Menuju konten utama

Politikus PKS dan PDIP Kecam Kunjungan Anggota MUI ke Israel

Sejumlah politikus anggota DPR dari PKS dan PDIP mengkritik kunjungan anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) ke Israel

Politikus PKS dan PDIP Kecam Kunjungan Anggota MUI ke Israel
Mural boikot israel di kota Gaza, Palestina .EPA/Jim Hollander.

tirto.id - Para politikus senayan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengkritik kunjungan anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) ke Israel. Hal ini terkait dengan pertemuan antara Ketua Komisi Perempuan, Remaja, dan Keluarga MUI, Istibsyaroh dengan Presiden Israel, Reuven Rivlin, di Tel Aviv, baru-baru ini.

Politikus PKS dan Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah, mengkritik pertemuan itu dengan alasan Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel. Ia malah curiga pertemuan itu menjadi ajang lobi untuk mempengaruhi kebijakan politik luar negeri Indonesia terkait Palestina.

"Yang perlu disadari kita tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel sehingga kunjungan perwakilan MUI itu menunjukkan penghinaan bagi pendiri bangsa Indonesia," ujar Fahri pada Jumat (20/1/2017) seperti dikutip Antara.

Ketua Komisi I DPR RI, Abdul Kharis Almasyhari, yang juga politikus PKS, juga khawatir pertemuan itu bertujuan mengubah sikap Indonesia terkait boikot terhadap kebijakan atau produk Israel, seperti keputusan pada KTT Luar Biasa OKI di Jakarta pada Maret 2016 lalu.

"Saya tidak habis pikir, ada pengurus MUI yang nota bene merupakan panutan umat Islam, malah ke Israel," kata Kharis.

Adapun Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Mayor Jenderal TNI (Purnawirawan) Tubagus Hasanuddin mempertanyakan maksud pertemuan Istibsyaroh dengan Reuven Rivlin. Politikus PDIP itu mendesak MUI segera mengklarifikasi kabar tersebut.

"Kalau mengundang lembaga kepada yang bersangkutan atas nama pribadi, tidak mungkin karena yang ditemuinya adalah presiden Israel," ujarnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum MUI, Zainut Tauhid Saadi membantah bahwa kunjungan Istibsyaroh ke Israel atas nama lembaganya. Pimpinan MUI, kata dia, justru menyesalkan hal itu.

"MUI dalam waktu dekat akan memanggil beliau untuk meminta klarifikasi atau tabayyun atas kunjungannya, karena kunjungan tersebut dilakukan tanpa seizin dan sepengetahuan pimpinan MUI," kata Zainut.

Respon para politikus senayan ini gambaran hubungan antara Israel dan Indonesia di ranah politik yang memang tidak hangat. Akan tetapi, sebagaimana diberitakan Tirto sebelumnya, sejak lama kerja sama dagang Indonesia-Israel berlangsung dinamis.

Catatan data Kementerian Perdagangan menyebutkan pada 2011, misalnya, total perdagangan Indonesia-Israel mencapai $170,62 juta dengan total nilai ekspor $159,61 juta dan impor $11,01 juta. Hubungan dagang ini menurun pada 2014 dengan nilai total perdagangan $152,77 juta. Namun, pada 2015, angkanya naik signifikan mencapai $194,43 juta atau setara Rp2,5 triliun. Jumlah itu terdiri nilai ekspor $116,70 juta dan impor $77,73 juta. Pada 2016, ekspor Indonesia ke Israel mencapai $4,7 juta dolar AS. Sementara nilai impor barang Israel sebesar $0,8 juta.

Perdagangan Indonesia dan Israel pernah mencapai puncak pada 2008. Pada tahun itu nilai perdagangan kedua negara mencapai $900 juta dolar.

Di Asia, tak hanya Indonesia yang berdagang dengan Israel. Ada 20 negara Asia lain yang berdagang dengan Israel. Mereka adalah Armenia, Azerbaijan, Cina, Filipina, Georgia, Hong Kong, India, Jepang, Kazakhstan, Korea Selatan, Malaysia, Myanmar, Singapura, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, Turkmenistan, Uzbekistan, Vietnam, dan Yordania.

Baca juga artikel terkait ISRAEL atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Politik
Reporter: Addi M Idhom
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom