tirto.id - Dalam rangka menjaga kelestarian alam, perusahaan asal Jepang, PT Ajinomoto, telah berkomitmen untuk menjalankan segala kegiatan produksinya yang ramah lingkungan.
Kegiatan pelestarian alam yang sejalan dengan konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diikuti sejumlah pemimpin dunia tersebut menghasilkan 17 sasaran pembangunan yang berkesinambungan (SDG- Sustainable Development Goals).
Dalam kurun waktu 15 tahun ke depan, berbagai negara di seluruh dunia akan mengerahkan segala upaya untuk mengakhiri segala bentuk kemiskinan, melawan ketidaksetaraan, dan mengatasi perubahan iklim.
Public Relation Manager PT Ajinomoto Indonesia, Muhammad Fachrurozy, mengatakan, upaya internasional ini sangat penting untuk masa depan planet bumi.
Sebagai contoh, jika perubahan iklim tidak diatasi, suhu permukaan rata-rata global diperkirakan meningkat hingga 4,8° Celsius (8,64° Fahrenheit) pada tahun 2100, sehingga dapat menimbulkan berbagai bencana.
“Ini adalah salah satu alasan mengapa Ajinomoto berkomitmen secara sukarela untuk membantu pencapaian SDG,” kata Fachrurozy dalam rilis yang diterima Tirto, Rabu (30/5/2018).
Fachrurozy, mengatakan, ada sejumlah alasan mengapa perusahaan memiliki keinginan untuk menjadi sangat terlibat dalam upaya ini.
"Pertama, kami adalah perusahaan internasional yang memiliki dampak besar, karena beroperasi di 30 negara dan bergerak dalam bisnis pengubahan sumber daya alam menjadi produk makanan dalam skala besar. Oleh karena itu, kami merasa perlu membuat perubahan yang nyata dan positif untuk dunia. Kedua, kami merasa tindakan ini memang harus dilakukan. Salah satu bidang yang sangat kami fokuskan adalah energi terbarukan, yang sangat penting untuk kelestarian planet dan sumber daya kami. Penggunaan energi terbarukan akan membantu pencapaian sejumlah SDG," tambah Fachrurozy di Jakarta, Jumat (25/5/2018) lalu.
Kegiatan produksi ramah lingkungan ini telah diterapkan di seluruh lini produksi Ajinomoto, salah satunya di pabriknya yang berada di Mojokerto, Jawa Timur, yaitu melakukan program konservasi sumber daya air dengan mengurangi pemakaian air dalam proses produksi.
"Kami selain mengurangi pemakaian air dalam kegiatan produksi, kami juga menjaga agar volume air limbah yang dihasilkan juga berkurang. Selain itu kami juga mengurangi emisi gas CO2, mengurangi penggunaan freon HFC dan HCFC secara bertahap dan mengganti dengan freon yang lebih ramah lingkungan (HFO)," kata Eko Warih, Manager Agri Development.
Kegiatan pemanfaatan energi untuk produksi yang ramah lingkungan bukan hal baru bagi perusahaan ini, sejak tahun 2002 Ajinomoto juga telah membuat program Zero Emission.
Targetnya antara lain pemanfaatan hasil buangan produksi, sehingga semua buangan tersebut sedapat mungkin bisa dimanfaatkan.
"Kami mulai melakukan identifikasi terhadap semua buangan. Buangan-buangan tersebut mengandung apa saja dan bisa dimanfaatkan untuk apa? Pupuk cair Amina adalah produk pertama dari pemanfaatan limbah. Pupuk ini sudah diproduksi sejak 1977. Produk-produk lain yang diproduksi kemudian sebagai pemanfaatan limbah adalah pupuk daun Ajifol, FML (sumber protein cair untuk ternak), dan TRITAN yang merupakan bahan pakan ternak. Saat ini kami sedang mengembangkan produk baru, yaitu soil conditioner," jelasnya.
Eko mengaku, perusahaan melakukan berbagai program pengolahan hasil buangan ini secara mandiri dan nanti hasil produksi mereka ini akan dimanfaatkan oleh para petani dan peternak di sekitar pabrik yang sebelumnya diberikan pelatihan mengenai bagaimana dan apa saja manfaat dari penggunaan produk olahan kami.
"Sasaran dari program ini adalah para petani atau peternak karena produk pemanfaatan limbah ini memang terkait dengan pertanian atau peternakan, terutama yang areanya tidak terlalu jauh dari pabrik. Apabila masih ada produk yang belum terserap, maka kami melangkah ke area yang makin menjauh dari pabrik Mojokerto," paparnya.
Tidak puas dengan beberapa hasil turunan limbah produksi ini, Eko mamastikan kalau Ajinomoto akan terus berinovasi untuk mencari kemanfaatan lain yang bisa didapatkan dari limbah yang dihasilkan.
"Target ke depan, meningkatkan nilai manfaat dari produk-produk (olahan limbah) yang sekarang dan terus mengembangkan produk baru yang lebih bermanfaat bagi masyarakat," pungkasnya.
Editor: Yandri Daniel Damaledo