tirto.id - Sabtu (23/2/19) lalu, Sevilla sebetulnya dua kali unggul terlebih dulu atas Barcelona. Gol pertama Sevilla tercipta pada menit ke-22, lahir dari serangan balik cepat yang diakhiri dengan tendangan mendatar Jesús Navas.
Setelah Barcelona sempat menyamakan kedudukan melalui tendangan voli Lionel Messi pada menit ke-26, mendekati akhir babak pertama, Sevilla kembali memimpin. Umpan mendatar Pablo Sarabia disambar Gabriel Mercado yang berdiri tanpa kawalan.
Sayangnya Sevilla tak mampu mempertahankan keunggulan hingga pertandingan bubar. Mereka malah kalah 2-4.
Alasan kekalahan itu barangkali bisa Anda tebak: Lionel Messi menunjukkan sihirnya. Dan itu ia lakukan sendirian.
Messi hanya membutuhkan kaki kanannya untuk menyamakan kedudukan saat rekan-rekannya kesulitan mengimbangi kecepatan lawan. Pada menit ke-84, Messi lantas membodohi Tomas Vaclik, kiper Sevilla, untuk membalikkan keadaan. Ia mencutik bola dengan kaki kirinya, membuat tangan sang kiper hanya menggapai udara.
Sihir Messi masih berlanjut setelah itu. Pada menit ke-92, saat para penggemar Sevilla mulai meninggalkan Stadion Ramon Sanchez-Pizjuan dengan kepala tertunduk, Messi mengirimkan umpan terukur yang dapat diselesaikan dengan apik oleh Luis Suárez.
Malam itu Messi mencetak trigol dan satu assist. Wissam Ben Yedder, penyerang Sevilla, hanya bisa geleng-geleng kepala.
“Di dunia ini, kami [Sevilla] barangkali bisa memenangkan pertandingan. Tapi ada seorang pemain dari luar planet yang menginginkan hasil lain,” cuit Ben Yedder setelah pertandingan. Siapa lagi “pemain dari luar planet” yang ia maksud selain Messi.
Terus Cemerlang
Bagi sebagian orang, pujian Ben Yedder untuk Messi tersebut barangkali berlebihan, terkesan hiperbolis. Namun, jika melihat bagaimana kiprah Messi sejauh ini, pujian itu sebetulnya tidak ada apa-apanya. Messi jelas melebihi pujian Ben Yedder.
Trigol Messi ke gawang Sevilla merupakan trigolnya yang ke-50 sepanjang karier profesionalnya. Karena tiga gol itu, Messi musim ini sudah mencetak 25 gol di La Liga, menjadi penyerang paling produktif di jajaran top liga Eropa.
Selain itu, assist Messi ke Suárez juga mampu memamerkan sesuatu: itu adalah assist kesebelas Messi musim ini, membuatnya menjadi pencetak assist terbanyak di jajaran top liga Eropa.
Dan jika torehan gol dan assist Messi digabungkan, statistik mencatat: 55 persen gol yang dicetak Barcelona pada musim ini terjadi karena Messi. Itu artinya, tidak ada satu pun klub di jajaran top liga Eropa yang mempunyai ketergantungan terhadap seorang pemain seperti Barcelona terhadap Messi.
Hebatnya, Messi bisa tetap bermain seperti itu saat Barcelona terus-terusan mengalami penurunan.
Gabriele Marcotti, dalam salah satu tulisannya di The Times, mengatakan meskipun semakin dekat untuk meraih gelar La Liga musim ini, gaya pragmatis Barcelona di bawah asuhan Ernesto Valverde membuat permainan mereka tidak enak untuk ditonton. Hal ini lantas didukung oleh penampilan buruk sebagian besar pemain Barcelona.
Kecuali Messi, hampir semua pemain Blaugrana tampil di bawah standar.
Di lini depan, Suárez mulai menua, Philippe Coutinho tak terlihat semahal harganya, dan Ousmane Dembélé masih angin-anginan. Di lini tengah, Marcotti menulis: “Arturo Vidal tidak seperti apa yang orang harapkan. Setelah awal yang bagus, Arthur mulai mengalami kesulitan, sementara Ivan Rakitić baru mampu tampil bagus setelah sempat mabuk Piala Dunia.”
Lini belakang? Gerard Piqué terus melambat, sedangkan posisi full-back kanan masih menjadi masalah sejak kepergian Dani Alves.
Masih menurut Marcotti, La Masia, akedemi Barcelona yang tersohor itu, bahkan sudah tidak mampu meningkatkan kualitas Barcelona. Setelah Sergi Roberto, La Masia belum lagi mampu memunculkan pemain yang dapat diandalkan oleh tim utama.
Namun, untuk semua penurunan itu, Messi ternyata masih mampu membuat Barcelona tampak baik-baik saja. Tanpa bantuan Xavi Hernándezdan Andrés Iniesta, ia masih rancak membodohi bek-bek lawan, tak kekurangan ide untuk mengirimkan umpan-umpan tak terduga, dan tak keberatan terus menjadi harapan Barcelona.
Tumpuan Lawan Madrid
Maka pujian dari Sean Ingle, penulis The Guardian, tentu lebih menarik daripada pujian Ben Yedder.
Pada 12 November 2018, di balik semua gelar yang diraihnya dan superlatif yang disematkan kepadanya, Ingle menyebut bahwa Messi adalah pemain underrated alias dianggap remeh. Dan melihat bagaimana cara Xavi memuji Messi, Ingle barangkali benar.
“Dia [Messi] lebih bagus daripada Anda saat menggunakan kaki kirinya, kaki kanannya, maupun saat menggunakan kepalanya,” kata Xavi. “Dia lebih bagus saat bertahan maupun menyerang. Dia cepat. Bagus dalam dribel, juga dalam mengumpan.”
Kamis (28/2/19) nanti, kemampuan Messi yang seperti itu jelas dibutuhkan Barcelona untuk mengalahkan Real Madrid dalam pertandingan leg kedua babak semifinal Copa del Rey (Piala Raja Spanyol). Mengingat Barcelona hanya mampu bermain imbang 1-1 pada leg pertama dan pertandingan kali ini akan dimainkan di Santiago Bernabéu, misi Barcelona untuk menang jelas tak mudah.
Meski begitu, Messi adalah mimpi buruk Los Blancos. Mungkin mimpi terburuk. Hingga kini Messi memang belum mencetak satu gol pun ke gawang Madrid dalam gelaran Copa del Rey. Tapi di ajang lain, ia sudah melakukan itu 26 kali.
Sekitar 12 tahun lalu, tepatnya pada 11 Maret 2007 lalu, Messi mencetak trigol pertamanya saat Barcelona bertanding melawan Madrid. Dalam pertandingan yang berakhir dengan skor 3-3 tersebut, Madrid tiga kali unggul terlebih dahulu dan tiga kali pula Messi membuyarkannya.
Editor: Rio Apinino