tirto.id - Kepala Divisi Humas (Kadivhumas) Polri Irjen Pol Anton Charliyan menegaskan bahwa Detasemen Khusus (Densus) 88 memiliki landasan yang kuat dalam menangkap terduga teroris Siyono di Klaten, Jawa Tengah, karena ia terbukti menyimpan senjata. Irjen Anton juga menolak isu bahwa Siyono tewas akibat ditembak.
"Densus 88 tidak salah tangkap. Ada alat bukti yang sah," kata Anton, di Mabes Polri, Jakarta, Selasa, (5/4/2016).
Menurutnya, penangkapan Siyono merupakan hasil pengembangan dari penangkapan sembilan orang anggota organisasi Jamaah Islamiyah (JI) pada Mei 2014. Kemudian, dari penangkapan tersebut, tiga orang lainnya berhasil dibekuk yakni AW alias TG, BR dan DN.
"Berdasarkan keterangan dari tiga orang itu, terutama AW, terungkap bahwa Siyono menyimpan senjata," tuturnya.
Irjen Anton juga menegaskan bahwa jajarannya tidak ada yang sengaja menembak mati Siyono.
"Opini yang berkembang bahwa SY (Siyono) ditembak. Sekarang (kasus) dibuka lagi dengan diautopsi, yang dicari apakah ada luka tembak? Nggak ada itu. Nggak ada luka tembak," kata Anton.
Kendati demikian Anton membenarkan informasi bahwa dalam hasil visum jenazah Siyono terdapat tulang yang patah.
"Memang ada satu tulang rusuk yang patah. Ini karena berkelahi dengan petugas di kendaraan. Sedangkan tulang-tulang yang lain masih utuh," ujarnya.
Pihaknya pun menyesalkan kematian Siyono. Pasalnya Siyono merupakan saksi kunci bagi kepolisian untuk mengungkap jaringan baru dari organisasi terlarang Jamaah Islamiyah (JI).
"Kami turut berduka atas meninggalnya Siyono. Tapi ini bukan disengaja, tapi insiden. Dia menyerang (petugas) duluan, mau rebut senjata sehingga berkelahi," pungkasnya. (ANT)