diperluas secara bertahap di seluruh Jepang. Ini merupakan proyek awal untuk memulai bisnis transportasi online secara global. Layanan ini diharapkan bisa menandingi Uber. Menariknya, selain taksi, Line Jepang juga mengembangkan produk aplikasi kamera, anti virus dan juga platform pembayaran bernama Line Pay.
Line memang termasuk progresif dibanding aplikasi komunikasi sejenis. Dibandingkan dengan Whatsapp atau BBM, Line jelas memberikan fitur yang hampir tak terbatas. Selain game, media sosial, dan musik. Line juga mengembangkan Line Live, sebuah platform live streaming di Jepang yang menyediakan tayangan gratis secara langsung. Dengan lebih dari 100 juta penonton layanan ini memang masih ada di Jepang, tetapi ke depan Line berusaha mengembangkan produk ini ke seluruh dunia.
Takeshi Idezawa, CEO Line Corporation menyebutkan, pendapatan kuartal pertama bisnis mereka memang menggembirakan. Maret lalu, Line juga meluncurkan “Smart Portal” di mana pengguna Line bisa menggunakan aplikasi ini untuk layanan bisnis online dan offline. Dengan berbagai layanan ini bukan tidak mungkin di tahun-tahun mendatang, pundi-pundi keuntungan Line akan terus bertambah.
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti