Menuju konten utama

Proyek di Tol Jakarta-Cikampek Akan Dihentikan Sementara, Efektif?

Sejumlah proyek di ruas Tol Jakarta-Cikampek akan dihentikan sementara selama musim libur Natal dan tahun baru. Meski demikian nampaknya ini tak bakal efektif mengurai macet.

Proyek di Tol Jakarta-Cikampek Akan Dihentikan Sementara, Efektif?
Pekerja menyelesaikan pemasangan 'steel box girder' pembangunan Jalan Tol layang Jakarta-Cikampek II, di ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek Km 18, di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (18/7/2018). ANTARA FOTO/Risky Andrianto

tirto.id - Pemerintah bakal menghentikan sejumlah proyek di ruas Tol Jakarta-Cikampek selama musim libur Natal dan tahun baru. Penghentian berlangsung mulai 18 Desember 2018 sampai 1 Januari 2019.

Sejumlah pekerjaan yang dimaksud ialah proyek kereta api ringan (LRT), jalan tol layang Jakarta-Cikampek, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, proyek pembangunan fly over, serta rehabilitasi rutin ruas jalan tol.

Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono mengatakan penghentian proyek diharapkan bisa membuat masyarakat bisa berkendara lebih cepat dibandingkan saat proyek tengah berjalan.

Meski demikian, menurutnya kecepatan tidak bakal berubah signifikan karena faktor psikologis.

“Kegiatan proyek memang dihentikan, tapi dinding-dinding di samping itu kan enggak bisa dihindari. Efek psikologis tetap ada: kalau berkendara dan pandangannya terbatas, maka orang akan cenderung mengurangi kecepatannya,” kata Bambang di Hotel Alila, Jakarta, Jumat (14/12/2018) kemarin.

Kemacetan terparah biasanya terjadi di kawasan Cikunir Bekasi dan di Rest Area Kilometer 19. Nantinya, untuk mengurangi kepadatan di jalan tol, mungkin akan ada alternatif berupa pengalihan arus lalu lintas ke jalan non-tol.

Menurutnya, selain menghentikan proyek, mengalihkan ke jalan non-tol adalah cara lain agar kemacetan di Tol Jakarta-Cikampek tidak semakin parah.

“Tapi kalau dari pengalihan itu jalur alternatifnya sudah padat, terpaksa dilakukan contra flow. Biasanya contra flow itu siang hari saat jalur alternatif sudah padat. Kalau sudah padat begitu, kami tidak berani melempar [arus kendaraan lagi] ke Kalimalang [jalan non-tol],” jelas Bambang.

Pada Natal dan tahun baru nanti, jumlah kendaraan yang melintas diperkirakan mencapai 80 ribu per hari. Angka tersebut memang tak sebesar lonjakan saat musim mudik lebaran yang bisa mencapai 120 ribu kendaraan per hari, namun angkanya tetap besar dari hari-hari biasa, yaitu 60-70 ribu kendaraan per hari.

Meski tidak merinci seberapa besar efektivitas dari kebijakan tersebut, Bambang mengklaim penghentian tersebut telah diperhitungkan sejak awal proyek dimulai. Setelah berhenti selama dua pekan, pengerjaan proyek pun akan diteruskan dan malah cenderung lebih digenjot karena sejumlah target yang harus terpenuhi tahun depan.

Untuk jalan tol layang Jakarta-Cikampek misalnya, harus sudah bisa beroperasi saat musim mudik lebaran 2019. Sementara untuk kereta api ringan (LRT) juga harus bisa beroperasi pada pertengahan tahun depan menyusul moda raya terpadu (MRT) yang bakal beroperasi pada Maret 2019.

Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menilai pemerintah memang tidak bisa berbuat banyak untuk mengatasi kemacetan di Tol Jakarta-Cikampek saat ini. Hal itu lantaran jalan tol yang semestinya menjadi alternatif malah seakan difungsikan sebagai jalur utama.

“Memang seperti itu susahnya kalau membuat jalan tol, tapi jalur arteri nasionalnya tidak dipelihara lagi. Alternatifnya hanya mengatur pola buka tutup jalan,” ucap Djoko kepada reporter Tirto, Jumat (14/12/2018) malam.

Ia mengatakan pemerintah semestinya tidak mengulangi langkah atau pendekatan yang seperti itu. Pasalnya apabila jalan tol sudah dijadikan jalur utama, ketika ada sejumlah pengerjaan proyek seperti sekarang, maka masyarakat tak punya pilihan lain.

Saat disinggung mengenai rencana penghentian sementara proyek yang ada, Djoko menilai langkah tersebut memang mau tidak mau harus dilakukan.

“Kalau enggak berhenti, itu akan berkaitan dengan kapasitas ruas jalan yang semakin tinggi. Memang tidak ada cara lebih banyak yang bisa dilakukan,” kata Djoko.

Baca juga artikel terkait JALAN TOL atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Rio Apinino