Di tengah penurunan angka distribusi beras dan komoditas lain, Bulog terus dituntut melakukan pengadaan dengan bergantung pinjaman bank. Bunga yang mencekik dan pelunasan yang memakan waktu lama bikin mereka kerap merugi.
Buwas menyatakan akan memperkuat peran lembaganya sebagai BUMN pangan dengan memperbesar porsi penjualan beras secara komersial, daripada untuk penugasan pada 2020.
Perum Bulog memiliki kinerja keuangan yang buruk sehingga berpotensi diberi lampu merah sebagai indikasi mudah terguncang dan bisa berujung pada kebangkrutan, menurut Kemenkeu.
Perum Bulog mengaku belum dapat merealisasikan lantaran belum ada rekomendasi teknis dari Kementerian Pertanian mengenai standar kesehatan dari Brasil.
Kemensos RI menanggapi pernyataan Dirut Perum Bulog Budi Waseso bahwa ia akan mengundurkan diri jika BPNT sebagai pengganti rastra akan dikelola oleh Kemensos.
Stok beras sebanyak 50.000 ton yang diserap pada 2015, 2016, dan 2017 telah dilepas Bulog dengan cara dijual, dibuang, dan disalurkan dalam operasi pasar.
Peneliti cum dosen Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa menilai BPNT tetap perlu dilanjutkan pemerintah terlepas dampaknya kepada Bulog.