Menuju konten utama

Polri Identifikasi Akun Provokatif Soal Mahasiswa Papua di Surabaya

Polisi melakukan digital forensik terhadap akun Provokatif soal Papua, sebagian ditemukan anonim.

Polri Identifikasi Akun Provokatif Soal Mahasiswa Papua di Surabaya
Warga berdoa dan mendeklarasikan #PancasilaPower, #KitaIndonesia dan #KitaCintaPapua di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (20/8/2019) malam. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri mengidentifikasi lima akun media sosial yang diduga menyebarkan konten provokatif soal mahasiswa Papua di Surabaya.

Isi unggahan itu dinilai polisi sebagai hoaks dan sebagian dari akun tersebut tidak beridentitas jelas.

"Ada sebagian yang anonim, ada sebagian yang sudah berhasil diprofil dan diidentifikasi. Sementara ini butuh pembuktian secara ilmiah, agar bisa dilakukan proses penyidikan," ucap Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Grand Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (21/8/2019).

Akun-akun itu, tambah dia, memprovokasi masyarakat dengan unggahan tersebut, seperti mahasiswa Papua tewas dipukuli aparat.

Akibatnya, warga Papua dan Papua Barat bergejolak pada Senin (19/8/2018), massa ada yang nekat membakar fasilitas publik dan memblokir jalan raya.

Karenanya, Dedi meminta publik untuk berhati-hati menyebarkan informasi berupa teks, foto atau video yang belum jelas kebenarannya.

"Kami harapkan masyarakat untuk betul selektif, jangan langsung sharing tanpa saring. Apalagi melalui grup WhatsApp," ucap dia.

Ekses rasisme terhadap mahasiswa Papua di Jawa tak pernah siap dikendalikan oleh pemerintah Indonesia sendiri di Jakarta.

Pada Senin kemarin, 19 Agustus, dua hari setelah negara ini merayakan kemerdekaannya ke-74, gelombang orang Papua menumpahkan kekecewaannya di Jayapura, ibu kota Papua, dan di Manokwari, ibu kota Papua Barat, serta Kota Sorong.

Di Jayapura, lautan manusia berdemo jalan kaki sepanjang 18 kilometer dari Wamena, pusat keramaian di kota itu, menuju kantor gubernur menuntut rasialisme terhadap orang Papua harus dihentikan.

Gubernur Papua Lukas Enembe bahkan tegas berkata bahwa "kami bukan bangsa monyet, kami manusia."

Di Manokwari, situasinya lebih panas. Gedung parlemen daerah dibakar. Pohon di tepi jalan ditebang. Ban dibakar. Melumpuhkan aktivitas dan mobilitas warga.

Di Sorong, sebuah kota pantai di ujung kepala burung Papua, fasilitas publik seperti bandara dirusak. Mobil-mobil di lahan parkir bandara itu dirusak.

Penerbangan lumpuh dalam beberapa jam. Jalan raya lumpuh. Aksi itu, entah spontanitas atau ada motif selain respons atas rasisme di Jawa, menjalar ke pembakaran gedung penjara.

Baca juga artikel terkait KONFLIK PAPUA atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Hukum
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno