Menuju konten utama

Politikus Senior PDIP Menilai Indonesia Butuh Sekolah Politik

Politikus senior PDIP menyatakan bahwa Indonesia butuh sekolah mengenai politik dikarenakan politik negara menentukan arah dan tujuan dari bangsa dan negara

Politikus Senior PDIP Menilai Indonesia Butuh Sekolah Politik
Politisi senior Sabam Sirait (ketiga kanan) didampingi keluarga saat perayaan ulang tahun ke-80 tahun di Jakarta, Sabtu (15/10). Perayaan tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional diantaranya Ibu Shinta Nuriyah Wahid, Akbar Tanjung, Menkumham Yasonna Laoly, dan Mendag Enggartiasto Lukita. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/aww/16.

tirto.id - Sabam Sirait, politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menyatakan bahwa Indonesia butuh sekolah mengenai politik. Menurutnya, hal ini dikarenakan politik negara menentukan arah dan tujuan dari bangsa dan negara.

"Politik menentukan arah dan tujuan dari bangsa ini. Oleh karena itu jangan ijinkan wajah lama dalam menentukan masa depanmu, masa depan kita, masa depan saudara. Kita boleh berbeda pendapat tetapi kita jugalah yang menentukan masa depan bangsa ini, bangsa Indonesia," ujar Sabam di Jakarta, Minggu (19/11/2017) dikutip Antara.

Ia juga menekankan pentingnya peranan apa yang mau diambil dalam berpolitik, karena peranan partai politik di Indonesia.

"Kalau ada partai politik, berarti peranan partai politik itu penting," kata Sabam.

Sabam Sirait juga bercerita terkait kiprahnya di Parkindo pada 1964.

Berdasarkan ceritanya, saat menjadi Sekjen Parkindo dirinya telah membuat sekolah kader Parkindo di Jatinegara. Sabam juga menyetakan, Parkindo lahir bukan dari keinginannya, melainkan Parkindo lahir karena ada pembicaraan di Konstituante lembaga MPR berdasarkan UUD Sementara tahun 1950.

Mengingat pentingnya politik, Sabam kemudian mendirikan Sekolah kader Ekumenis-Nasionalis yang berlokasi di Yayasan Komunikasi Indonesia Jalan Matraman Raya no 10 A, Jakarta Timur.

Kegiatan sekolah kader tersebut merupakan kerja sama antara Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan YKI dalam rangka merekrut kader terbaik dari berbagai latar belakang, baik itu profesi, suku, dan lembaga.

Pemilu tahun 1955 menghasilkan pimpinan DPR yang mana wakil ketua DPR pertama adalah dari partai Parkindo. Kader-kader Parkindo saat itu cukup pandai yaitu salah satunya AM Tambunan.

Perjalanan Parkindo sebagai parpol saat itu cukup panjang dan naik turun. Parkindo tahun 1973 bersatu dengan PDI. PDI adalah gabungan dari 5 partai politik diantaranya PRI, Parkindo, Partai Republik, IPKI dan Murba.

Ia bersama Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri terlibat bersama membentuk partai PDI Perjuangan.

"Secara khusus Parkindo dalam sejarahnya mengambil peranan yang besar dalam program pendidikan bangsa ini, walaupun tidak pernah kadernya menjadi Menteri Pendidikan saat itu, tetapi orang-orang Parkindo di seluruh Indonesia mengambil peranan aktif dalam pendidikan," jelas Ketua Dewan Pembina Yayasan Komunikasi Indonesia (YKI).

Sementara itu, Menteri Hukum dan HAM Yasona Laoly mengatakan sekolah politik sangat diperlukan untuk menjawab tantangan zaman.

"Ini merupakan medium yang menjawab tantangan zaman, dimana penguatan kader-kader untuk bersatu mendapat pencerahan dan penguatan untuk menjadi kader yang tangguh kedepannya," kata Yasona.

Baca juga artikel terkait SEKOLAH

tirto.id - Politik
Sumber: antara
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani