Menuju konten utama

Bersiap Menyambut Macet Akibat Penutupan Lajur Tol Jakarta-Cikampek

Sebagian lajur lintasan Tol Jakarta-Cikampek, antara gerbang tol Bekasi Timur (km 16) sampai Tambun (km 21), bakal ditutup mulai malam ini. Kemacetan diprediksi meningkat.

Bersiap Menyambut Macet Akibat Penutupan Lajur Tol Jakarta-Cikampek
Pengendara mobil melewati jalur "contraflow" menuju Jakarta di Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 47, Karawang, Jawa Barat, Selasa (19/6/2018). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

tirto.id - PT Jasa Marga menutup sebagian lajur lintasan Tol Jakarta-Cikampek mulai Selasa (17/7/2018) malam, dari pukul 21.00 hingga lima pagi. Ada tiga lajur yang bakal ditutup, baik dari arah Cikampek menuju Jakarta atau sebaliknya. Dengan begitu ada sisa dua jalur saja—termasuk lajur untuk pemberhentian darurat.

Pemimpin Proyek Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated, Iwan Dewantoro, dalam keterangan tertulisnya mengatakan penutupan dilakukan karena alasan keselamatan. Pada jam ketika tol ditutup, mereka akan melakukan kegiatan pemasangan balok beton dengan alat bernama launching gantry. Pekerjaan ini berisiko tinggi karena melibatkan alat-alat dan material berat dan besar.

Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated adalah proyek baru. Panjang jalan tol layang ini mencapai 38 kilometer, membentang dari Cikunir ke Karawang Barat (panjang tol Jakarta-Cikampek sendiri mencapai 73 km). Ditargetkan pemasangan balok beton akan rampung pada akhir Desember 2018. Sepanjang itu pula jalanan akan ditutup sebagian.

Meski begitu penutupan jalur tidak bakal dilakukan serentak. Untuk periode pertama ini jalur yang bakal ditutup sebagian membentang antara gerbang tol Bekasi Timur (km 16) sampai Tambun (km 21).

Tentu akan banyak sekali orang yang bakal terdampak dengan penutupan jalur ini, termasuk Dina Rayanti. Dina, seorang karyawan swasta, yakin betul meski penutupan sebagian dilakukan pada malam hari hingga subuh, kemacetan bakal semakin mengular, setidaknya pada jam pulang kerja.

Dina biasa masuk dari tol Mampang dan keluar di gerbang tol Pondok Gede Timur (tiga pintu tol sebelum jalan ditutup sebagian).

"Jam 10 ada perbaikan jalan sedikit aja macet. Apalagi ditutup dari jam sembilan sampai lima pagi. Enggakkebayang deh macetnya seperti apa," katanya kepada Tirto.

Dina baru tahu kalau ada rencana ini ketika diwawancara Tirto. Menurutnya kebijakan ini tidak disosialisasikan dengan baik. "Sering begitu [kurang sosialisasi]. Tahunya pas sampai pas di tempat."

Maka dari itu, hari ini ia berencana pulang lebih cepat dari biasanya. Dina biasanya pulang pukul 10 malam. Ia berharap tak terjebak "kemacetan yang bikin gila".

Setyo Adi, yang tinggal di Bekasi dan kerja di Jakarta, juga sudah membayangkan bakal seperti apa kemacetan bakal terjadi. "Saat ini untuk pulang pergi ke rumah saja sudah makan waktu dua sampai tiga jam. Kalau jalur ditutup pasti akan menambah waktu di jalan," katanya.

Memang ada jalan alternatif. Dalam rilisnya Jasa Marga juga mengimbau agar pengguna jalan menggunakan rute non-tol. Bagi mereka yang sudah kadung ada di tol bisa masuk ke jalan arteri melalui gerbang tol Bekasi Barat atau Bekasi Timur dan masuk lagi ke jalan tol Jakarta-Cikampek via pintu tol Cibitung.

Tapi seperti yang Adi bilang, rute alternatif tak bakal cukup buat menampung semua kendaraan yang keluar ke jalan non-tol.

Selain pengguna mobil pribadi, tentu saja ini juga berdampak pada transportasi umum. Bus dan travel ke Bandung misalnya, tetap melayani penumpang pada jam ketika sebagian lajur ditutup.

Tanpa Ditutup Sebagian Sudah Padat

Jalan tol yang dibangun pada 1985-1987 ini memang padat tanpa ada penutupan sebagian jalan sekalipun. Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) pada akhir 2017 lalu menyimpulkan ini dengan melihat rasio kendaraan dengan kapasitas ruas jalan (V/C ratio). Lalu lintas di ruas jalan ini mencapai 82 ribu kendaraan per hari. Padahal idealnya hanya 64 ribu.

Dan kepadatan paling parah terjadi di Bekasi Barat. Masih menurut BPTJ, mobil yang masuk dari pintu tol ini mencapai 4.397 unit, hanya kendaraan pribadi, dan cuma dalam waktu tiga jam saja, mulai pukul lima hingga delapan pagi.

Memang ada perbaikan lewat kebijakan ganjil-genap di pintu tol Bekasi arah Jakarta serta pemberlakuan lajur khusus angkutan bus awal tahun ini.

Pada artikel yang dirilis 18 Maret 2018, BPTJ menyebut kalau jumlah lalu-lintas kendaraan yang masuk melalui pintu tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur arah Jakarta setelah seminggu kebijakan diberlakukan mengalami penurunan rata-rata sebesar 35,54 persen, yaitu dari 8.171 kendaraan menjadi 5.266 kendaraan. Jelas itu belum seberapa jika dibanding dengan rasio lalu lintas ideal tadi.

AVP Corporate Communication PT Jasa Marga, Dwimawan Heru, merujuk pada rilis yang mereka kirim siang tadi (17/7/2018) ketika saya bertanya mengenai potensi kemacetan yang semakin panjang.

Dalam rilis itu nampaknya Jasa Marga memang paham kemacetan tak bakal terhindarkan. Kata mereka: "mohon maaf jika terdapat hambatan lalu lintas di jalan tol Jakarta-Cikampek di sekitar Bekasi Barat sampai Tambun dan arah sebaliknya."

infografik hl indepth menjawab kemacetan cikampek dengan tol lay

Baca juga artikel terkait TOL JAKARTA-CIKAMPEK atau tulisan lainnya dari Rio Apinino

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Rio Apinino
Penulis: Rio Apinino