tirto.id - Mochtar Pabottingi dikabarkan meninggal dunia pada Minggu (4/6/2023) dini hari pukul 00.30 WIB. Penulis sekaligus pengamat politik ternama di Indonesia itu menghembuskan napas terakhirnya di usia 77 tahun.
Kabar ini dikonfirmasi langsung oleh Kepala Badan Pengarah Ideologi Pancasila (BPIP) Yudi Latif. Jenazah Mochtar Pabottingi akan dibawa ke rumah duka di Jalan Plafon Nomor 1/12, RT. 09, RW. 03,Kayu Putih, Pulo Gadung, Jakarta Timur.
"Semoga almarhum kembali dengan husnul khatimah dan bisa beristirahat dengan damai," kata Yudi Latif, melalui keterangan tertulis yang diterima Tirto.
Mochtar Pabottingi sebelumnya dikabarkan mengalami serangan jantung. Peristiwa itu terjadi bertepatan pada perayaan Idul Fitri 22 April 2023 lalu yang menyebabkan Mochtar dilarikan ke Rumah Sakit EMC, Pulo Mas, Jakarta Timur.
Sayangnya, setibanya di rumah sakit Mochtar Pabottingi dinyatakan koma. Sejak saat itu ia menjalani perawatan intensif hingga akhirnya berpulang.
Profil Mochtar Pabottingi, Biodata, dan Kariernya
Nama Mochtar Pabottingi ternama di kalangan penulis dan ilmuan dalam negeri. Dikutip dari Ensiklopedia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Mochtar merupakan pria kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Ia lahir pada tanggal 17 Juli 1945 dan meninggal dunia pada 4 Juni 2023. Mochtar Pabottingi merupakan putra dari Pabottinggi, seorang gerilyawan dan pejuang kemerdekaan yang gigih melawan belanda.
Mochtar Pabottingi menikah dengan Nahdia Julihar. Keduanya dikaruniai empat orang anak, yaitu Pilar Muhammad, Muhammad Yogaswara, Dian Harigelita, dan Adhya Pandunagri.
Pada tahun 1963, Mochtar Pabottingi menempuh pendidikan tingginya di SMEA Negeri 1 Makassar. Selanjutnya, ia melanjutkan studi di Fakultas Sosial Politik, Universitas Hasanuddin (UNHAS).
Namun, studinya itu hanya berlangsung selama setahun hingga ia pindah Fakultas Sastra UNHAS untuk mempelajari sastra Inggris. Melalui program studi itulah ia memperoleh gelar sarjana muda pada 1968.
Empat tahun setelah memperoleh gelar sarjana, Mochtar Pabottingi melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Ia berhasil memperoleh beasiswa tiga tahun dari Caltex Pacific Indonesia untuk kembali belajar sastra Inggris di Fakultas Sastra UGM dan lulus pada 1972.
Kariernya dimulai tidak lama setelah menyelesaikan studi S2. Pada tahun 1974 ia bekerja sebagai press assistant di Kedutaan Besar Inggris di Jakarta. Pekerjaan itu ia jalani selama enam bulan hingga ia pindah ke majalah Titian.
Majalah Titian sendiri merupakan majalah yang dikelola oleh Kedutaan Besar Amerika. Ia bekerja sebagai co-editor Titian selama kurang lebih dua tahun.
Selanjutnya, ia diterima sebagai calon peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 1977. Di LIPI, Mochtar Pabottingi bekerja pada lembaga meneliti pada bidang kemasyarakatan dan ekonomi nasional, yaitu LEKNAS.
Tiga tahun setelah bekerja di LIPI, Mochtar Pabottingi memutuskan untuk kembali menempuh pendidikan master di bidang sosiologi. Beruntung, ia memperoleh beasiswa untuk menempuh pendidikan Master di University of Massachusetts di Ammherst, Amerika Serikat (AS).
Ia berhasil lulus dengan gelar master dua tahun kemudian, tepatnya pada 1982. Tidak berhenti sampai di sana, Mochtar Pabottingi ambisius mengejar gelar doktoral.
Satu tahun kemudian, pada 1983 ia diumumkan sebagai penerima beasiswa doktoral untuk belajar ilmu politik di Political Science Department, University of Hawaii, Manoa, AS. Ia menempuh pendidikan doktoralnya selama empat tahun dan lulus di tahun 1987.
Setelah menyelesaikan pendidikan doktoralnya, Mochtar Pabottingi kembali ke tanah air dan bekerja di Puslitbang Politik dan Kewilayahan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPW-LIPI).
Pada tahun 1989, ia dipercaya untuk menjadi Kepala Balai PPW-LIPI dalam bidang politik. Kariernya di LIPI semakin cemerlang ketika ditunjuk sebagai Kepala Pusat LIPI periode 1994 - 2001.
Ia juga memperoleh gelar sebagai Ahli Peneliti Utama (APU) pada tahun 2000. Satu tahun kemudian, Mochtar Pabottingi diundang untuk menjadi profesor tamu di University of Wisconsin, AS. Kemudian di tahun 1964 ia diangkat menjadi anggota Akademi Jakarta.
Mulai tahun 2000-an Mochtar Pabottingi banyak dipanggil di berbagai acara talkshow maupun diskusi di televisi untuk menjadi narasumber. Berkat kemunculannya di depan publik inilah ia semakin dikenal sebagai pengamat politik.
Karya Mochtar Pabottingi hingga Wafat
Selama menjalani pendidikan di perguruan tinggi, Mochtar Pabottingi banyak menulis esai, cerpen, penelitian ilmiah, buku, hingga puisi-puisi.
Karya-karya tulisan Mochtar Pabottinggi dimuat di sejumlah koran dan majalah seperti Kompas, Tempo, Basis dan Horison, dan Prisma. Tidak hanya itu, beberapa karyanya bahkan diterbitkan menjadi buku.
Berikut daftar karya Mochtar Pabottingi hingga ia tutup usia pada 2023:
1. Karya puisi
- Suatu Malam di Honolulu (1978)
- Zarathustra (1980)
- Gracias A La Vida (1986)
- Kereta Api Terakhir (1986)
- Burung-burung Telaga Cayuga (1986)
- Suara-Suara (1986)
- Waktu (1971).
2. Buku
- Islam: Antara Visi, Tradisi, dan Hegemoni Bukan Muslim (1986)
- Political Legitimacy in South-east Asia: The Quest for Moral Authority(1995)
- Suara Waktu (1999)
- Rimba Bayang-bayang (2003)
- Burung-Burung Cakrawala (2013)
- Konsierto di Kyoto (2015).
Editor: Iswara N Raditya