tirto.id - Di sela Tabligh Akbar dan Resepsi Milad ke-106 Muhammadiyah di Islamic Center Surabaya, Selasa (20/11/2018), Penasihat Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Muhammad Amien Rais menyampaikan ultimatumnya.
Dia mengancam akan menjewer Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, jika tidak punya sikap politik mendukung kandidat Pilpres 2019. Amien sendiri mendukung kubu calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno.
“Di tahun politik, tidak boleh seorang Haedar Nashir memilih menyerahkan ke kader untuk menentukan sikapnya di pilpres. Kalau sampai seperti itu, akan saya jewer,” kata Amien.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Abdul Kadir Karding menilai pernyataan ketua dewan kehormatan PAN itu, sebagai sesuatu yang merendahkan posisi orang lain. Menurutnya posisi Haedar harusnya dihormati dan dijaga reputasinya sebagai pimpinan PP Muhammadiyah.
“Apa yang dilakukan oleh Pak Amien dengan menyatakan akan menjewer Pak Haedar Nashir itu sesuatu yang satu menganggap bahwa Pak Haedar itu seperti anak buahnya,” kata Karding kepada reporter Tirto, Rabu (21/11/2018).
Meski Amien menjabat sebagai pimpinan teknis di luar struktur pengurus teras PP Muhammadiyah, namun menurut politikus PKB itu, penggiringan ke politik praktis tak layak dilontarkan ke publik.
“Saya melihat bahwa kenegarawanan Pak Amien mulai dipertanyakan,” tuturnya.
Berapa Kali Amien Arahkan PP Muhammadiyah?
Amien pernah didukung PP Muhammadiyah saat menjadi capres dalam Pilpres 2004. Meski begitu dia kalah melawan Megawati Soekarnoputri.
Kala itu meski tak mengeluarkan fatwa, pada rapat pleno Muhammadiyah, mereka yakin 99,9 persen warganya akan mendukung dan memilih Amien sebagai presiden. Sikap politik PP Muhammadiyah mendukung Amien saat itu dibacakan Haedar Nashir yang saat itu menjadi sekretaris PP Muhammadiyah.
“Mendukung sepenuhnya langkah Pak Amien Rais selaku kader terbaik dan mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah serta tokoh reformasi untuk memperjuangkan kelanjutan reformasi dan penyelamatan bangsa dalam pemilu presiden pada Pemilu 2004,” kata Haedar Nashir didampingi Syafi'i Ma'arif 2004 lalu.
Hal itu berbeda dengan Pilpres 2009. Saat itu Amien tak maju sebagai kandidat pilpres. Amien justru meminta PP Muhammadiyah, jangan pernah memberikan fatwa politik yang menggiring pengikutnya ke dalam politik praktis.
"Akan terlalu besar risikonya bila Muhammadiyah sampai menggiring umatnya ke dalam sebuah parpol," tegas Amien Rais, 28 Juli 2008.
Dampak dari saran Amien, PP Muhammadiyah mencegah penggunaan fasilitasnya untuk sarana kampanye. PP Muhammadiyah bersikap netral. Lagi-lagi Haedar seakan mentaati pernyataan Amien Rais. Pada Mei 2009 dia menyebut Muhammadiyah adalah organisasi dakwah dan tidak akan condong pada salah satu paslon.
“Muhammadiyah adalah organisasi dakwah, maka lembaga-lembaga yang ada di dalamnya seperti badan amal usaha, institusi dan fasilitas Mumammadiyah tidak perbolehkan untuk kampanye,” tegas Haedar.
Pada tahun 2014, Muhammadiyah melalui Ketua Umum PP Muhammadiyah kala itu Din Syamsudin mengatakan, tak akan mengarahkan warganya ke paslon tertentu. Sikap Muhammadiyah sebagai organisasi saat itu tetap netral seperti pada pilpres sebelumnya.
"Kami tidak mengarahkan ke pasangan tertentu. Kami membebaskan warga kami," kata Din Syamsudin di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2014).
Pada Pilpres 2019, sikap Muhammadiyah masih tetap sama, yakni netral. Hal ini sudah pernah disampaikan oleh Haedar. Menurutnya warga Muhamamdiyah punya pandangan tersendiri untuk menentukan pilihannya masing-masing. Sikap itu kini digoyang Amien.
PP Muhammadiyah Belum Ubah Sikap
Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas mengaku, tidak mempermasalahkan ucapan Amien karena menganggapnya sebagai orang yang dituakan di Muhammadiyah.
Anwar menilai tidak ada warga Muhammadiyah yang merasa tersinggung, termasuk Haedar Nashir. Namun Anwar menguatkan kembali sikap dalam pilpres, warga Muhammadiyah memang diberikan keleluasaan.
“Saya rasa setiap pribadi orang dan warga Muhammadiyah itu sudah punya sikap dan untuk mempengaruhi sikapnya. Saya rasa tidak mudah karena umumnya warga Muhammadiyah itu adalah orang-orang yang terdidik,” jelas Anwar kepada reporter Tirto, Rabu (21/11/2018).
Menurut Anwar, bisa jadi warga Muhammadiyah sepaham dengan Amien untuk mendukung Prabowo-Sandiaga. Tetapi bisa juga sebaliknya.
“Jadi yang netral itu adalah organisasinya, kalau anggotanya tidak boleh tidak bersikap,” pungkasnya.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Dieqy Hasbi Widhana